Tugas orangtua selanjutnya ialah bagaimana mengontrol bahan bacaan yang baik bagi anak. Era digitalisasi, di samping memberikan kemudahan mengakses bahan bacaan, rupanya bisa menjadi bumerang bagi harmonisasi sosial kita. Hari ini kita sama-sama tahu begitu banyak berseliweran berita bohong (hoaks), fitnah, dan ujaran kebencian (hate speech) yang membuat para pengguna media sosial dengan begitu mudahnya saling hujat dan caci. Fenomena ini jangan sampai mencuci otak anak-anak kita. Oleh karena itu, orangtua harus memberikan literasi informasi sejak dini.
Literasi informasi tidak hanya berarti mengajarkan anak tentang bagaimana mengakses dan memeroleh informasi, tapi yang tak kalah penting adalah bagaimana memanfaatkan informasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kita harus ingat bahwa pribadi literat tidak hanya suka membaca, tapi juga mampu menyeleksi bahan bacaan yang bermanfaat bagi dirinya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.Â
Apakah literasi hanya berkaitan dengan aktivitas membaca? Tentu saja tidak. Membaca hanyalah langkah awal yang sangat penting dalam berliterasi. Jika membaca sudah menjadi kebutuhan, kegiatan literasi seperti menulis, berbicara, mengamati, mengolah informasi, dan lainnya akan mengikuti.Â
Minat baca harus ditumbuhkan sejak dini. Hal ini mutlak membutuhkan peran aktif orang tua, karena dari sinilah mulai tercipta keluarga literat, masyarakat literat, generasi literat, menuju bangsa yang bermartabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H