''Aku tahu jika kamu bukan ibuku. Karena yang terjadi sesungguhnya dia udah enggak ada lagi di dunia. Ia meninggal saat aku berusia 2 tahun, ''ucapnya polos sambil menatap mata Bunga.
Mendengar ucapannya itu, baik aku maupun Bunga sama-sama ingin pingsan. Tak pernah menyangka bila Delia bisa berkata demikian pada dirinya.
''Pasti kamu bingung ya, aku tahu darimana?''
''Iya sayang.'' Bunga mengangguk dengan tubuh gemetar.
''Dari kakek dan nenekku.''
''Maksudnya?'' Kulihat mata Bunga memandangnya dengan tatapan menyelidik setengah kaget tak percaya.
''Aku mendengarnya dari nenek dan kakek, yang mengatakan jika ibuku telah meninggal sejak aku berusia 2 tahun yang lalu dan enggak akan pernah bisa hidup lagi. Obrolan itu tak sengaja aku dengar. Papa ingin memberi keyakinan padaku bahwa ibu sedang berkerja jauh, dan sekarang sudah tiba waktunya kembali pulang ke rumah.''
Tubuhku semakin bergetar hebat. Sungguh aku tak pernah menyangka jika Delia, anak sekecil itu ternyata sudah mengetahui dari dulu, sebelum kujelaskan semua.
''Tapi kamu jangan bilang ayah ya, nanti dia sedih. Kalau kamu orang baik, Del tak keberatan kok dirimu jadi ibuku.''
Aku tak bisa berkata apa-apa lagi selain hanya bisa mematung dengan mulut tercekat. Tak pernah mengira, bila Delia mampu berpikir bijaksana melebihi ayahnya sendiri.
Noted :