Mohon tunggu...
erdian
erdian Mohon Tunggu... Administrasi - pemula, amatir

laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyoal Masifnya Pertumbuhan Swalayan Modern

10 Juni 2023   19:26 Diperbarui: 10 Juni 2023   19:30 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu dalam sebuah perbincangan dengan rekan sejawat, bergulir sebuah pembahasan terkait swalayan modern yang saat ini pertumbuhannya begitu pesat. Ada dua merk yang swalayan modern yang saat ini begitu agresif menjangkau seluruh wilayah negeri hingga ke pelosok kecamatan, yaitu Indomaret dan Alfamaret. Kedua merk ini dengan sangat mudah dijumpai gerainya bahkan di daerah pedesaan yang sebelumnya hanya mengenal pasar tradisional. 

Mengutip dari situs internet Databoks bahwa sepanjang periode antara 2012-2021 Indomaret tercatat menambah gerai sejumlah 11.888 gerai diseluruh Indonesia dan itu berarti terjadi peningkatan sejumlah 164%. Peningkatan jumlah gerai itu membuahkan hasil berupa capaian pendapatan sebesar Rp90,6Trilliun dengan laba bersih sebesar Rp 2 Trilliun. Untuk tahun 2023, berdasarkan laman situs resminya (Indomaret.co.id) swalayan berlogo lebah ini  kembali bertambah jumlah gerainya menjadi 21.801 gerai (per-April 2023).

Bagaimana dengan Alfamaret? teman seperjuangan Indomaret ini juga tidak kalah laju pertumbuhannya. Masih dari sumber data yang sama (Databoks.katadata.co.id) pada periode yang sama dengan Indomaret, swalayan berlogo warna merah ini mencatatkan pertumbuhan gerai baru sebesar 112,5%. 

Dengan pertumbuhan ini Alfamaret tercatat memiliki 16.492 gerai di seluruh Indonesia dengan pendapatan di tahun 2021 sebesar Rp84,9 Trilliun dan laba bersih sebesar Rp1,95 Triliun.  Tidak hanya itu, berdasarkan laman resmi (alfamaret.co.id) swalayan ini juga tercatat memiliki cabang gerai di luar negeri yaitu di Filiphina berjumlah  lebih dari 1.200 gerai. Sebuah prestasi yang patut untuk diapresiasi sebagai sebuah perusahaan retail yang ketat persaingannya. 

Nah kembali ke bahasan utama. Fakta pertumbuhan kedua merk swalayan itu di satu sisi memang menujukkan sebuah prestasi yang harus dinilai positif. Namun ternyata ada sebagian kalangan masyarakat yang justru menilai sebaliknya. Ada kalangan yang berpendapat bahwa masifnya pertumbuhan swalayan modern hingga ke pelosok pedesaan justru akan berdampak buruk khususnya terhadap pedagang-pedagang lokal, baik yang sama-sama bergerak dengan kemasan modern maupun dengan kemasan tradisional. 

Ada kekhawtiran bahwa kehadiran gera-gerai swalayan modern ini akan menghancurkan usaha-usaha lokal berskala kecil sekaligus merebut pasar swalayan modern merk lokal di tiap daerah. Sementara, usaha-usaha lokal tersebut menciptakan perputaran uang di tingkat lokal secara lebih besar ketimbang swalayan modern yang memiliki rantai pasokan tetap dari luar sehingga praktis tidak menyebabkan perputaran uang yang besar di ruang yang sama. Tepatkah penilaian sebagian kalangan masyarakat tersebut? tentu Kita tidak bisa memutuskan, karena pendapat tadi tentu disandarkan pada subjektifitas masing-masing. Akan tetapi tidak ada salahnya Kita sedikit membahas persoalan ini karena persoalan ini boleh jadi terjadi merata di setiap daerah di Indonesia sekarang ini.

Pertama harus disadari dan diakui bahwa terjadi perubahan tren belanja di tengah masyarakat Indonesia sepanjang sepuluh tahun terakhir ini. Khususnya selama berkembangnya teknologi gedget dengan beragam platform media sosial tanpa sadar merubah perilaku masyarakat dari yang senang berbasa basi secara langsung di dunia nyata menjadi lebih senang untuk berbasa-basi melalui media sosial. 

Akibatnya seni berbicara secara langsung menjadi berkurang, termasuk dalam hal belanja. Untuk barang-barang tertentu  masyarakat sekarang lebih senang mengambil dan langsung membayar tanpa harus banyak bertanya tentang  harga, kualitas atau semacamnya, dan itu bisa terjadi di swalayan modern. Terlebih lagi swalayan modern (khususnya dua merk yang disebutkan di atas) menampilkan dirinya dengan citra yang menarik (warna, logo, dan kenyamanan) dan ini hal yang disukai setiap manusia pada dasarnya. 

Kedua, infrastruktur Kita semakin baik. Jarak antar kecamatan bahkan kabupaten semakin memendek. Hal ini membuat mobilitas masyarakat menjadi semakin tinggi intensitasnya. Karena itu berbelanja berkembang dari sekedar aktifitas mendapatkan produk yang dibutuhkan menjadi aktifitas pelesiran kecil. Memasuki gerai swalayan modern yang dilengkapi AC dan dilayani petugas berseragam menjadi kebahagiaan awalnya, kemudian lambat laun berkembang menjadi kebutuhan.  Berkendara beberapa meter atau bahkan kilometer ke desa atau kecamatan tetangga untuk tiba di swalayan modern adalah sebuah wisata kecil yang menyenangkan.

Ketiga, gencarnya pembangunan di desa oleh pemerintah membuat jumlah uang beredar di desa menjadi besar. Besarnya jumlah uang beredar ini mendorong meningkatnya angka konsumsi masyarakat desa. Peningkatan konsumsi itu bukan hanya dari sisi kuantitas tetapi juga kualitas. 

Masyarakat tidak hanya membutuhkan pasar tradisional atau toko kelontong lagi tetapi juga menginginkan keberadaan swalayan modern. Bahkan di level tertentu keberadaan swalayan modern di suatu desa diterjemahkan sebagai salah satu indikator kemajuan ekonomi sebuah desa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun