Puasa Ramadhan telah usai. Suara petasan bersahutan disela-sela gema takbir menyambut berakhirnya bulan penuh berkah. Mulai petasan ukuran kecil sampai kelas jumbo yang diluncurkan ke udara menggelegar bak peluru kendali. Bukan cuma suara, langit-pun dihiasi pijar-pijar cahaya petasan yang dikombinasi kembang api warna-warni. Â Â
Petasan yang juga dikenal dengan Mercon sebenarnya bukan tradisi bangsa kita namun sudah sangat familiar untuk mewujudkan kegembiraan menyambut hari-hari istimewa seperti Hari Raya Idul Fitri. Penyulutan petasan seringkali dilakukan sampai beberapa hari setelah hari ‘H’. Terlepas dari maksud mengungkapkan kegembiraan, petasan yang sebenarnya berdaya ledak rendah (low explosive) dalam bentuk dan ukuran apa-pun tidak lepas dari ancaman bahaya.
Salah satu komponen petasan adalah serbuk kimia yang berfungsi sebagai bahan peledak. Sebagaimana bahan peledak pada umumnya, efek ledakan petasan juga bisa mencederai tubuh atau bagian tubuh siapa-pun yang berada pada radius tertentu. Makin besar kandungan bahan peledaknya, makin besar efek ledakan yang ditimbulkannya. Cedera luka yang diakibatkan oleh ledakan petasan hampir selalu tidak beraturan. Tidak jarang yang membusuk dan bahkan harus dilakukan tindakan amputasi sebagian anggota badan korbannya. Â
Ironisnya, walaupun dilarang, pemakaian petasan masih banyak dilakukan bahkan seringkali secara terang-terangan. Ideal sekali jika pemakaian petasan bisa dihindari. Namun kalau toch tradisi menyulut petasan terjadi di sekitar kita, Â di bawah ini beberapa hal supaya kita aman dari cedera akibat penggunaan petasan.
Pertama, jauhkan diri Anda dan awasi anak-anak agar tidak mendekat ke area petasan disulut.
Ke dua, ingatkan orang-orang disekitar Anda untuk tidak memegang petasan yang tidak meledak. Bisa jadi proses peledakan tertunda sementara namun tetap meledak dalam waktu lebih lama dari biasanya. Saat meledak, tangan dan bagian tubuh lain bukan hanya terluka namun bisa sampai hancur tak berbentuk.
Ke tiga, ingatkan penyulut tidak melemparkan petasan yang sudah disulut ke arah mana-pun sebab sangat mungkin saat melemparnya tidak fokus ke arah yang aman karena pelempar lebih fokus menghindarkan dirinya terkena ledakan petasan.
Ke empat, ingatkan jika penyulut menggunakan rokok sebagai sumber api untuk menyulut petasan. Bisa saja karena kurang fokus, penyulut memasukan petasan ke dalam mulut dan melemparkan rokoknya yang dikira petasan.
Ke lima, ingatkan pemilik petasan tidak menyimpannya di dalam rumah karena bisa saja terjadi ledakan akibat pengaruh suhu panas atau penyebab lainnya. Bukan tidak mungkin terjadi kebakaran dan jatuh korban di sekitar ledakan.
Semoga beberapa catatan di atas bisa menghindarkan kita dari cedera ‘konyol’ akibat ledakan petasan sehingga perayaan hari Raya Idul Fitri bisa berjalan lancar tanpa insiden akibat cedera petasan. Selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri, semoga amal kita diterima Allah swt.
Pisangan Timur, 5 Juli 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H