Mohon tunggu...
Budhi Hendro Prijono
Budhi Hendro Prijono Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar Terus dan Terus Belajar! Pensiunan Karyawan YAKKUM RS Emanuel Purwareja-Klampok Banjarnegara. Alumni Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Belajar Terus dan Terus Belajar! Pensiunan Karyawan YAKKUM RS Emanuel Purwareja-Klampok Banjarnegara. Alumni Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Jogja, Sepuluh Tahun yang Lalu" (Bagian Terakhir)

7 Juni 2016   00:17 Diperbarui: 7 Juni 2016   00:37 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
EET Berdoa Mengawali Kegiatan (dokumen foto pribadi: hp)

(Sambungan artikel “Jogja, Sepuluh Tahun Yang Lalu”, Bagian I, II, III dan IV)

EET (Emanuel Emmergency Team) secara keseluruhan tinggal selama 2 (dua) bulan mendampingi warga dusun nDodotan dan sekitarnya. Tinggal bersama warga, berdampingan tenda sederhana, bahkan berbagi makanan, serta mendengar curhatan mereka. 

Memasak Untuk Makan Bersama EET (dokumen foto pribadi: hp)
Memasak Untuk Makan Bersama EET (dokumen foto pribadi: hp)
Bergantian beberapa team terdiri dari: 2 orang perawat, 1 orang tenaga lapangan (UPKM), 1 orang tenaga tukang, dan 1 orang tenaga psikososial. Empat hari sekali berganti team dan over-lapping selama sehari. Terutama saat over-lapping, jumlah ini terasa cukup besar harus meninggalkan tugas-tugas rutin di RS Emanuel. Perjuangan dan pengorbanan seluruh Civitas Hospitalia RS Emanuel. Karyawan yang tidak terjadwal sebagai EET-pun merelakan bekerja lebih keras dan terkadang lebih banyak waktu demi mendukung teman-teman lain yang berangkat ke nDodotan.

EET Berdoa Mengawali Kegiatan (dokumen foto pribadi: hp)
EET Berdoa Mengawali Kegiatan (dokumen foto pribadi: hp)
Sebenarnya, pengorbanan bukan hanya dilakukan oleh karyawan saja. Masyarakat rumah sakit seperti pasien-pun, ikut berkorban. Walaupun tidak terlalu terasa, pelayanan kepada para pasien ‘sedikit’ menurun. Misalnya: jumlah perawat berkurang sehingga waktu tunggu pasien akan sedikit lebih lama. Melalui pendekatan individu oleh manajemen, pasien diberitahu tentang keterlibatan RS Emanuel mendampingi warga terdampak gempa bumi Jogja dan sekitarnya. Respons mereka sangat positif. Mereka sangat mendukung dan rela jika ada sedikit perpanjangan waktu pelayanan terhadap mereka. Mereka sangat mengenal kondisi lapangan di Jogja melalui tayangan televisi. Sungguh-sungguh ‘kerjasama’ harmonis dan indah dari banyak pihak.

Beragam Bantuan 

Kondisi darurat berangsur-angsur terlewati. Trauma psikologis warga akan gempa susulan atau isue-isue seputar Tsunami mulai hilang. Warga sudah mulai beraktifitas mengumpulkan barang-barang dan alat rumah tangga di bawah reruntuhan bangunan rumah yang masih bisa digunakan. Berbagai bantuan terus mengalir dari berbagai pihak. Donatur datang langsung atau melalui aparat desa di kantor desa membawa ‘sembilan bahan pokok’, pakaian bekas serta pakaian baru sumbangan toko, selimut, tenda plastik, serta obat-obat. Beragam donatur dengan berbagai motivasi bercampur menyatu meringankan beban warga. 

Terasa sekali tidak adanya sekat-sekat, tidak ada sekat bernama ‘SARA’. Semua melebur menjadi ‘Bhinneka Tunggal Ika’. Sungguh indah, terasa bagai ‘keluarga besar’ yang saling peduli tanpa syarat. 

Children Center 

EET berupaya melayani warga secara holistik dengan tetap memberi porsi utama kepada warga untuk bangkit dan mandiri. EET sejak awal selalu mengajak warga untuk mengelola diri bukan menjadikan mereka sebagai obyek atau pelengkap penderita. Anggota EET bidang psikososial mengajak beberapa ibu dan remaja mengatasi trauma psikologis warga terkhusus anak-anak. Bencana gempa bumi sempat meruntuhkan semangat hidup sebagian besar warga. Kehilangan rumah tinggal, harta benda bahkan jiwa anggota keluarga. Anak-anak kehilangan bangunan sekolah tempat mereka selama ini bermain dan bercengkerama menghabiskan sebagian waktu mereka. 

Bermain Bersama Anak-Anak (dokumen foto pribadi: hp)
Bermain Bersama Anak-Anak (dokumen foto pribadi: hp)
Tempat bermain anak-anak dibuat sementara dengan atap tenda plastik. Berbagai kegiatan anak seperti bermain dan belajar difasilitasi team EET bersama ibu-ibu dan remaja nDodotan. Tempat ini juga difungsikan menjadi tempat ‘curhat’ anak yang masih trauma mengenang gempa bumi yang tidak pernah mereka bayangkan bisa terjadi. Ikatan kekeluargaan semakin erat antara mereka dibentuk dan dikembangkan. Perasaan senasib-sepenanggungan mengikat hati dan jiwa mereka menuju kebangkitan semangat untuk membangun kembali hidup yang nyaris ikut ‘roboh’ diguncang gempa.

Tenda Sekolah Darurat (Dokumen foto pribadi: hp)
Tenda Sekolah Darurat (Dokumen foto pribadi: hp)
Pembelajaran Bersama 

Gempa Bumi 27 Mei 2006 sudah diijinkan Yang Maha Kuasa terjadi di Jogja dan sekitarnya, pasti bukan tanpa tujuan. Bak sebuah cerita, masing-masing memiliki peran yang harus dilakukan dan dilakoni. Ada yang menjadi korban, ada yang mendampingi, ada pula yang membantu. Masing-masing bisa menilai, sudahkah kita menjalankan peran dengan baik seperti yang dikehendaki Sang Empunya Cerita?

Melayani Bersama Teman-Teman PKS (Dokumen foto pribadi: hp)
Melayani Bersama Teman-Teman PKS (Dokumen foto pribadi: hp)
Maguwoharjo, 7 Juni 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun