(Sambungan artikel “Jogja, Sepuluh Tahun Yang Lalu”, Bagian I, II, III dan IV)
EET (Emanuel Emmergency Team) secara keseluruhan tinggal selama 2 (dua) bulan mendampingi warga dusun nDodotan dan sekitarnya. Tinggal bersama warga, berdampingan tenda sederhana, bahkan berbagi makanan, serta mendengar curhatan mereka.
Beragam Bantuan
Kondisi darurat berangsur-angsur terlewati. Trauma psikologis warga akan gempa susulan atau isue-isue seputar Tsunami mulai hilang. Warga sudah mulai beraktifitas mengumpulkan barang-barang dan alat rumah tangga di bawah reruntuhan bangunan rumah yang masih bisa digunakan. Berbagai bantuan terus mengalir dari berbagai pihak. Donatur datang langsung atau melalui aparat desa di kantor desa membawa ‘sembilan bahan pokok’, pakaian bekas serta pakaian baru sumbangan toko, selimut, tenda plastik, serta obat-obat. Beragam donatur dengan berbagai motivasi bercampur menyatu meringankan beban warga.
Terasa sekali tidak adanya sekat-sekat, tidak ada sekat bernama ‘SARA’. Semua melebur menjadi ‘Bhinneka Tunggal Ika’. Sungguh indah, terasa bagai ‘keluarga besar’ yang saling peduli tanpa syarat.
Children Center
EET berupaya melayani warga secara holistik dengan tetap memberi porsi utama kepada warga untuk bangkit dan mandiri. EET sejak awal selalu mengajak warga untuk mengelola diri bukan menjadikan mereka sebagai obyek atau pelengkap penderita. Anggota EET bidang psikososial mengajak beberapa ibu dan remaja mengatasi trauma psikologis warga terkhusus anak-anak. Bencana gempa bumi sempat meruntuhkan semangat hidup sebagian besar warga. Kehilangan rumah tinggal, harta benda bahkan jiwa anggota keluarga. Anak-anak kehilangan bangunan sekolah tempat mereka selama ini bermain dan bercengkerama menghabiskan sebagian waktu mereka.
Gempa Bumi 27 Mei 2006 sudah diijinkan Yang Maha Kuasa terjadi di Jogja dan sekitarnya, pasti bukan tanpa tujuan. Bak sebuah cerita, masing-masing memiliki peran yang harus dilakukan dan dilakoni. Ada yang menjadi korban, ada yang mendampingi, ada pula yang membantu. Masing-masing bisa menilai, sudahkah kita menjalankan peran dengan baik seperti yang dikehendaki Sang Empunya Cerita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H