Mohon tunggu...
Budhi Hendro Prijono
Budhi Hendro Prijono Mohon Tunggu... Freelancer - Belajar Terus dan Terus Belajar! Pensiunan Karyawan YAKKUM RS Emanuel Purwareja-Klampok Banjarnegara. Alumni Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Belajar Terus dan Terus Belajar! Pensiunan Karyawan YAKKUM RS Emanuel Purwareja-Klampok Banjarnegara. Alumni Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

“Lansia Menulis”

24 Februari 2016   22:55 Diperbarui: 24 Februari 2016   23:22 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menulis sering dipahami hanya sebatas kegiatan membuat tulisan menjadi buku atau menulis artikel di koran dan majalah. Pemahaman yang kurang tepat ini sering menyebabkan seseorang urung ‘menulis’. Menulis tidak harus dilakukan oleh seorang ahli karena menulis itu gampang. Semua orang bisa menulis, tak terkecuali lansia.

Menulis merupakan kegiatan mengungkapkan pikiran atau perasaan dalam wujud tulisan. Tulisan bisa berupa karangan, surat atau catatan. Banyak media dan alat tulis bisa digunakan untuk menulis seperti kertas dan pena atau pensil. Menulis juga bisa menggunakan komputer atau hand-phone. Dengan hand-phone, kita bisa menulis dimana saja dan kapan saja.
Menulis sebenarnya sudah menjadi kebiasaan kita sehari-hari. Kita biasa membuat catatan harian. Ibu-ibu biasa menulis daftar belanjaan. Kita juga terbiasa menulis ‘es-em-es’ atau menulis status media sosial dalam hand-phone. Dengan demikian bukan alasan bagi kita untuk tidak mulai menulis.

Membaca dan menulis
Membaca dan menulis merupakan dua kegiatan yang dipertemukan oleh benda bernama tulisan. Tulisan menjadi benda yang luar biasa dan terbukti mampu mengubah peradaban. Tanpa hidup di zaman nabi-nabi, kita bisa mengetahui cerita-cerita yang terjadi ribuan tahun yang lalu.
Membaca dan menulis merupakan sepasang kegiatan yang saling terkait. Membaca seperti halnya mata melihat sebuah obyek, merupakan kegiatan syaraf sensorik mata dan membawa informasi sensorik ke otak. Sedangkan menulis seperti halnya menggambar, merupakan kegiatan syaraf motorik tangan mengungkapkan memori otak dalam bentuk tulisan.
Proses menulis merupakan koordinasi beberapa fungsi tubuh sekaligus. Otak merencanakan topik yang akan ditulis kemudian memerintahkan tangan untuk menulis. Tangan menulis sesuai perintah otak. Mata membaca tulisan hasil kerja tangan dan mengirimkan hasil pengamatannya ke otak. Otak mengolah hasil pengamatan mata dan jika ada yang salah, memerintahkan tangan untuk memperbaikinya. Siklus berulang dalam proses membaca dan menulis ini menjadi rangkaian kerja otak yang sempurna.
Biasakan membaca untuk menambah wawasan sekaligus belajar cara menulis. Dengan membaca, kita bisa mengoleksi kosa kata baru, juga bisa belajar trik mengolah kalimat yang enak dibaca. Semakin sering kita membaca, semakin banyak materi menulis yang kita kumpulkan.
Menulis itu sederhana. Bahkan jika sudah terbiasa, menulis menjadi kegiatan refleks yang hampir tanpa berfikir. Begitu memegang pena atau bersiap di atas keyboard laptop atau hand phone, jari-jari tangan akan menari-nari menghasilkan tulisan dengan sendirinya.

Mengapa Lansia?
Membaca sejajar dengan mendengar, yakni memasukan memori ke dalam otak. Sedangkan menulis sejajar dengan berbicara, yakni mengeluarkan atau mewujudkan memori dalam bentuk konkrit sehingga bisa difahami fihak lain.
Otak lansia diyakini sarat memori pengalaman hidup. Banyak teori hidup yang sudah dipraktekan lansia. Jika ditulis, pengalaman seorang lansia bisa menghasilkan banyak buku.
Kebanyakan lansia lebih senang menuangkan simpanan memori otaknya dengan cara berbicara. Sayangnya, tanpa disadari, lansia sering berbicara topik yang sama berulang-ulang. Akibatnya, lawan bicara bosan mendengar. Jika lansia menyimpan memori dalam bentuk tulisan, akan banyak keuntungan yang diperoleh. Dengan menulis, lansia bisa menyimpan banyak data tanpa membebani otak untuk mengingat. Tulisan juga bisa menjadi jembatan komunikasi antara penulis dengan pembacanya tanpa batasan waktu dan ruang. Kesaksian, pengalaman, ide-ide, harapan dan semua isi hati penulis lansia bisa dibaca generasi keturunannya sepanjang waktu di berbagai tempat. Menulis akan merangsang otak berfikir aktif sehingga bisa menghambat datangnya kepikunan. Lebih baik lagi jika lansia menggunakan pena saat menulis karena gerakan jari-jari tangan bisa melatih syaraf motorik halus.

Memulai menulis
Memulai segala sesuatu yang baru, sering terasa berat. Namun semua akan terasa ringan jika dilakukan berulang-ulang. Demikian juga dengan menulis. Beberapa tips di bawah ini bisa membantu lansia yang ingin belajar menulis.

Pertama, tulis saja!
Perintahkan tangan kita untuk menulis apa saja. Gunakan alat tulis yang ada. Carilah topik sederhana yang bisa memacu terwujudnya sebuah tulisan. Menulis kejadian yang sudah kita alami, lebih mudah daripada mengarang. Menulis kejadian hari ini secara berurutan mulai bangun tidur, apa saja yang dilakukan, dimana dan dengan siapa kita berinteraksi serta apa topik pembicaraannya. Kita juga bisa menulis riwayat hidup kita dengan menggali ingatan yang sekian lama terpendam. Otak kita akan dilatih aktif kembali. Kepikunan akan dihambat datang.

Kedua, sempurnakan!
Simpan semua tulisan termasuk konsep tulisan yang kita nilai jelek sekalipun. Baca ulang. Ubah, kurangi, lengkapi tulisan kita sampai kita nilai sempurna. Tehnologi komputer sangat memanjakan penulis. Kita bisa mengubah tulisan semau kita. Ada baiknya tulisan-tulisan hasil kerja tangan kita, disimpan. Kita bisa menilai proses perkembangan tulisan dari waktu ke waktu.

Ketiga, minta orang lain membaca.
Tulisan yang tidak bersifat rahasia, sebaiknya tidak dibaca sendiri. Mintalah orang lain membacanya. Mintalah masukan, komentar atau kritik atas tulisan kita. Ajak beberapa teman membuat kelompok penulis lansia. Setiap anggota membuat tulisan, dibagikan antar anggotanya untuk dibaca dan diberi masukan. Kelompok hobby ini bisa memacu semangat masing-masing lebih produktif menulis.

Keempat, kirim tulisan ke media cetak.
Mengirim tulisan ke media cetak memang bukan tujuan utama penulis pemula tetapi tidak ada salahnya dicoba. Jika dimuat, artinya tulisan kita memenuhi syarat. Jika tidak dimuat, jangan patah semangat. Coba lagi dengan tema-tema lain yang relevan.
Ada beberapa catatan yang perlu diingat sebelum mengirim tulisan ke redaksi media cetak. Isi tulisan menjadi tanggung jawab penulis sehingga jangan menulis tema yang kontroversial. Carilah informasi tentang visi dan misi media cetak yang sesuai dengan tema tulisan kita. Buatlah judul tulisan yang singkat dan menarik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun