Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Mari Bersalaman dan Kita Mulai Hidup Baru Penuh Damai

5 Juni 2019   09:22 Diperbarui: 5 Juni 2019   11:38 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia merayakan hari raya Idulftiri. Hari kemenangan yang ditunggu-tunggu karena pada hari ini setelah tubuh dibayar zakat badannya, tubuh terlahir kembali dengan semangat baru.

Berbagai kegiatan yang dilakukan untuk momen istimewa ini. Diawali dengan lelah payah mudik untuk bertemu keluarga, dilanjutkan dengan acara shalat idulfitri sebanyak dua rakaat. Usai shalat sebelum bubar, mushafahah atau bersalaman dilakukan untuk saling memperkenalkan wajah baru yang fitri.

Bersalaman dan berkunjung kepada sanak saudara tidak hanya menjadi kelengkapan idulfitri namun merupakan pertanda bahwa sisi manusiawi manusia itu sendiri sedang berjalan. 

Manusia sebagai makhluk sosial bertegur sapa dan saling berjabat tangan. Tidak ada gawai, tidak ada wefie, selfie, semua khusyu menikmati momen lebaran.

Idulfitri memiliki manfaat yang besar bagi bangsa ini. Salah satunya adalah memberikan kesempatan kepada semua orang untuk berlatih meminta maaf dan memberi maaf tanpa mengukur-ukur siapa bersalah, siapa berdosa. 

Jika melihat pada ego, meminta maaf bukan hal yang sederhana. Meminta maaf selalu dikaitkan dengan kesalahan. Siapa yang meminta maaf duluan artinya dialah yang melakukan kesalahan dan dosa. Pada hari raya idulfitri tidak demikian definisinya. Mensucikan diri dari segala kesalaha dengan segera meminta maaf, itulah yang menjadi dasarnya.

Bagi seseorang bisa merasa tidak melakukan kesalahan apalagi berdosa sehingga merasa tidak perlu menyodorkan tangan dan meminta maaf. Perasaan ini tidak selamanya benar. Tindakan dan perkataan manusia kepada manusia lainnya, kadang dimaknai berbeda. 

Sebagai contoh, seseorang tersenyum dengan tujuan dianggap ramah. Namun bagi yang melihatnya, dipandang sebagai sikap sinis, dan melukai hatinya. Alasannya senyum itu tidak pada tempatnya.

Begitulah, bagi manusia, apapun bisa dimaknai berbeda. Namun pada hari raya idulfitri ini, semuanya sama, kenal atau tidak kenal, jika berpapasan, langsung bersalaman dan berucap meminta maaf. Sungguh sebuah tindakan terpuji yang memungkinkan terjadinya dunia yang damai. Semua orang saling meminta maaf dengan atau tidak ada sebab kasus terlebih dahulu.

Selamat hari raya idulfitri 1440 H. Mohon maaf lahir batin.  Mari kita mulai hidup baru dengan penuh memafkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun