Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Merintang Waktu Puasa dengan Hobi

20 Mei 2019   11:04 Diperbarui: 20 Mei 2019   11:05 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menunggu tiba saat berbuka terasa lama. Dari menit ke jam perubahannya terasa sangat lambat. Langkah jarum jam seolah enggan mengayuh mengganti detik. Begitulah waktu yang tetap sama menjadi terasa berbeda karena waktu itu sedang ditunggu. Menunggu waktu tiba berbuka puasa terasa penat apalagi pada saat tengah hari dimana haus menyerang. Mengalihkan pikiran dengan melakukan kegiatan positif atau melakukan rintang bisa menjadi pilihan yang tepat. Pikiran yang memusat pada rasa lapar bisa dialihkan pada aktivitas yang disukai, yaitu hobi.

Bagi saya sendiri, beragam aktivitas hobi yang bisa merintang waktu sehingga sampai saatnya berbuka puasa tiba tidak terlalu terasa. Saya melakukan hal-hal berikut.

Pertama, saya menyukai hal-hal berbau feminime yang bagi sebagian orang dipandang sebagai pekerjaan nenek-nenek. Menyulam dan merajut, kedua aktivitas tersebut tidak begitu populer di kalangan warga negara homo digital. Namun bagi saya, yang menjadi tamu di era homo digital, menyulam dan merajut menjadi aktivitas yang benar-benar bisa merintang waktu.

 

Kedua, saya sesekali berkunjung ke halaman depan dan belakang rumah untuk bersilaturahmi dengan tamanan dengan cara memberikan rawatan. Salah satu tanaman yang selalu dikerubuti sejenis keong kecil adalah Lotus. Saya menyiangi keong agar daun-saun Lotus tidak bolong-bolong.

Merintang waktu dengan merawat Lotus (Dokpri)
Merintang waktu dengan merawat Lotus (Dokpri)

Ketiga, perintang waktu untuk menunggu berbuka puasa adalah berlancar di buku digital yang disediakan oleh iPusnas. Saya sedang menjalankan niat menjadikan puasa tahun ini berbeda yakni dengan membaca beragam buku berbahasa Sunda. 

Buku-buku tersebut merupakan buku-buku bagus yang tidak hanya secara konten luar biasa, namun secara tidak langsung dapat menghidupkan Bahasa Sunda saya sendiri yang terasa kian hari kian miskin praktik.

Salah satu buku yang sedang dibaca adalah Diarah Pati (1930) karya Margasulaksana. Buku ini dipandang sebagai karya besar pertama dalam Bahasa Sunda untuk jenis detektif. 

Ajip Rosidi memberikan kritik yang mencerdaskan terhadap buku ini terkait beberapa hal yang dipandang sedikit tidak bisa diterima, dalam arti tidak sesuai dengan zaman setting cerita itu dibuat. Misalnya tokoh utama, Sarudin, memakai piama, terdapat jam beker di rumah, dan foto.

Bagi saya sebagai pembaca, sangat setuju jika buku tersebut merupakan buku misteri yang pertama dalam Bahasa Sunda. Margasulaksana sangat piawai membawa pembaca untuk merasa penasaran terus-menerus terhadap semua kejadian yang menimpa Sarudin. 

Walaupun ada dugaan buku Diarah Pati dikelompokkan sebagai cerita saduran oleh M.A Salmun, namun tidak disebutkeun sumber sadurannya dari mana, bagi saya buku ini benar-benar luar biasa dalam hal menggambarkan kehidupan ahli penangkap burung (mikat) dan penuh kejutan dalam setiap halamannya. Sebuah buku yang harus dibaca oleh Sunda masa kini agar bisa mengenali kembali budaya lama yang kini tinggal 'katanya'.

Membaca buku dari iPusnas untuk perintang waktu )Dokpri)
Membaca buku dari iPusnas untuk perintang waktu )Dokpri)

Terakhir, bulan puasa diisi dengan hobi yang produktif yaitu menulis. Kegiatan menulis secara teratur dijadwalkan agar dalam satu bulan ini satu buku bisa terbit. Saya menuliskan urusan nama. 

Bukan sekali dua kali saya dipanggil Siti Badriah, padahal nama saya Badriah. Untuk meluruskan itu saya menulis autobiogragfi kecil. Isinya menyoal nama sebagai sebutan untuk membedakan dan menjadi rujukan bagi pemiliknya. 

Nama, juga menggambarkan suku bangsa, agama, lingkungan sosial, dan latar belakang ekonomi. Bukunya tidak sedang menggugat kesalahan panggil yang tidak, ataupun, sengaja ditujukan pada Badriah menjadi Siti Badriah. Bukunya berisi penjelasan dari aspek emplisit-egotisme yang sangat kentara antara Siti Badriah dengan Badriah.  

Alasannya, orang tidak akan percaya jika Siti Badriah adalah seorang guru SMA dan kesehariannya dihabiskan untuk mengajar Bahasa Inggris. Pun, sebaliknya, orang tidak akan percaya jika Badriah adalah seorang pedangdut dan kesehariannya bergelut dengan gelimang nada dan cengkok suara. 

Dengan kata lain, tidak bisa Badriah dipersilakan membawakan sebuah lagu dangdut yang menghanyutkan. Yang bisa dilakukan Badriah adalah menyumbangkan lagu. Artinya membuat lagu menjadi sumbang.

Menulis buku untuk merintang waktu  (Dokpri)
Menulis buku untuk merintang waktu  (Dokpri)

Hobi manapun yang dipilih untuk merintang waktu sampai tiba berbuka, pilih yang positif dan membuat amalan puasa terjaga. Selamat menunggu buka puasa tiba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun