Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Ngabuburit, Tradisi Menunggu Saat Berbuka Puasa Khas Cianjur

9 Mei 2019   11:34 Diperbarui: 9 Mei 2019   16:48 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Cianjur terkenal sebagai kota santri dimana para penduduknya menikmati bulan puasa dengan cara tersendiri. Ada keterkaitan yang tidak terpisahkan antara sejarah lahirnya kota Cianjur dengan tradisi berpuasa yang dilaksanakannya.

Mengacu pada sejarah, Cianjur disebut kota santri karena pendiri kota Cianjur tiada lain adalah seorang santri yang belajar keagamaan di Cirebon. Untuk kepentingan menyebarkan ilmu agama, maka santri bernama Raden Jayalanana meninggalkan kota kelahirannya dan membuka pesantren baru di daerah Cikundul Cianjur. 

Agama Islam sebagai agama baru ternyata diterima dengan baik oleh penduduk setempat, bahkan banyak penduduk dari luar daerah datang untuk belajar keislaman di Cikundul. 

Terhitung lebih dari 3.000 orang yang menjadi pengikutnya. Sesuai aturan masa itu, siapapun yang memimpin sebuah tempat dengan jumlah penduduk yang diayominya 3.000 orang maka otomatis menjadi Dalem. Raden Jayalanana kemudian menjadi Dalem Cikundul dengan gelar Raden Aria Wiratanu.

Berkembangnya Cianjur terkait erat dengan Dalem atau pemimpin daerah setara bupati yang menjadi pemimpin Cianjur. Dalem pertama adalah seorang santri yang kuat ibadahnya. Kondisi ini berlanjut secara turun temurun sampai ke dalem-dalem selanjutnya yang memimpin Cianjur.

Bulan puasa atau dikenal dengan sasih saum bagi orang Cianjur merupakan bulan yang ditunggu-tunggu. Kata saum diambil dari Bahasa Arab shaum kemudian menjadi kata pinjaman yang dipakai sehari-hari yang bermakna puasa. Alasan bulan puasa ditunggu dan dirindukan karena secara turun temurun menjadi folklore yang beredar di masyarakat bahwa pada bulan puasa setan diringkus, sehingga manusia bisa berbuat baik selama bulan puasa dengan sempurna. 

Selain itu, setelah puasa berakhir, siapapun yang berpuasa dengan ikhlas akan seperti lahir kembali, ibarat bayi. Iming-iming lahir kembali menjadi orang bersih, dan setan diikat, membuat masyarakat Cianjur berpuasa dengan sangat sungguh-sungguh. Bahkan anak-anak usia 5 tahun pun sudah dikenalkan dengan puasa. Caranya sama, yakni menahan makan dan minum. Tetapi semampunya. Jika mampu sampai pukul 8 pagi, maka dia boleh berbuka, setelah itu niat lagi melanjutkan puasanya.

Pada saat berpuasa godaan yang paling berat adalah rasa haus dan lapar. Untuk menghindari diri dari memikirkan makan dan minum, maka masyarakat Cianjur memiliki tradisi ngabuburit.

 Ngabuburit diambil dari kata burit. Burit artinya sore sekitar pukul 5 ke atas, atau menjelang magrib. Ngabuburit adalah kegiatan yang menunggu waktu buka puasa yang datangnya pada waktu burit atau pada waktu sore. Setiap kampung memiliki cara masing-masing untuk menunggu magrib. Pada tulisan ini akan dicontohkan ngabuburit yang dilakukan masyarakat kota Cianjur, yaitu masyarakat yang tinggal di pusat kota Cianjur.

Masyarakat kota Cianjur memiliki gaya ngabuburit yang kurang lebih sama dengan masyarakat Cianjur di wilayah lainnya. Mereka meninggalkan rumah setalah shalat ashar. Bermacam-macam cara yang digunakan sehingga keluar dari rumah. Untuk masyarakat sekitar kota Cianjur, sebagian dari mereka berangkat dan pulang dengan menggunakan kolbak buntung, atau truk terbuka. Tujuannya untuk hiburan dan membangun kebersamaan. Sebagian lagi ada yang berangkat dengan menggunakan kendaraan sendiri, atau bisa juga naik angkot.

Mereka beramai-ramai menuju sebuah tempat, yaitu depan masjid Agung Cianjur yang dikenal dengan sebutan alun-alun Cianjur. Alun-alun artinya lapangan, dulu merupakan tempat dilakukan upacara resmi pemerintah. Kini alun-alun tidak lagi berfungsi sebagai tempat upacara, namun menjadi tempat menenangkan pikiran, menghibur diri, bertemu teman, bahkan bisa juga menjadi tempat untuk membuang waktu.

Pada saat ngabuburit tentu saja tidak ada aktivitas makan dan minum. Yang ada adalah ngobrol, membuat pertemanan baru, dan belanja makanan untuk berbuka. Masyarakat dari berbagai kalangan bertemu di alun-alun Cianjur. Ada hal menarik ketika ngabuburit, yakni bertemu dengan penduduk santri. Keberadaan para santri terlihat berbeda sekali dengan masyarakat umum. Para santri pria menggunakan sarung dan bersandal jepit. Para santri perempuan menggunakan kerudung yang dikaitkan pada telinga dan memakai kain sarung (sarung untuk wanita yang biasanya terbuat dari batik).

Gaya para santriwan ketika ngabuburit di alun-alun Cianjur (Dokpri)
Gaya para santriwan ketika ngabuburit di alun-alun Cianjur (Dokpri)

Ngabuburit menjadi aktivitas yang sangat menarik bukan karena kemampuannya membuat pikiran tidak terlalu berpusat pada rasa haus dan lapar. Namun ngabuburit menjadi aktivitas sosial yang memberikan banyak manfaat bagi siapapun yang melakukannya.

Manfaat utama dari ngabuburit adalah mempererat tali silaturahmi diantara komunitas. Hal ini terjadi karena selama ngabuburit mereka memiliki banyak waktu untuk berbincang, berseloroh, lebih mengenal personal dengan lebih dalam. 

Ngabuburit seperti ini menunjukkan nilai positif. Kehidupan yang biasanya dihack oleh gawai, untuk sementara waktu, tidak terjadi. Yang muncul adalah kehidupan normal, dimana antar individu berbicara secara langsung, face to face. 

Pertemanan dalam bentuk pertukaran obrolan terjadi secara riil, tidak perlu membubuhkan emotikon, like atau gambar love seperti pada pertemanan virtual.

Manfaat kedua adalah komunikasi. Pada saat ngabuburit semua orang saling bertukar cerita. Komunikasi alami yang kini jarang bisa ditemui. Keterampilan komunikasi kembali terasah pada saat seseorang dipaksa menjawab secara reflek dan lisan. Ngabuburit memang isinya ngobrol-ngobrol, ngalor ngidul.

Manfaat lainnya adalah mood booster. Pada saat ngabuburit akan bertemu orang baru yang memungkinkan mendapatkan inspirasi baru, cara pandang baru terhadap hidup. Hal ini membuat mood berubah. 

Selain itu pada saat berbicara dengan teman atau anggota keluarga memungkinkan bisa mendengar suara hatinya, impiannya, cita-citanya yang bisa saja memotivasi dan mengubah cara pandangan terhadap diri sendiri.

Ngabuburit sebagai suatu kegiatan yang menunggu saat berbuka puasa tiba yang dilakukan masyarakat Cianjur hanya ada pada saat bulan Ramadan saja. Fenomena ngabuburit yang dilakukan secara turun temurun namun tidak memiliki pola dan aturan tertentu menyebabkan ngabuburit menjadi milik semua warga masyarakat Cianjur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun