Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Bilur Bubur Cianjur

9 Juli 2018   11:33 Diperbarui: 11 Juli 2018   01:30 2383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlahan namun pasti, singkong tidak bisa tumbuh karena hujan tidak lagi turun. Sebagian rakyat yang sangat lapar membabat pohon apapun yang masih berdiri. Pohon pisang, pohon kelapa, pohon enau, dikuliti dan diambil bagian tengahnya dan dimakan sekadar untuk mengganjal perut yang telah kembung karena kelaparan. Bisa menikmati makan nasi seminggu sekali menjadi kemewahan termahal yang jarang ditemui oleh rakyat yang hampir semuanya menjadi melarat.

Kemiskinan membuat rakyat Cianjur sanggup memakan apapun. Nasi campur gaplek, nasi campur jagung, pepes dedak, humbut (bagian dalam) pisang, humbut enau, kelapa, bahkan humbut pohon pepaya. 

Memiliki secangkir beras seolah memiliki tabungan berharga yang akan memperpanjang nafas dan menyelamatkan nyawa dari Korod. Beras yang begitu berharga dimasak untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga yang semuanya telah melewati masa lapar. Sejumput beras dicampur air dan direbus sehingga menjadi bubur. Sebetulnya tidak layak disebut bubur nasi karena didominasi air. Bubur ini disebut bubur encer.

Bubur encer tidak sanggup menghapus lapar siapapun, ia hanya mampu menenangkan keroncong tari perut lapar terutama anak-anak. Bubur encer menjadi salah satu menu penyambung nyawa yang tidak dipedulikan rasanya seperti apa, yang penting kemampuannya mengisi perut kosong. Pada masa pendudukan Jepang, satu keluarga yang bisa menikmati bubur encer menjadi keluarga yang dianggap mewah.

Sumber: limawaktu.id
Sumber: limawaktu.id
Seiring perubahan kondisi dan siapa yang mengatur negara Indonesia, Cianjur merasakan pula perubahan ini. Setelah masa Sukarno, bubur encer menjadi sedikit lebih kental karena petani perlahan bisa menanam padi tanpa dicuri pada saat panen. Kemudian pada rezim Suharto, bubur beras berubah dari bubur yang sedikit agak lengket menjadi bubur kental tapi tidak lengket. 

Hal ini terjadi karena pada era Suharto, petani dimasukkan kedalam program Pembangunan Lima Tahun (Pelita) yang memaksa petani meninggalkan bibit padi tradisional menjadi bibit artifisial bernama IR64 yang dipandang tahan terhadap segala penyakit. 

Sejak saat itu, hanya sedikit petani padi Cianjur yang menghasilkan padi dari bibit lokal yang masa tanamnya memerlukan waktu setengah tahun. Sementara IR64 hanya memerlukan waktu lebih kurang 100 hari saja.  

Sejak saat itu, bubur encer menjadi bubur kental tapi dengan rasa beras yang tidak sama. Kurangnya rasa nikmat bubur encer akibat dari berubahnya bahan pokok bubur encer. Beras IR jenis apapun miskin rasa dan kemampuannya dalam mengenyangkan perut. Menggenapi rasa, maka bubur Cianjur ditambah dengan pepes jeroan ayam, kerupuk, dan goreng kacang kedelai.

Kini, satu-satunya bubur encer masih bisa ditemui di sudut pasar Bojongmeron Cianjur. Bubur encer ini telah pula dicampur kerupuk, kacang kedelai, pepes jeroan ayam. Cara membuat bubur encer sangatlah mudah. 

Beras dalam jumlah 250ml direbus dalam 5-liter air sehingga menghasilkan cairan bubur. Beri garam pada rebusan ini. Pelengkap bubur yang pertama adalah goreng kerupuk. Kerupuk yang digunakan adalah kerupuk yang terbuat dari tepung singkong berwarna kuning dengan bagian sisi luarnya berwarna merah, khas dijual di Cianjur.

Pelengkap keduanya adalah pepes jeroan ayam. Cara membuatnya bersihkan usus ayam, potong-potong ukuran satu senti, oseng ditambah dengan irisan bawang daun, beri garam, salam dan serai. Oseng usus ayam kemudian dibungkus kecil-kecil dengan daun pisang dan dibakar. Pelengkap lainnya adalah kacang kedelai goreng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun