Mohon tunggu...
Badriah Yankie
Badriah Yankie Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk keabadian

Badriah adalah pengajar bahasa Inggris SMA yang menyukai belajar membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wisaya Android (WA)

15 Maret 2018   21:57 Diperbarui: 15 Maret 2018   22:12 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Setiap orang akan bereaksi berbeda ketika tiba-tiba muncul sebuah Grup baru di WA dan namanya diikutsertakan tanpa diminta terlebih dahulu. 

Bagi mereka yang menyukai pertemanan tiada henti, ketiba-tibaan ini bisa saja menjadi berkah dan jalan. Berkah, karena misalnya, telah lama mencari seorang teman yang entah dimana rimbanya, tanpa susah dan payah, telah ada dalam grup.

Walaupun kelak sulit sekali menemukannya dan mengenalinya karena yang dipasang pada foto profilnya adalah kata-kata bijak, atau foto anak-cucu atau bisa foto yang tidak menghubungkan sama sekali dengan profil orang tersebut seperti misalnya foto  awan. Kedua, bisa menjadi jalan untuk menemukan kembali teman-teman lama yang secara fisik sangat tidak mungkin untuk bisa ditelusuri keberadaannya. 

Sebaliknya bagaimana jika tetiba seseorang  yang sangat selektif dalam membuat jejaring pertemanan dan ujug-ujug namanya dimasukkan pada grup tanpa izin, reaksinya tentu berbeda. 

Orang yang selektif memilih pertemanan, bisa saja bukan karena tidak menyukai banyak teman, namun  dia mempertimbangkan bahwa dengan menjadi anggota suatu grup WA dirinya memiliki tanggung jawab secara media sosial untuk menunjukkan keberadaan dirinya sebagai anggota komunitas. 

Contoh kecil, mengirim emotikon seminggu sekali, untuk menunjukkan dirinya masih hidup atau untuk menghindari dianggap anggota grup berjenis buaya yang katanya tidak menunjukkan keberadaan karena menunggu siapa yang cocok menjadi mangsanya.  Bisa juga sekadar menjawab salam dalam dua minggu sekali, karena dirinya berada pada lebih dari duapuluh grup yang berbeda. 

Di luar yang dua reaksi berbeda yang dijelaskan di atas, adalah bagaimana grup WA menjamur dan kita tidak pernah bisa menghentikan semangat orang-orang yang terus menjadi admin dan mencari keberadaan teman-teman lamanya secara fisik. 

Pertemanan pada saat TK, SD, SMP tentulah tidak dapat dilinierkan dengan pertemanan jenis media sosial. Pada media sosial (WA), seseorang bisa saja sangat ramah untuk menunjukkan hormat pada anggota grup.  Namun, urusannya jadi berbeda ketika tiba-tiba anggota grup datang secara fisik, tanpa izin terlebih dahulu. 

Pada masa TK, SD, SMP dulu pada tahun 70an, 80an, 90an, ketika hubungan sosial mengandalkan bertemu muka, pertemuan dadakan secara fisik sangat dinanti. Selain tidak ada pilihan, juga ada unsur kejutan karena pada saat TK, SD, SMP pekerjaan utama kita hanyalah mencari teman sebanyak-banyaknya. Kini, setelah (katakan) dua puluh tahun silam, setelah segala sesuatunya tidak semerdeka masa kecil, ketika hidup kita telah diatur jadwalnya oleh orang lain, kunjungan kejutan, tentu malah membingungkan. 

Jika ditolak tidak enak, jika diterima kondisinya sangat tidak memungkinkan. Keserbasalahan ini menimbulkan isu pada anggota kelompok bahwa si A telah berubah, tidak seperti dulu lagi, tidak seperti teman kita lagi, sudah menjadi orang lain. 

Grup WA bisa saja jadi wisaya android. Wisaya artinya sihir. Sihir yang membuat setiap pemakainya terpana. Terpana karena ada fitur yang memungkinkan orang tidak melek IT mampu menyebarkan video, lagu, gambar, teks, tanpa memahami benar efek bagi dirinya sebagai penyebar atau efek tidak langsung bagi yang menerimanya. Dan, tidak adanya pelajaran atau kursus menggunakan fitur-fitur media sosial agar menjadi pengguna yang santu, membuat semua orang bebas bereksplorasi tanpa batas. 

Ada anggota WA yang tanpa malu-malu mengunggah video tidak layak konsumsi dengan alasan sekadar untuk hiburan orang dewasa. Untung saja ada sarana menghapus ke semua, sehingga kekeliruan unggahan bisa sedikit dikoreksi. Tapi itupun sebetulnya tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah, karena bisa saja dalam hitungan detik, anggota WA lainnya,ketika da unggahan, dia sigap langsung mengunduh  dengan menggunakan fasilitas unduh otomatis. 

Wisaya android benar-benar menyihir pengguna.  Para pencari teman lama berkeliaran dengan gigih mencari satu-persatu dimana temannya berada. Mereka lupa, bahwa bisa saja ada orang yang tidak hendak menghubungkan pertemanan yang lama telah putus karena selesainya masa sekolah atau karena pindah rumah. Masa lalu, tidak semuanya harus dikembalikan. Ada sebagian yang harus tetap seperti itu. Sebagai contoh, seorang teman mengeluh bahwa dirinya menyesal diikutkan pada grup WA teman SMPnya.

Dia menjelaskan bahwa masa SMPnya terlalu pahit. Kisahnya dia memiliki sahabat, teman sejak SD, teman ketika mengaji sore, teman bermain, dan terus berjanji menjadi saudara, karena telah demikian akrabnya. Suatu hari, saat dirinya duduk di kelas tiga SMP, sahabatnya meminta dirinya datang ke rumahnya dan diminta menjadi Ibu tirinya. Dia tidak bisa menolak karena ayah sahabatnya adalah guru ngajinya. 

Bagi orangtuanya, kabar pernikahan ini amat agung. Anak gadisnya menikah dengan ahli agama. bagi dirinya, kabar buruk karena sejak saat itu impiannya untuk melanjutkan ke SPG harus dihapus. Siapa penghapus mimpinya, ya sahabatnya itu sendiri, katanya dia telah menemukan Ibu baru untuk menggantikan mamanya yang tak pernah dia kenal. 

Pembuatan Grup WA disarankan meminta izin terlebih dahulu pada pemilik nomornya agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti untuk sabahat SMP di atas, dia menolak dirinya disatugrupkan dengan anak tirinya karena pernikahan yang dialaminya hanyalah seumur jagung.  

WA bisa mendatangkan hal-hal yang tidak diundang. WA bisa pula mendatangkan hal-hal baik. Untuk optimalisasi wisaya android ini, tetap hormati keberadaan seseorang dengan meminta izinnya apakah bersedia masuk anggota grup atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun