Perasaan itu semula ganjil dirasakannya. Bagaimana ia memasang dan membuka matanya. Memasang mata bukan dalam arti kau mempunyai mata kemudian kau fokuskan penglihatanmu agar dapat menangkap semua cahaya dan gerak lewat retina matamu. Sama sekali bukan. Tapi memasang mata dalam arti harfiah. Kamu ambil bola matanya, kemudian kamu masukkan ke rongga soket mata dan kemudian disanalah si bola mata itu tersimpan. Maka orang-orang melihat ia bermata.
Demikian pula halnya dengan membuka mata. Bukan berarti kamu memiliki bola mata yang tertutup kelopak mata yang mengabarkan tiada helai cahaya bisa masuk ke dalam mata karena terhalang kelopaknya. Dan, pada saat kamu buka kelopak mata dan kemudian matamu memberikan informasi tak terperi baik jumlah ataupun kualitasnya. Bukan itu. Sama sekali bukan. Tapi, bola mata yang diambil dengan tanganmu kemudian kamu letakkan pada mangkok steril. Itulah membuka mata. Matanya ada pada mangkok dan tentu saja tidak melihat apapun walaupun matanya terbuka.Â
Kini ia harus pergi ke kantor. Kantor yang membuatnya menjadi seseorang yang berbeda. Dari kantor sempit itu, pandangannya ditunggu orang. Pandangannya yang membuat orang lain berpikir berbeda tentang hidup sebagai warga negara kaya raya tapi setiap hari susah dan merasakan kemiskinan. Pandangannya tentu saja tidak dari matanya.Â
Matanya jelas-jelas buta dan buatan manusia. Mata yang sudah pasti tidak memiliki kemampuan menangkap larik cahaya dan merasakan jarak. Ia tidak pernah bisa menggunakan matanya untuk dapat melahirkan pandangan. Matanya hanyalah hiasan kosmetik yang membuat orang-orang kagum. Orang-orang mengira, mata itulah yang menangkap pandangan-pandangan yang mengubah dunia kecilnya. Mereka salah.
Ia memasang matanya. Dalam pikirnya, saya akan pasang mata ini hanya pada saat bekerja saja. Orang-orang memerlukan kesempurnaan kata sepasang. Sepasang mata. Sepasang pengantin. Sepasang kekasih. Sepasang sendal jepit. Penodaan pada kata sepasang akan menimbulkan kekacauan. Sepasang pengantin, jika pasangannya mengundurkan diri dengan alasan kamu tak perawan lagi, maka yang tersisa hanyalah kembang-kembang setaman yang berbau busuk.Â
Sepasang kekasih, jika hanya tinggal seorang, maka kasih itu hilang, ia hanya jadi manusia biasa. Manusia yang egois, penuh murka, bahkan bisa saja amat menyebalkan. Sepasang sendal jepit, ketika ada dua kaki siap menjepit dan sendalnya hanya satu, maka tak berhargalah sendal mahal yang dibeli dengan mengunjungi puluhan toko dan ribuan kali coba-pakai-coba-pasang di kaki.Â
Sepasang mata, ketika salah satunya hanyalah hiasan pemuas tatapan kata sepasang, menjadi tak masalah apakah sepasang mata itu memiliki syaraf atau tidak. Tidak jadi urusan ketika salah satunya produk kosmetik, yang penting ada dua: sepasang. Maka atas nama kesempurnaan kata sepasang, iapun memasang mata dengan segala jerih, payah, ngilu dan sakit pada soket matanya.
Kini ia memiliki sepasang mata. Artinya ia bisa meninggalkan rumah dan beramah-ramah dengan semua orang. Ia menuju ke kantor lain, ke kantor dimana dirinya selalu merasa dikhianati. Kantor dimana para pembuat surat keputusan berada. Ia berdoa, semoga perjuangannya untuk memperbaiki nasib saudaranya secara struktural mendapatkan kemudahan.Â
Ia tidak terlalu menyukai hirarki struktural. Hirarki itu tidak fair, jauh dari kata adil. Tidak seperti hirarki pohon keluarga. Kamu tidak bisa berpindah, apalagi seenaknya. Tidak bisa seorang anak berpindah tempat dan menempati kedudukan pada struktur kakek. Anak ya anak, posisinya di bawah ayah-ibu. Kalau si anak ingin menjadi kakek, maka ia harus membangun struktur baru dengan menempatkan dirinya pada bagian teratas.Â
Struktur keluarga, mudah ditelusuri dan dikloningkan pada keluarga-keluarga lainnya yang berbeda hanyalah nama. Struktur pekerjaan, ia menghela nafas, tidak bisa diatur sejernih hirarki garis darah. Seringkali, hirarki yang berlaku adalah garis pertalian uang.Â
Dalam ruang sedikit pengap ia mengajukan beberapa pertanyaan tentang bagaimana sebuah data di hilir bisa sinkron dengan di hulu. Pemegang otoritas data menjawab dengan singkat, 'keluar dari sistem, nanti aku tarik dari sini.'
Ia sedikit tahu tentang sinkronisasi data. Jawaban tadi ia anggap sebuah keputusan. Tentulah berbeda peran seorang otorita pemegang data dengan operator dan pengguna data. Saling silang kait urutan data menjadi hirarki ketergantungan jalannya sistem data. Saling konfirmasi data selalu jadi penentu keberhasilan program.
Para pegawai saat ini dipaksa masuk pada sistem dalam jaringan. Semua ditujukan untuk kemudahan penelusuran data personal pegawai. Semua kemudahan tersebut muncul terbalik ketika para pegawai di lini daerah yang jauh dari internet bahkan belum berkenalan dengan internet mengandalkan operator untuk pengisian semua data.Â
Kejanggalan muncul ketika pegawai-pegawai dari negeri di bawah gunung ini (bahkan) tidak paham pasword surat elektroniknya sendiri. Saat ini, aparatur sipil negara harus memiliki password surat elektronik untuk memastikan dirinya tercatat pada data pangkalan pegawai yang dikendalikan Jakarta.
Masalah yang hendak ia bantu selesaikan ternyata berhadapan dengan hirarki sistem. Harus runut. Taat program. Pemberitahuan yang tidak runut mengakibatkan ia terjerembab pada solusi yang mendatangkan masalah baru. Pegawai dari kaki gunung yang juga aparatur sipil negara mendapatkan informasi tidak tuntas dan tidak runut dari atasannya.Â
Dia pontang dan panting meminjam ongkos agar sistem perangkat lunak ini bisa menampung namanya. Dalam kemasygulan orang desa yang tidak pernah menjamah keyboard atau menyentuh layar screen, dia tergagap-gagap menyampaikan masalah yang dia sendiri tidak mengerti.  Kondisi bertambah akut pada saat ada seseorang yang bersedia merapikan jalur-jalur nirkabel nasibnya, dia  tidak mudah dihubungi. Si penolong dengan mata kosmetiknya tak mampu memandang solusi lain yang lebih praktis sehingga saudara sepekerjaan dengannya kelak mendapatkan kemudahan bekerja secara administratif di tempat kerjanya yang baru.
Ia kembali pulang dan kembali ia membuka mata dan menyimpannya. Ada saatnya ia tidak memakai mata, dan itu lebih menyenangkan karena sesaat ia lepas dari sakit dicucuk mata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H