Ancaman itu terdengar kering diantara hembusan hasratnya yang ingin melihat kemajuan negeri ini segera terwujud. Ia belajar tanpa henti untuk menemukan cara termudah menolong rekan dan kolega kerja seprofesinya dan hasil belajarnya ia bagi, cuma-cuma. Untuk sebuah perubahan, ia meninggalkan kursinya. Ketidakdudukan di kursinya itulah yang jadi masalah.Â
Bagi atasannya bekerja dihitung dengan seberapa setia pegawainya duduk di kursi yang disediakannya. Yang penting duduk. Apakah duduk untuk melamun, untuk main WA, Facebook, nonton film porno, semuanya tidak penting. Hitungannya ada di kursi. Produk kerja pada saat menduduki kursi, tidak dihitung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H