Saran dan masukan untuk meningkatkan kualitas pengajaran selama ini dilakukan oleh pihak eksternal sekolah dan bersifat top down. Akibatnya masukan untuk peningkatan kualitas mengajar yang diterima para guru, diantaranya, berupa pelatihan yang materinya belum tentu sesuai dengan kebutuhan guru. Materi pelatihan bersifat pukul rata yang mengakibatkan guru pulang pelatihan, Â mereka kembali pada kebiasaan lamanya.
Peningkatan kualitas mengajar sebaiknya dilakukan pihak internal dan bottom up. Cara ini mengindikasikan bahwa guru itu sendiri yang harus mengkaji bagaimana dirinya mengajar dan secara jujur melihat bagaimana proses membantu siswanya mendapatkan kompetensi diberikan dan dinilai. Sejauh ini, tindakan mengkaji apa yang dilakukan ketika mengajar dan mengevaluasinya secara saksama, tidak banyak dilakukan guru. Para guru seolah telah terbius dengan dogma bahwa tugas guru utamanya adalah mengajar.Â
Mengkaji, mengevaluasi dan melihat kembali apa yang dilakukan ketika proses mengajar disebut refleksi pembelajaran. Para guru sejatinya melakukan refleksi pembelajaran segera setelah mengajar. Berbagai teknik dapat dipilih untuk digunakan oleh guru sebagai alat merefleksikan mengajar. Sebagai contoh, Richards dan Lockhart (2007) menawarkan enam teknik untuk guru dapat mengkaji proses pemberian pengalaman mengajarnya dan kelak diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan dan kompetensinya.
Pertama, jurnal atau catatan harian. Jurnal merupakan catatan yang dibuat oleh guru atau siswa sebagai respon terhadap proses pembelajaran. Pada catatan harian, guru dapat dituliskan apa saja yang dilakukanya ketika mengajar, mendokumentasikan secara tertulis gagasan untuk diterapkan pada pembelajaran selanjutnya. Sedangakan pada catatan harian siswa, mereka diminta oleh guru untuk menuliskan apa yang dipelajarinya. Menulis catatan harian secara teratur pada setiap akhir pembelajaran memberikan ruang bagi guru dan siswa melakukan literasi setelah pembelajaran dalam bentuk refleksi ragam tulis.
Kedua, catatan mengajar. Catatan mengajar adalah dokumen yang dibuat oleh guru berupa menuliskan langkah-langkah mengajar yang dilakukannya. Cara ini, membantu guru untuk menyandingkan bagian mana dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang terlaksana atau malah diubah sesuai kondisi kelas dan siswa. Adanya catatan mengajar memungkinkan guru melihat seberapa efektif pembelajaran yang diberikannya.
Ketiga adalah menggunakan survey dan kuesioner. Sebagai contoh seorang guru hendak mengetahui bagaimana pandangan siswa terhadap penggunaan kerja kelompok. Kuesioner dapat digunakan untuk mengetahui apakah kerja kelompok dianggap membantu siswa atau tidak. Demikian pula dengan survey, sangat membantu guru untuk mengumpulkan informasi yang terkait sikap terhadap pembelajaran.
Keempat, rekaman secara audio atau video. Merekam suara sendiri atau merekam aktivitas dan menjadikannya video, sangat mudah dilakukanny dengan tersediany sarana tersebut pada gawai. Selain mudah dilakukan, Â merekam pembelajaran sangat menolong guru untuk melihat banyak hal yang terjadi dalam proses pembelajaran. Guru, misalnya, dapat mengukur berapa banyak waktu bicara yang digunakannya selama mengajar.
Kelima, observasi. Observasi adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang mengajar  bukan evaluasi mengajar.  Melalui observasi,  guru mendapat banyak penjelasan, informasi, dan bagaimana proses belajar terjadi dari sudut  pandang observer. Observer membantu guru memahamkan bagaimana dirinya mengajar dan bagaimana meningkatkan kualitas mengajar melalui masukan.
Keenam, penelitian berbasis kelas. Penelitian yang dilakukan oleh guru atas dasar tujuan untuk lebih memahami proses belajar mengajar yang efektif. Penelitian dilaksanakan berdasarkan refleksi bahwa kelas tertentu atau siswa tertentu memerlukan bantuan atau layanan berbeda sehingga nantinya kompetensi yang dijadikan tujuan pembelajaran tercapai.Â
Refleksi pembelajaran sebaiknya dipandang sebagai bagian dari unjuk kerja profesional guru untuk meningkatkan kompetensi dirinya sebagai pendidik. Dalam refleksi pembelajaran,  guru  dapat memilih teknik manapun  yang membuatnya dapat melakukan kontemplasi pembelejaran yang telah diberikannya dan pada saat melakukannya tidak merasa jadi beban.Â
Melakukan refleksi dengan cara menuliskan secara jujur apa yang dilakukan selama pembelajaran dan kemudian mengevaluasinya, memberikan dua manfaat sekaligus. Pertama, melakukan refleksi dengan cara menuliskannya memicu guru untuk menjadi literat yakni berpindah dari budaya lisan ke tulisan. Kedua, guru memiliki artefak pembelajaran yang dapat dijadikan bukti bahwa sebagai seorang profesional semua aktivitasnya terdokumentasikan dengan baik.Â
Teknik mendokumentasikan refleksi yang manapun yang dipakai secara perlahan kelak mengarahkan pada kajian yang dilakukan oleh pihak internal dan bottom up. Internal dalam arti dilakukan oleh guru itu sendiri dan kajiannya berpijak pada pengalaman mengajar. Bottom up mengacu pada pemenuhan peningkatan kualitas guru datangnya dari suara guru, berdasarkan apa yang dibutuhkannya sehingga dirinya menjadi guru kompeten.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H