Mohon tunggu...
Yanuarius Sonlay
Yanuarius Sonlay Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Revolusi Dari Desa, Sebuah Gerakan Desa Membangun (Gerdema) Ala Bupati Yansen

30 November 2014   07:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:28 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PERLOMBAAN RESENSI BUKU

Oleh

Yanuarius Sonlay

Mahasiswa

Judul Buku : Revolusi dari Desa - Saatnya dalam Pembangunan Percaya Sepenuhnya kepada

Rakyat

Penulis : Dr.Yansen TP.,M.Si.

Nama Penerbit            : PT Elex Media Komputindo

Cetakan : Pertama

Tahun Terbit : 2014

Jumlah Halaman : xviii + 180 halaman isi

ISBN : 978-602-02-5099-1

Gambar Buku :

Judul Resensi

Revolusi Dari Desa, Sebuah Gerakan Desa Membangun (Gerdema) Ala Bupati Yansen

Ketika pertama kali melihat dan membaca judul buku ini, saya bertanya dalam hati, mungkinkah ada yang salah dengan kehidupan di desa? Sebegituparahkah kehidupan di desa sehingga membutuhkan revolusi? Kalau memang demikian, revolusi macam manakah yang harus digalakkan? Sebab dalam benak pemikiran saya, revolusi selalu berkaitan dengan perubahan secara radikal dari yang tidak biasa menjadi biasa, dari yang buruk menuju yang baik. Biasanya revolusi dilakukan dengan cara kekerasan bahkan menelan korban seperti yang dialami dalam Revolusi Perancis. Ataukah ada sesuatu yang baru datang dari pemikiran Bupati Malinau ketika berbicara mengenai revolusi dari desa tanpa kekerasan?

Revolusi dari desa adalah  gagasan yang dibangun oleh Bupati Yansen yang didasarkan pada Gerakan Desa Membangun atau yang biasa dikenal oleh masyarakat Malinau dengan sebutan Gerdema. Gerakan Desa Membangun dari Malinau yang menjadi acuan bagi Bupati Yansen dalam melakukan revolusi merupakan ide utama dan fokus dari buku ini. Konsep ini bertujuan untuk mengelolah pemerintahan dan pembangunan desa demi meningkatkan  kesejahteraan masyarakat. Bupati Yansen yang menulis buku ini ingin membagi pengalamannya bagi seluruh masyarakat Indonesia khususnya para pemimpin bangsa mulai dari Kepala Desa hingga Presiden dalam membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia ke arah yang lebih baik. Konsep revolusi dari desa ini dijelaskan dalam tujuh bab. Penjelasan dalam buku ini diberikan secara sistematis dan berkesinambungan. Artinya ide dari bab yang satu menuju bab yang lain memiliki keterkaitan yang cukup signifikan dan membantu pembaca untuk memahami ide yang dikemukakan oleh penulis lewat alur pemikiran yang jelas.

Pada bagian awal buku ini, penulis melihat persoalan yang dialami di desa. Penulis menggugat konsep pembangunan yang diterapkan di desa selama ini. Konsep pembangunan yang dihidupi di desa selama dinilai kurang tepat dimana hanya menempatkan rakyat sebagai objek pembangunan. Masyarakat desa dinilai tidak mapu untuk mengelolah pemerintahan dan pembangunan di desanya sehingga tidak mendapat keprcayaan dari pemerintahan yang lebih tinggi. Akibatnya permasalahan yang ada dalam kehidupan di desa tak pernah diselesaikan dengan baik, bahkan semakin banyak permasalahan yang muncul. Melihat hal ini, penulis mencoba mengemukakan sebuah konsep pembangunan yang baru untuk mengatasi persoalan ini.

Konsep pembangunan yang dimaksudkan oleh penulis adalah konsep Gerakan Desa Membangun (Gerdema). Konsep ini merupakan gagasan yang digeluti melalui proses perenungan panjang dan mendalam dari penulis untuk menjawabi pertanyaan: “mengapa elite-elite lokal dan birokrasi pemerintahan daerah yang selama ini telah bekerja keras belum membuahkan hasil yang signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, khususnya masyarakat desa di Kabupaten Malinau?” Menurut penulis, masyarakat desa perlu dilibatkan dalam pembangunan demi mengatasi permasalahan ini. Bahkan pemerintah pun harus memberikan kepercayaan penuh kepada masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan. “Gerakan ini menuntut suatu perubahan yang sistematis dan menyeluruh. Perubahan pada sistem nilai, mindset dan culture set serta harus menjadi tegas teraplikasi secara nyata dalam semua perilaku, baik perilaku birokratis, pejabat fungsional maupun perilaku personal: yaitu perilaku  masyarakat, perilaku para birokrat (PNS) maupun pelaku ekonomi atau para wiraswasta, serta seluruh stakeholder atau pemangku kepentingan di daerah.” Kerja sama pemerintah, swasta dan masyarakat sangatlah dibutuhkan dalam mewujudkan konsep ini. Konsep Gerdema ini dijelaskan lebih mendetail lagi dalam bab III yang merupakan inti dari gagasan yang dikemukakan oleh Bupati Yansen.

Bab-bab berikutnya, penulis mengemukakan cara-cara yang harus dihidupi untuk mewujudnyatakan konsep Gerdema ini. Menurutnya, konsep ini akan terwujud bila visi, misi, dan strategi dalam menyejahterakan masyarakat harus diimbangi dengan kepemimpinan yang kuat dan visioner. Pemimpin yang kuat dan visioner adalah pemimpin yang cerdas secara spiritual, emosional, intelektual, ekonomi dan memiliki kecerdasan nasionalis kebangsaan. Selanjutnya, penulis melukiskan situasi kehidupan di desa disertai dengan mekanisme untuk mewujudnyatakan konsep Gerdema supaya berhasil dalam meningkatkan pertumbuhan dalam berbagai aspek kehidupan di desa.

Pada bagian akhir, membuat pemetaan terhadap konsep Gerdema yang sudah diterapkan di kabupaten Malinau sejak tahun 2012 hingga saat ini. Penulis membuat perbandingan pertumbuhan dalam berbagai aspek kehidupan di desa berdasarkan waktu sebelum dengan waktu sesudah dijalankan konsep ini di kabupaten Malinau. Ternyata, berdasarkan pemetaan ini, konsep pembangunan Gerdema ini membawa perubahan ke arah yang lebih baik dan cukup signifikan bagi pertumbuhan dalam berbagai bidang kehidupan di desa-desa yang ada di kabupaten Malinau.

Kelebihan dari buku yang ditulis oleh bupati Yansen ini adalah pertama, buku ini merupakan hasil kajian doktoralnya, yang kemudian dipraktekkannya bagi masyarakat Malinau ketika menjabat sebagai bupati. Sebelum menjadi bupati, kajian doktoralnya ini terus dilanjutkan dalam pergumulannya yang panjang selama 26 tahun yang dimulai ketika menjadi Pegawai Negeri Sipil hingga menjadi bupati Malinau. Ia adalah pemimpin intelektual yang mencintai bangsanya. Ia tidak hanya sekedar berpikir tentang sesuatu tetapi juga berbuat apa yang dipikirkannya itu. Kedua, konsep yang dikemukakan dan pembahasannya ini sangat sistematis dan menyeluruh. Hal-hal yang dibicarakan adalah hal-hal yang praktis, hal-hal yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat desa. Ketiga, bahasa yang digunakan dalam penulisan buku ini adalah bahasa Indonesia yang baku dan sederhana sehingga dimengerti oleh semua kalangan masyarakat. Kelemahan dari buku ini adalah masih menggunakan bahasa asing untuk kata-kata tertentu yang sebenarnya juga memiliki arti dalam bahasa Indonesia. Misalnya kata platform (hal. 61) dan input (hal. 58 dan 76). Sebenarnya kedua kata ini bisa memiliki arti yang dapat dibahasakan dalam bahasa Indonesia yakni platform diganti dengan kata rambu-rambu dan input diganti dengan kata masukan. Walaupun hal ini merupakan hal-hal praktis dalam penulisan dan dapat dimengerti oleh pembaca tetapi perlu diperhatikan hal ini sebagai bentuk ungkapan kita dalam mencintai bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah identitas bangsa yang perlu dihargai dan dihormati.

Revolusi dari desa yang didasarkan pada sebuah Gerakan Desa Membangun ala bupati Yansen ini mengubah pemikiran awal saya akan cara yang digunakan dalam melakukan revolusi demi suatu tujuan hidup yang lebih baik. Revolusi tidak selamanya harus dilakukan dengan kekerasan. Revolusi bisa dilakukan dengan cara yang mengedepankan kebaikan dan penghormatan akan nilai-nilai kemanusiaan universal. Revolusi ala bupati Yansen ini mengedepankan konsep yang baik dan tindakan yang baik pula yakni dengan konsep Gerdema untuk mewujudnyatakan kehidupan masyarakat desa yang aman, nyaman dan damai. Revolusi dari desa yang dikemukakan oleh bupati Yansen ini sangat berguna bagi seluruh masyarakat desa yang ada di Indonesia dalam mengelolah pemerintahan dan pembangunan desa menuju kesejahteraan bersama. Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka buku ini baik untuk dibaca oleh semua orang dan dapat dipraktekkan oleh seluruh masyarakat desa yang ada di Indonesia beserta pemimpin-pemimpinnya bila belum menemukan sebuah konsep dan cara yang tepat untuk mengatasi berbagai persoalan yang ada dalam kehidupan masyarakat desa.

Terima kasih bupati Yansen!

Selamat membaca buku Revolusi dari Desa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun