"Baringkan anak ini di lantai!" Ucap  Gumpo perlahan. "Dia mengalami patah tulang di beberapa tempat. Selain itu dalam perutnya juga masih tersisa banyak air kotor dan lumpur. Aku akan berusaha menolong nya!"
"Gumpo! Jangan main-main!" Teriak Andere Daulay dengan cemas. Sejak kapan Gumpo mengerti pengobatan?
Ibu muda itu dengan hati-hati membaringkan bocah itu dilantai dalam keadaan menelungkup. Gumpo jongkok disamping gadis kecil itu. Dengan satu tepukan lembut pada punggung gadis itu, beberapa teguk cairan melompat dari mulut gadis itu. Tubuhnya menggeliat.
Dibawah tatapan puluhan pasang mata, jari tangan Gumpo bergerak dengan cepat seperti menari. Samar-samar dari gerakannya itu muncul bayang-bayang cahaya pelangi. Mata semua orang terbelalak tapi tak ada satupun yang berani membuka mulut.
Entah berapa lama, Tubuh Gumpo berhenti bergerak, cahaya samar juga hilang seperti tertiup angin. Di langit terdengar suara bergemuruh banyak sekali. Lalu muncul tiga helikopter hijau. Sepertinya bala bantuan dari militer setempat sudah berdatangan.
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H