Mohon tunggu...
Yandra Susanto
Yandra Susanto Mohon Tunggu... Guru - Guru terbaik adalah yang mampu merubah iblis jadi malaikat, merubah maling jadi ustad

Impian tertinggi, berkumpul bersama orang tercinta di JannahNya nanti

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Jejak Leluhur (Bag. 4)

14 April 2023   09:30 Diperbarui: 14 April 2023   09:36 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Alif kembali ke rumah sakit bersama Leoni dan Siti. Saat itu, Direktur rumah sakit langsung mendekat. Wajahnya sangat bahagia. "Tuan! Nyonya besar sudah sadar!"

"Secepat itu?" Tanya leoni tersenyum "Bagus!"

Disampingnya, Siti melemparkan barang bawaannya dan bergegas masuk. Alif mengikuti dengan wajah sedikit pucat, tapi bibirnya mengulas senyum. Leoni dan Ali Akbar ikut masuk diikuti pula oleh beberapa orang perawat.

Di ranjang kualitas terbaik, Seorang wanita paruh baya berwajah pucat sedang mengelus lembut kepala Siti yang sesenggukan di pangkuannya. "Amak sudah tidak apa-apa! Bagaimana dengan biayanya?"

Siti menghapus air mata dipipinya. Dia menoleh kepada Alif yang baru saja masuk. "Amak, lihat! Uda sudah pulang"

Mata perempuan berwajah teduh itu memerah melihat Alif yang mendekat dan meraih tangannya, lalu tangan tua itu di bawa ke pipinya. Wajah pemuda itu ternyata basah. "Amak! Maaf, Amak menderita. Mulai sekarang, Amak tak boleh menderita lagi. Aku takkan meninggalkan kalian lagi. Bagaimana perasaan Amak?"

Halimah memandang pemuda disampingnya dengan wajah penuh kasih sayang. "Amak tak apa-apa. Apakah tidak akan mengganggu pekerjaanmu? Lihatlah kau begitu kurus sekarang..."

Ali Akbar memberikan isyarat kepada yang laina, dan menyisakan tiga orang itu didalam. Sebelum menutup pintu, dia mengingatkan" Tuan, nyonya besar masih sangat lemah. Biarkan beliau lebih banyak istirahat seelah ini. Kami akan keluar!"

Alif tak menjawab. Dia masih menggenggam tangan ibunya dengan erat. Ada ribuan kata yang ingin disampaikan, tetapi dia tahu, ibunya butuh Istirahat dan tidak boleh banyak bicara. "Amak istirahat yang baik. Aku akan menjaga kalian. Maafkan aku, Amak. Lama sekali aku meninggalkan kalian sehingga harus menderita begini!"

Wanita itu tersenyum. Tangannya memegang kepala Alif dan mengusapnya penuh kasih. "Tidak, kami baik-baik saja. Anak bujang Amak sudah besar. Lihatlah! Kau tampan sekali!"

Alif tersenyum. Memegang erat tangan wanita mulia itu, lalu dikecupnya dengan takzim. "Bagaimana perasaan Amak sekarang?"

Halimah tersenyum manis sekali. Tapi tiba-tiba raut wajahnya berubah drastis. Nafasnya menjadi sangat cepat dan berat. Detektor di samping tempat tidur melengking. Leoni yang diluar segera bergegas masuk diikuti oleh Direktur Ali Akbar dan seorang Dokter, Rian.

Saat itu mereka menyaksikan Alif memejamkan mata dengan tangan masih memegang tangan ibunya. Tiba-tiba saja detektor kembali perlahan-lahan menunjukkan kondisi pasien yang kbali membaik. Wajah dokter Rian berubah. Sebelum dia berbicara, tangan Alif bergerak cepat. Ujung jarinya menyentuh pertengahan dada dan leher ibunya. Halimah jatuh dalam kondisi tertidur pulas.

"Tidak boleh!" Seru dokter Rian. Dia bergegas mendekati alif. Saat itu jari terakhir Alif sudah jatuh tepat di posisi jantung Halimah.

Tiba-tiba detektor bereaksi lagi. Wajah semua orang berubah lagi. Dokter Rian tercengang. Dia menatap Alif dengan tatapan rumit. "Tuan, ini tidak baik....!"

Alif menatap Rian dengan tatapan ganas. Kenapa kau mengabaikan kondisi jantung pasien yang tidak baik sebelum operasi?"

Dokter Rian pucat. Dia menoleh pada Ali Akbar dengan tatapan penuh harapan. Ali Akbar pun tak paniknya. "Begini tuan, Saat datang ke UGD, rekam medis ibu anda hanya menjelaskan tentang lambungnya yang bermasalah dan tidak mendeteksi adanya penyakit lain..."

Wajah Alif berubah ganas. Tapi tiba-tiba dia terhuyung dan ambruk. Sebelum menyentuh lantai, satu sosok lelaki muda bergegas masuk diikuti oleh seorang perempuan tua dengan penampilan elegan dan bermartabat.

"Apa yang terjadi?" Leoni dan Siti menjerit panik. Rian segera membantu pemuda asing itu menaikkan Alif ke ranjang disamping ranjang Halimah. 

Bersambung....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun