Setelah menyelesaikan pemindahan kepemilikan, Leoni mengusir tim hukumnya. Ali Akbar juga segera kembali kerumah sakit. Bagaimanapun sampai sekarang meskipun dokter mengatakan kondisi Bu Halimah baik-baik saja, tetapi kesembuhan orang tua Alif adalah kunci kariernya seumur hidup.
"Ayo ikut kakak!" Ucap Leoni dan menarik tangan Siti ke mobilnya. Tapi Siti malah menengok pada Alif ingin meminta pendapatnya.
"Kita perlu beli beberapa pakaian. Jangan sampai kau dibuat malu, kemana-mana udamu seperti pengemis. Hahaha!" Ucap Alif menjawab kebingungan gadis itu.
"Baiklah. Tapi kurasa, cukup untuk Uda saja. Pakaian aku masih layak dan ada beberapa potong dalam bungkusan ku!" Jawab Siti polos.
"Kau jangan cemas. Uang udamu banyak sekali. Aku akan bantu kau menghabiskannya hari ini, " kata Leoni sambil tertawa dan menjalankan mobilnya.
Siti melongo dan menatap Alif yang merentang kan tangan membuat ekspresi tak berdaya. "Jangan cemas. Kakak punya uang!"
Dengan cepat, mereka sampai di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di kota Selasih. Akhir pekan membuat pusat perbelanjaan menjadi sangat ramai. Alif menggelengkan kepalanya melihat kedua wanita itu yang berlari meninggalkannya memasuki pusat perbelanjaan.
Alif memperhatikan gedung mewah belasan lantai itu dengan tersenyum. Dalam dekade ini, perkembangan kota Selasih sangat cepat. Meskipun belum berkembang menjadi kota metropolitan, kota Selasih sudah bisa dimasukkan kedalam lima puluh kota besar Nusentara. Sebuah prestise yang luar biasa. Apalagi dengan ikon unik sebagai kota Padi. Hebat.
"Bruk!"
Sibuk melihat kanan kiri, tanpa sengaja Alif menabrak seseorang. Sosok itu terdorrong hampir jatuh. Untung saja, seorang lelaki muda menahan dari belakang. Yang di tabrak Alif ternyata seorang perempuan tua.
"Kawan! Perhatikan jalanmu. Meskipun mungkin kali pertama engkau ke kota, kau tetap harus memperhatikan keselamatan diri dan orang lain. Minta maaflah sama nenekku. Kau hampir membuatnya jatuh!" Ucap lelaki muda itu