Saat aku mulai menstarter, kembali hp ku bergetar. Tiba-tiba tubuhku menegang. Aku tahu itu pasti kiriman bunda tentang calon jodohku itu. Aku mengeluarkan hp dan langsung membuka pesan gambar itu.
Ada foto seorang pemuda tampan. Tampan sekali. Wajah teduhnya, hidung mancung dan tatapan matanya mengingatkan aku pada salah satu bintang drama favoritku. Setampan ini? Aku tersenyum dengan hati berdebar.
Saat itulah aku menyadari bahwa masih ada satu foto lagi yang belum terbuka. Wajahku pucat. Difoto kedua, wajah tampan pemuda itu diapit oleh dua wajah bocah kembar. Keduanya sangat cantik dan imut. Ada caption dibawahnya. "Ahmad Sebastian. Duda anak kembar. Istrinya meninggal saat melahirkan anak kembar tiga tahun lalu. Usia tiga puluh satu tahun, mapan ekonomi dan lulusan Kairo, Hafizh Qur'an 30 juz!"
Mataku basah. Aku mendongak menatap langit tinggi, awan seperti sudah melukiskan aku bersama ketiga orang itu. Aku menutupnya dengan hati mendesah. Menstarter motor dan melaju pulang.
Sepanjang jalan, wajah lelaki teduh itu tak pernah meninggalkan pelupuk mataku, hingga hari ini, dan Insyaa Allah selamanya. Suamiku dan anak anakku tercinta.
Aku duduk ditepi tempat tidur, memegang foto tiga tahun lalu. Foto yang awalnya membuatku tidak puas dengan status dudanya.
"Umi, ini foto kita waktu kapan? Lucu sekali!" Aku tidak tahu, sejak kapan sikembar berada di sisiku. Aku memeluknya sayang.Â
"Ssstt, jangan keras-keras! Dedek baru saja bobo!" Ucapku berbisik.
Ah, betapa ajaibnya jodoh itu. Siapa sangka dalam kebahagiaan aku hari ini, tiga tahun meniha, aku justru sudah punya tiga anak sekaligus!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H