Tubuh Rohim gemetar dan peluh dingin mengalir di punggungnya. "Apa maksudmu, Bos?"Â
"Hahaha! Kesalahan kami adalah tak seharusnya lahir ke dunia. Sama seperti anak dan Istrimu. Ngomong bagaimana rasanya membunuh anak sendiri? Hahaha!"
"Ciiiiit" dengan paksa mobil berhenti mendadak.
"Apa maksudmu?" Teriaknya dingin.
"Dor!!!"
"Brakk!!"
Belum sempat dia menyelesaikan ucapannya, kaca depan hancur dihantam peluru. Rohim segera merunduk seraya menendang pintu dan melompat kebalik semak belukar.
Dor! Dor! Dor!
Satu rentetan tembakan bergema lama di hutan lindung ditepi jurang. Beberapa mobil yang lewat dijalan utama tak jauh dari situ tak berani berhenti dan segera menambah kecepatan.
Rohim berlari tanpa arah. Dalam bingungnya dia malah muncul di jalan utama. Dibelakangnya belasan laki-laki berpakaian serba hitam dengan penutup kepala seperti ninja terus mengejar.Â
Sebuah mobil barang melintas. Dalam bingungnya, sebuah tangan kasar menariknya masuk dan mobil segeraelaju laksana terbang.
"Surya!"Teriak Rohim gembira. Tapi lelaki bertubuh kekar yang sedang menyetir hanya melirik sedikit, Rohim dapat melihat matanyanya yang basah dan berlinang air mata.
"Kita masih belum lepas dari bahaya!" Ucapnya sambil menyeka air mata dan menambah kecepatan hingga maksimal.
Rohim memejamkan mata berusaha menganalisa kejadian barusan. Tapi dia tidak mengerti. Dia juga tak bertanya lagi melihat ekspresi Surya. Sementara lelaki gagah terus menatap lurus kedepan dan sesekali menghapus air matanya.
Setelah melaju beberapa belas kilo meter, mobil berbelok memasuki sebuah jalan kecil. Tanpa suara keduanya langsung keluar. Setelah melihat tak ada yang mengejar lagi, Surya mengeluarkan sesuatu dari bagian belakang mobil.
Itu satu galon bensin. Dengan cepat satu galon bensin itu di siramkan ke mobil barang itu, dilain saat Surya melemparkan korek api.
"Apa... Apa yang kamu lakukan?" Teriak Rohim panik.
"Duar?"
Api segera membubung tinggi melahap mobil yang tersiram bensin. Langit sudah mulai gelap  saat itu. Cahaya api membuat seantero kembali terang benderang.Â
"Cepat!!" Surya menarik Rohim ketengah hutan. Ketika sampai di sebuah lekukan kecil dengan sebuah batu besar, keduanya berhenti tanpa suara. Surya memastikan tak ada siapapun selain mereka berdua.
Saat itu mereka sudah cukup jauh dari mobil yang terbakar. Surya mengulurkan tangan menyentuh batu. Saat itu, batu besar itu beegesar dengan suara desiran halus. Sebuah lobang besar muncul dihadapan mereka.
"Masuk! Ucap Surya, lalu mendahului melpat kedalam lobang. Meski tak.paha. ini Lo ang apa, tapi Rohim tahu mereka sedang diburu.
Saat keduanya sampai di dasar lobang yang ternyata sebuah goa besar, pintu batu kembali menutup.
"Maafkan aku tak berguna! Saudaraku, Maafkan  saudaramu ini. Aku tak bisa melindungi keluarga kecilmu....." Teriak Surya dengan air mata meleleh dipipinya. Dia segera berlutut didepan Rohim.
Bersambung....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H