Mohon tunggu...
Yandi Suratman
Yandi Suratman Mohon Tunggu... Sales - Sales freelance

Sederhana dan berusaha bersahaja Penyuka film - film berkualitas dan inspiratif, hobby kuliner terutama bakery.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film Monster: Drama Kafkaesque

20 Februari 2024   16:46 Diperbarui: 20 Februari 2024   16:56 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah gak sih mendengar istilah kafkaesque? Jujur saya salah satu orang yang tak akrab dengan istilah itu namun mungkin saya adalah salah satu yang mengalaminya. kafkaesque kurang lebih _setelah saya kepo dan googling_  situasi ketika seseorang harus merasakan kerumitan yang sebenarnya tidak perlu, dan menjengkelkan. Misalnya, rumit dan berbelitnya birokrasi mengurus kartu identitas, rutinitas seorang siswa di sekolah atau para pekerja di kantoran, bisa juga proses dalam mengurus pembagian BLT bagi mereka yang tak mampu, namun yang banyak menerima _misalkan_  malah mereka yang bersepeda motor metic besar dengan ponsel merk keluaran Apple inc?bukan mereka yang benar - benar membutuhkan. Dan ketika berusaha mengurusnya si orang tak mampu ini, badai kafkaesque pun datang menyerang. Hehe.

Sebenarnya saya mau membahas sebuah film tahun kemarin berjudul MONSTER karya Hirokazu kore-eda dari skenario yang ditulis dengan briliant oleh Yuji Sakamoto yang salah satu tema filmnya tentang kafkaesque (kurang lebih itu yang saya tangkap). Sebuah film yang direferensikan mantan presiden Amerika Barrack Obama.

Sinopsis Film MONSTER

Minato Mugino (Soya Kurokawa) suatu hari mulai bersikap berbeda dari biasanya hingga sang ibu, Saori (Sakura Ando), merasakan hal tersebut. Ia pun mengaku kepada ibunya bahwa seorang guru bernama Michitoshi Hori (Eita Nagayama) melakukan kekerasan di sekolah padanya ketika mengajar.

Mendengar anak semata wayangnya menerima perlakuan yang kasar dari gurunya, Saori pun tak terima. Dia pergi ke sekolah Minato untuk menuntut penjelasan dan permintaan maaf dari Hori. Namun, yang dia terima hanyalah ketidakjelasan dan keambiguan pihak sekolah, terutama kepala sekolah.

Di sisi lain, Minato juga menyimpan rahasia lain. Dia sebenarnya akrab dengan teman sekelasnya yang bernama Yori Hoshikawa (Hinata Hiiragi), siswa yang selalu mengalami perundungan di kelasnya, tapi Minato menyembunyikan hubungan persahabatan mereka di hadapan teman-teman yang lain. Ketika saori mencoba mendatangi dan  mencari kebenaran informasi dari Yori yang menurut guru Hori selalu dirundung oleh Minato, namun hal itu tak memberikan informasi yang ia inginkan. Lalu apa yang sebenarnya terjadi?

Input sumber gambar moviezine
Input sumber gambar moviezine

Review :

Jujur saya bukan pengagum karya - karya Kore-eda, film karya nya yang sempat saya tonton terakhir itu film korea berjudul BROKER, itu pun walau dengan persiapan mental dan snack yang lengkap, serta semangat yang ada, berhasil membuat saya tertidur sepanjang film. Lah? Namun difilm ini Kore-eda berhasil membangun lapisan elemen serta struktur film dengan mengupas secara detail.
Ia berhasil menunjukkan betapa kuatnya sebuah perspektif manusia jika dilihat dari banyak kacamata. Gaya Penyutradaraan dieksekusi dengan halus dan cerdas. Di awal terasa lebih skematis. Namun, ada sesuatu yang mendalam dan menyentuh ketika skenario dan premis yang berlapis digabungkan dengan kepekaan nya menggabungkan naturalisme dan kesederhanaan. 

Tak hanya Kore-eda, kegeniusan Yuji Sakamoto dalam menulis naskah terlihat saat ia membelah film utuh menjadi tiga sudut pandang. Dari sisi seorang ibu, guru sekolah, dan seorang anak yaitu, Minato. Yang mana ketiga nya menjadi satu kesatuan yang  saling melengkapi, dengan unsur yang sedari awal saya bahas, yaitu kafkaesque.
Scoring musik yang digubah oleh Ryuichi Sakamoto pun terdengar mengalun melatari adegan demi adegan. Menenangkan, tapi sebenarnya mengerikan. Permainan piano yang digubahnya mampu membuat hati ini seperti disayat perlahan.
Film Monster seolah berpesan, betapa cepatnya manusia menghakimi manusia lain jika hanya menilai dari satu sudut pandang mereka. Seperti quote dalam film ini, kadang kita menjadi monster di kehidupan orang lain. Score pribadi 9,5/10

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun