Mohon tunggu...
Juli Yandika
Juli Yandika Mohon Tunggu... engineer -

Visit my blog yandika7.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam Itu Memang Terlanjur Gelap

19 Januari 2018   10:19 Diperbarui: 19 Januari 2018   10:20 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


www.freepik.com

Ketika itu, entah kapan,

Sepertinya malaikat kematian telah hinggap disisinya

Membangun rumah, kemudian mulai bersarang

Hingga ke dalam, hingga ke akar

Sebelumnya,  suatu saat itu, entah kapan dan dimana

Setan itu mulai menyentuhnya dingin

Sentuhan yang tak berasa tapi menyesatkan

Bisikan tanpa kata menusuk hingga menghilangkan logika

Bukankah sama saja seperti orang gila

Sudah tahu benar tapi tetap dilakoni

Itulah bisikan tanpa kata yang menusuk hingga ke dalam

Menembus ubun-ubun

Sesaat itu ketika malaikat kematian datang

Setan tak tunggang langgang berlari

Mereka sepertinya tak berkelahi

Malah berkompromi, menguji nyali, menguji mati

Dia yang katanya sejengkal lagi dengan kematian telah bersahabat dekat dengan malaikat kematian dan setan durjana

Sepertinya dia sedang dipermainkan oleh kedua makhluk tersebut

Dan terlihat bahwa mereka sebentar lagi akan semakin intim berkolaborasi dalam dusta

Ketika nanti malaikat kematian kembali meniupkan kata yang tak bersuara

Akankah waktu membeku atau bahkan memutar balik detik yang terlanjur suram

Tak 'kan mungkin

Sekarang dia sedang berperang kembali membangun logika yang katanya sedang diserang

Dan malam itu, ketika dia sedang di atas puncak logika

Perasaan memainkan peran dan malaikat kematian berteriak hingga menghunuskan teriakkannya ke dasar jantung

Malam itu malaikat kematian meninggalkan jiwa dan raga yang telah ia semai,  karena telah menyelesaikan tugas
Malam itu memang terlanjur gelap

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun