Sukses adalah proses
Memang benar adanya dan itu adalah kodratnya
Tapi resah bagi banyak pengangguran yang merata
Katanya nepotisme masih merajalela
Anak dari ibu bapak yang duduk dipemerintah tak susah payah mencari kerja
Lulus sekolah dengan nilai pas-pasan, kerja juga pas adanya
Karena memang ada dekeng besar di belakangnya
Kalau memang nilai besar, takut ada manipulasi di dalamnya
Ah memang, tidak semua pelaku pemerintah seperti berita yang ada
Tapi, ini juga bukan karena nila setitik, rusak susu sebelanga
Semua sudah menjadi rahasia publik dan tampil frontal apa adanya
Jika memang mau menduduki kursi yang di sana, Kau berani berapa?
Aku bukan berucap belaka
Karena aku sudah pernah menjadi korban di dalamnya
Sejak sekolah sudah diajarkan membeli kursi untuk masuk ke dalam komunitasnya
Lulus pun demikian, jika mau cepat dan lancar, Kau berani kasih berapa?
Ya, ini adalah realita
Bukan sinema
Bisa jadi, ada episode di dalamnya
Dan ini benar terjadi di Indonesia
Baiklah, singkirkan sejenak bangku pemerintah, bagaimana dengan swasta?
Hampir sama saja, ada nepotisme di dalamnya
Perihal yang berbeda, pemegang kekuasaan akan turun ke anaknya, bukan dari karyawan biasa
Memang mudah masuk ke dalamnya, tapi hanya akan menjadi bawahan selamanya
Memang benar, tidak semua swasta begitu adanya
Tapi logikanya saja, siapa yang rela memberi kuasa
Dari perusahaan yang pernah dirintis hingga nyawa taruhannya
Karena memang sekarang, krisis kepercayaan pun masih merajalela
Lantas, mau jadi apa nanti di mata bangsa?
Pemerintah, swasta sama saja
Mau jadi bos, katanya modal tak ada
Menjual jasa, apa daya kemampuan tak ada
Kemudian siapa yang patut disalahkan atas semua yang terjadi
Berkacalah dari diri sendiri
Jika ingin sukses berusahalah sejak dini
Mujur-mujur kemampuan mumpuni, dan keberuntungan berpihak pada diri
Setelah ini kita akan berlari dari konsonan I,
Tak perlu berlama-lama beradaptasi
Dan kebanyakan basa-basi, jadilah diri sendiri
Agar semakin terlihat jati diri
Ah, ini hanyalah sekelumit kalimat resah bagi yang belum mendapat kerja
Menceritakan semua apa adanya, tak ditambah, hanya bermain logika
Dan kini kita telah berlari dari konsonan I, kembali kekosonan A
Kenapa harus A?
Karena A adalah awal dari semua huruf dan kawan-kawannya
Kenapa tidak nol '0', kawan semua tidak harus diukur dengan angka
Jika kita memulai dari nol, maka seterusnya tak ada batas dan tak ada habisnya
Hingga nanti jatuhnya sampai tak terhingga
Mau jadi apa kita, jika berani memulai tapi terus berjalan selamanya
Hakekatnya tak ada yang abadi, semua hanya fatamurgana dunia
Jika berani mengawali, berarti harus berani mengakhiri
Lantas bagaimana dengan A?
A adalah huruf awal dari sekawanannya
Jika memulai dengan huruf A maka akan diakhiri huruf Z
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H