Mohon tunggu...
Juli Yandika
Juli Yandika Mohon Tunggu... engineer -

Visit my blog yandika7.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Resah Sang Pencari Kerja

7 Desember 2017   11:17 Diperbarui: 7 Desember 2017   13:03 3135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sukses adalah proses

Memang benar adanya dan itu adalah kodratnya

Tapi resah bagi banyak pengangguran yang merata

Katanya nepotisme masih merajalela

Anak dari ibu bapak yang duduk dipemerintah tak susah payah mencari kerja

Lulus sekolah dengan nilai pas-pasan, kerja juga pas adanya

Karena memang ada dekeng besar di belakangnya

Kalau memang nilai besar, takut ada manipulasi di dalamnya

Ah memang, tidak semua pelaku pemerintah seperti berita yang ada

Tapi, ini juga bukan karena nila setitik, rusak susu sebelanga

Semua sudah menjadi rahasia publik dan tampil frontal apa adanya

Jika memang mau menduduki kursi yang di sana, Kau berani berapa?

Aku bukan berucap belaka

Karena aku sudah pernah menjadi korban di dalamnya

Sejak sekolah sudah diajarkan membeli kursi untuk masuk ke dalam komunitasnya

Lulus pun demikian, jika mau cepat dan lancar, Kau berani kasih berapa?

Ya, ini adalah realita

Bukan sinema

Bisa jadi, ada episode di dalamnya

Dan ini benar terjadi di Indonesia

Baiklah, singkirkan sejenak bangku pemerintah, bagaimana dengan swasta?

Hampir sama saja, ada nepotisme di dalamnya

Perihal yang berbeda, pemegang kekuasaan akan turun ke anaknya, bukan dari karyawan biasa

Memang mudah masuk ke dalamnya, tapi hanya akan menjadi bawahan selamanya

Memang benar, tidak semua swasta begitu adanya

Tapi logikanya saja, siapa yang rela memberi kuasa

Dari perusahaan yang pernah dirintis hingga nyawa taruhannya

Karena memang sekarang, krisis kepercayaan pun masih merajalela

Lantas, mau jadi apa nanti di mata bangsa?

Pemerintah, swasta sama saja

Mau jadi bos, katanya modal tak ada

Menjual jasa, apa daya kemampuan tak ada

Kemudian siapa yang patut disalahkan atas semua yang terjadi

Berkacalah dari diri sendiri

Jika ingin sukses berusahalah sejak dini

Mujur-mujur kemampuan mumpuni, dan keberuntungan berpihak pada diri

Setelah ini kita akan berlari dari konsonan I,

Tak perlu berlama-lama beradaptasi

Dan kebanyakan basa-basi, jadilah diri sendiri

Agar semakin terlihat jati diri

Ah, ini hanyalah sekelumit kalimat resah bagi yang belum mendapat kerja

Menceritakan semua apa adanya, tak ditambah, hanya bermain logika

Dan kini kita telah berlari dari konsonan I, kembali kekosonan A

Kenapa harus A?

Karena A adalah awal dari semua huruf dan kawan-kawannya

Kenapa tidak nol '0', kawan semua tidak harus diukur dengan angka

Jika kita memulai dari nol, maka seterusnya tak ada batas dan tak ada habisnya

Hingga nanti jatuhnya sampai tak terhingga

Mau jadi apa kita, jika berani memulai tapi terus berjalan selamanya

Hakekatnya tak ada yang abadi, semua hanya fatamurgana dunia

Jika berani mengawali, berarti harus berani mengakhiri

Lantas bagaimana dengan A?

A adalah huruf awal dari sekawanannya

Jika memulai dengan huruf A maka akan diakhiri huruf Z

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun