Mohon tunggu...
kusmayandi
kusmayandi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Tradisi "Begibung" Masyarakat Suku Sasak

6 April 2016   08:08 Diperbarui: 6 April 2016   08:24 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Budaya dan kearifan lokal memiliki nilai dan sejarah yang sangat penting bagi suatu negara. Hilangnya budaya serta kearifan lokal suatu negara akan menghilangkan jati diri negara tersebut. Oleh karena itu, budaya dan kearifan lokal suatu daerah harus di jaga dan pertahankan. Generasi muda sebagai penerus bangsa adalah sebagai subjek utama yang akan mempertahankan nasib dan cita-cita bangsa Negara ini.

Generasi mudah harus bisa menjaga dan mempertahankan budaya yang kita miliki. Apalagi di era modern ini sudah mulai masuknya budaya-budaya dari luar yang tentunya sangat mengkhwatirkan kita. Jika generasi muda tidak bisa menyaring budaya-budaya luar tersebut akan berdampak besar terutama terhadap perkembangan kepribadian generasi muda sebagai penerus bangsa.

Berbicara mengenai budaya dan kearifan lokal suatu daerah tentunya berbeda-beda. Hal ini menggambarkan betapa banyaknya keragaman budaya dan adat istiadat di negara kita. Di daerah saya di lombok terdapat budaya yang sampai sekarang masih di pertahankan. Budaya tersebut adalah “Begibung”. Tradisi “Begibung” adalah sebuah trasdisi makan bersama bagi masyarakat Sasak, Pulau Lombok. Begibung ini biasanya dilakukan pada acara Rowah/begawe. 

Penyajian makanan dalam Begibung menggunakan nampan atau “nare” dalam bahasa sasak, di atasnya ditaruh nasi dalam jumlah yang cukup banyak beserta dengan lauk pauknya yang terdiri dari sayuran dan daging dengan bumbu khas sasak. Sajian itu disebut “Dulang”. Dulang itu diletakkan secara berjajar membentuk barisan dengan jumlah sebanyak tamu yang akan diundang. Kemudian satu dulang akan dinikmati bersama 3 atau 4 orang. 

Setelah zikir dan doa selesai dibacakan, kemudian makanan yang tersaji dalam dulang itu dimakan bersama. Menariknya, makanan dalam dulang tak boleh dihabiskan, harus bersisa untuk kemudian dibagi bersama dan dibawa pulang yang kemudian disebut “Berkat”. Biasanya alat pembungkus berkat ini sudah disiapkan oleh yang mengadakan “roah” yang diletakkan di dalam dulang, alat pembungkusnya adalah dari daun pisang atau tas kresek. Inilah budaya masyarakat sasak yang masih dipertahankan sampai sekarang.

Budaya ini tentunya harus selalu dipertahankan dan di jaga. Karena banyak sekali nilai dan pesan moral yang terdapat dalam budaya tersebut, salah satunya adalah nilai kebersamaan, menghargai, rasa bersyukur dan saling menghormati. Tentunya nilai-nilai seperti ini menjadi pengenalan pendidikan karakter bagi anak anak muda kita. 

Jika anak-anak generasi muda sudah mengenal berbagai nilai-niali moral yang baik di dalam masyarakat maka ini sebagai modal awal dalan pembentukan karakter anak yang baik. Budaya seperti ini adalah sebagai wadah penanaman nilai-nilai yang baik dalam masyarakat sehingga harus di perkenalkan kepada mereka.

Mengingat seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa sekarang ini banyak budaya asing atau budaya luar yang sudah masuk ke berbagai lapisan maayarakat tanpa terkecuali. Oleh karena itu perlu langkah yang harus dilakukan adalah pengenalan dan penanaman rasa cinta terhadap budaya-budaya yang kita miliki kepada anak-anak kita. Sehingga budaya tersebut akan tetap bertahan dan tetap di lakukan di masa mendatang

 

 

Sumber

http://budaya.kampung-media.com/2015/04/08/berayan-dan-begibung-tradisi-makan-bareng-9504

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun