Mohon tunggu...
Yandde Putra
Yandde Putra Mohon Tunggu... -

FREEDOM................ is my middle name

Selanjutnya

Tutup

Money

SERBUAN MONEY GAME KE PINGGIRAN DAN PEDESAAN. WASPADALAH....!!! WASPADALAH....!!!

18 Agustus 2011   01:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:41 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Besar kemungkinan kota-kota kecil dan daerah pedesaan akan diserbu oleh pelaku money game. Bagaimana membendungnya?

Satu keadaan yang cukup memprihatinkan, sekaligus harus kita waspadai, adalah potensi penyebaran money game di kota-kota kecil atau daerah-daerah pedesaan. Kalau money game dapat berkembang di kota-kota besar serta melibatkan berbagai kalangan—mulai dari kaum berpendidikan tinggi atau intelektual, birokrat, dan pejabat—maka kota-kota kecil pun pasti tidak akan sulit mereka serbu.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan potensi ledakan money game bisa terjadi di daerah atau kota-kota kecil. Beberapa faktor tersebut di antaranyaadalah faktor mudahnya money game diduplikasi, faktor tingkat pendidikan, pengetahuan, dan penguasaan informasi oleh masyarakat, serta lemahnya penegakan hukum. Mari kitabahas satu per satu.

Pertama, faktor mudahnya money game diduplikasi adalahpenyebab utama mengapa bisnis ilegal ini mudah tumbuhdan berkembang. Katakanlah beberapa money game yangpernah beroperasi kemudian tutup, baik karena bangkrut atau karena ditutup pihak berwajib. Mengingat modusnya mudah sekali ditiru, maka mudah saja bagi para operator money game untuk membuat program yang baru dan serupa.

Bahkan, dengan logika sederhana, modus sebuah perusahaan money game bisa dengan mudah ditiru oleh anggota maupun karyawannya. Begitu mengetahui bahwa prinsip bekerjanya money game adalah membayar pendapatan member lama dengan uang pendaftaran  member baru, maka money game itu pun sudah bisa beroperasi.

Contoh paling nyata dari kecenderungan penduplikasian money game ini bisa ditemui dalam kasus money game Kospin di Pinrang, kasus Golden Saving di Jakarta, atau kasus Pohon Mas di Surabaya- Malang. Para pelaku utama atau operator money game tersebut rata-rata adalah bekas karyawan atau pimpinan perusahaan money game sebelumnya yang sudah bangkrut atau ditutup pihak berwajib.

Tampaknya, apabila para operator money game sudah jenuh di suatu daerah, mulai diawasi atau malah ditutup pihak berwajib, atau sudah berhasil mengeruk keuntungan dan tahu kapan harus kabur, maka mereka pasti mencari lahan baru.

Kedua, faktor tingkat pendidikan, pengetahuan, dan penguasaan informasi masyarakat daerah. Memang tidak ada jaminan bahwa tingginya tingkat pendidikan akan menjamin seseorang akan mudah mengenali bentukbentuk money game. Kasus-kasus money game dan piramid yang sudah pernah dibahas di sini menunjukkan bahwa mereka yang berpendidikan tinggi setingkat sarjana,  doktor, profesor sekalipun bisa tertipu oleh money game.

Apalagi mereka yang sangat rendah pendidikannya?
Minimnya informasi menyangkut program-program penipuan seperti money game di kota-kota kecil atau daerah pedesaan juga menambah tingkat kerentanan masyarakat. Apabila di kota-kota besar saja—di mana informasi berlimpah, termasuk mengenai money game dan skema piramid—masih begitu banyak yang terjerat penipuan ini, bagaimana dengan kota-kota kecil dan daerah pedesaan?

Bila kita tengok kasus Koperasi Guyup Raharjo di Yogyakarta, kasus Yayasan Amaliah di Bogor, kasus
Pohon Mas dan Kospin, semua melibatkan warga pedesaan yang sama sekali tidak pernah tahu culasnya
money game. Belum terhitung lagi kasus-kasus penipuan dengan modus yang sama yang tidak pernah terekspos oleh media massa, mungkin bisa lebih banyak jumlahnya.

Ketiga, adalah faktor lemahnya penegakan hukum dalam kasus-kasus sejenis. Mungkin ini merupakan gejala umum di Indonesia mengingat aturan yang baku mengenai pelarangan money game dan skema piramid belum ada. Akibatnya, aparat penegak hukum pun sering kebingungan mencari dasar penindakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun