PrologÂ
Beberapa hari terakhir masyarakat dan pakar ramai memperbincangkan soal tarif mahal untuk naik ke candi Borobudur yang diwacanakan oleh Menteri Koordinator Kelautan dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan. Besaran tarif yang akan diberlakukan Rp 750.000 untuk wisatawan Nusantara dan US $ 100 untuk wisatawan Mancanegara. Isu tersebut langsung saja menimbulkan debat yang ramai. Dalam konteks itu, tulisan ini dibuat, untuk dijadikan bahan renungan, agar persoalannya menjadi jelas dan terang benderang.
Profil Candi BorobudurÂ
Candi Borobudur adalah sebuah monumen bernafaskan ajaran agama Budha, terletak di jalan Badrawati, Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Candi Borobudur dibangun dalam rentang waktu puluhan tahu pada abad IX Masehi oleh Dinasti Syailendra. Candi ini dibangun di atas bukit memiliki bentuk bujur sangkar dengan dimensi ukuran 123 x 123 meter, tinggi 42 meter ( termasuk bagian hiasan puncak serupa induk yang disebut chatra ) dan sekarang 35 meter, tanpa chatra. Candi Borobudur dibangun dengan susunan batu andesit, total volumenya 55.000 meter kubik. Berdasarkan struktur bangunannya candi Borobudur terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Kamadatu, bagian bawah, memiliki 160 panil relief karmawibangga. Relief ini menggambarkan perbuatan perbuatan buruk yang harus ditinggalkan.
2. Rupadatu, bagian tengah, memiliki lorong lorong yang di sisi kiri dan kanan terdapat 1300 panil relief yang menggambarkan perjalanan hidup Sidharta Gautama.
3. Arupadatu, berbentuk lingkaran yang memiliki 72 stupa dengan arca Budha di dalamnya dengan berbagai posisi tangan. Bagian arupadatu tidak menampilkan relief dan tidak berpagar, sehingga orang dapat memandang ke arah kejauhan tanpa terhalang.
Candi Borobudur mulai ditinggalkan dan dilupakan sejak abad XIV, baru ditemukan kembali pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Inggris Sir Thomas Stamford Raffles. Sejak itu silih berganti para pejabat dan pakar melakukan kegiatan pembersihan, pencatatan, penggambaran dan pemotretan. Tercatat beberapa nama yang melakukan aktivitas di sana, antara lain Frans Carel Wilsen, Residen Kedu, Hartman, JFG Brumundt ( ilmuwan ), Isidoro van Kinsbergen ( fotografer ), IJzerman ( insinyur pengairan ), I Groneman ( dokter) , Jan Laurens Andries Brandes ( ilmuwan ). Upaya pemugaran serius mulai dilakukan mulai tahun 1907 - 1911, dipimpin oleh Letnan Kolonel Zeni Theodore van Erp. Orang yang sama juga sukses membangun istana Kesultanan Deli ( istana Maimoon ) dan mesjid raya Al - Mashun di kota Medan. Pemugaran candi Borobudur oleh van Erp terfokus pada bagian arupadatu, sedikit menyentuh bagian rupadatu, dan tidak membuat saluran drainase. Akibatnya setelah beberapa puluh tahun, bagian rupadatu mengalami kerusakan parah. Keterbatasan dana membuat van Erp tidak dapat menampilkan hasil optimal, tetapi dapat memperpanjang usia candi Borobudur.
Gambar: Theodore van Erp, pimpinan proyek. Pemugaran pertama candi Borobudur tahun 1907 - 1911
 (Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bkborobudur/theodoor-van-erp/)