Mohon tunggu...
HMMC J WIRTJES IV ( YANCE )
HMMC J WIRTJES IV ( YANCE ) Mohon Tunggu... Dosen - LECTURER, RESEARCHER, FREE THINKER.

LECTURER, RESEARCHER, FREE THINKER.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pelajaran Penting dari SARS-COV2 (Corona)

22 Maret 2020   13:30 Diperbarui: 22 Maret 2020   13:42 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demikianlah desain sistem pencernaan manusia yang diwarisi sejak jutaan tahun silam. Sistem peninggalan jaman batu itu kemudian dipakai untuk mengolah makanan manusia abad digital yang bentuk, struktur, tekstur, komposisi sudah berbeda jauh dengan makanan leluhurnya dahulu. Makanan manusia modern lebih lembut, halus, mudah dicerna dan diserap oleh pembuluh darah. 

Makanan modern kaya karbohidrat, kaya gula, kaya ptotein, kaya kalori, tetapi miskin serat, miskin nutrisi, yang jauh dari azaz keseimbangan. Tumpukan karbohidrat, gula, protein, lemak yang terus berakumulasi telah merusak keseimbangan mekanisme pertahanan dan sistem kekebalan tubuh, meningkatnya obesitas.

Sebagai ilustrasi, pada satu abad lalu, seorang yang menginginkan sebuah apel, dia harus memanjat pohon apel atau menggunakan galah. Sebelum mendapat apel, energinya sudah keluar. Kemudian apel itu dikunyah. Otot rahang dan gigi bekerja keras mengunyah apel sebelum masuk ke lambung dan usus. Lambung dan usus mengeluarkan enzim serta otot usus besar melakukan gerakan secara mekanis. 

Misalkan sebuah apel mengandung 300 kalori, maka 150 kalori sudah digunakan untuk menikmati apel itu. Manusia sekarang mendapatkan apel dengsn mudah. Apel itu kemudian diblend dengan alat blender, ditambahkan gula, kemudian diminum. 

Praktis gigi dan otot rahang tidak bekerja. Lambung dan usus juga tidak perlu lagi bekerja keras. Buah apel dalam waktu singkat sudah berada di usus halus dan diserap oleh pembuluh darah. 

Manusia juga menambahkan berbagai bahan tambahan lain yang asing bagi tubuh manusia dalam bentuk berbagai zat pewarna ( rodamin dan amarant ), zat pengawet (sulfur dioksida dan natrium benzoat ), zat perisa , misalnya rasa apel ( hexenal trans-2-hexenal acetaldehyde - ethyl -2- methyl butyrate ), zat penyedap ( mono sodium glutamat )dan zat zat aditif lain seperti emulsive. Akumulasi bahan beracun itu menumpuk di usus besar dan memicu timbulnya berbagai penyakit termasuk kanker.

Kondisi itu membuat goyahnya keseimbangan sistem pencernaan dan mengakibatkan menurunnya daya imunitas tubuh terhadap serangan mikro organisme. Lalu bagaimana solusi atas masalah ini ?. Manusia punya alternatif pilihan untuk mengembalikan keseimbangan sistem pencernaannya. Pertama, kembali pada pola makan dan jenis makanan seperti pada abad abad sebelumnya. 

Harus ada tindakan detoksifikasi, tiap orang yang sudah terpapar banyak jenis racun di dalam tubuhnya. Manusia juga dapat menciptakan keseimbangan baru dengan memodifikasi sistem pencernaan, diantaranya sebagai contoh memperpendek ukuran usus dan menggantinya dengan selang sintetik untuk menjangkau lubang anus. 

Harap diingat bahwa fungsi rumah sakit di masa depan bukan sekadar mengobati dan merawat orang sakit. Sebagian besar fungsi rumah sakit di masa depan adalah untuk memperbaiki, mengubah, mempercantik diri. Sekarang pun sudah banyak orang menjalani operasi plastik.

2. Sistem Reproduksi Manusia. 

Sistem reproduksi manusia sangat mirip dengan mamalia lain seperti sapi dan domba. Sistem reproduksi mamalia adalah yang paling canggih di alam. Sistem reproduksi paling kuno adalah pejantan melepaskan sperma ke atas tumpukan sel telur di alam bebas. Cara ini sangat rawan dan rentan dari segi keamanan, karena hasil pembuahan mudah dimangsa hewan atau rusak oleh faktor alam. Pembuahan dilakukan di luar tubuh dan tanpa alat pelindung. Cara ini masih dilakukan oleh kodok. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun