Â
Manhaj Salaf adalah cara memahami agama Islam berdasarkan pemahaman para sahabat Rasulullah SAW. merujuk pada metodologi gerakan Salafi yang diasosiasikan dengan gerakan  dalam Islam, yang bertujuan untuk kembali kepada praktik dan ajaran generasi awal umat Islam, terutama Salaf al-Salih (para pendahulu yang saleh) ,kata "manhaj" berarti jalan yang terang, sedangkan "salaf" berarti orang-orang yang mendahului. Salaf juga bisa diartikan sebagai sahabat dan imam Rasulullah SAW, Manhaj salaf juga merupakan sistem hidup yang dianjurkan untuk diikuti oleh umat muslim.Prinsip-prinsipnya adalah berpegabg teguh pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW,Menjauhi Bid'ah, Khurafat dan Syirik,Mentaati Pimpinan Kaum  Muslim selama mereka tidak memerintahkan Maksiat,Orang yang mengikuti Manhaj Salaf di sebut sebagai salafi.Salafi bukan kelompok atau golongan, melainkan sebutan umat muslim yang mengikuti Al Qur'an dan Hadis sesuai dengan pemahaman para ulama salaf.Gerakan ini berakar dari ajaran ulama Hanbali abad ke-14, Ibn Taymiyyah,  Muhammad ibn Abd al-Wahhab.
Prinsip-prinsip Utama
Salafi berusaha menghilangkan praktik yang dianggap sebagai inovasi (bid'ah) dan kembali kepada apa yang mereka anggap sebagai ajaran autentik dari Al-Qur'an dan Sunnah. Salafi menekankan literal dari Al-Qur'an dan Hadis. Salafi menolak  Sufisme dan bentuk-bentuk mistisisme Islam lainnya, dan melihatnya sebagai penyimpangan dari Islam yang sebenarnya.
Di Indonesia, manhaj Salafi telah mempengaruhi  Lembaga  pendidikan, termasuk Sekolah Islam Terpadu dan pesantren Salafi. Sekolah-sekolah ini bertujuan untuk menanamkan prinsip-prinsip Salafi sambil  mengintegrasikan aspek kurikulum nasional. Model pendidikan Salafi adalah bagian dari gerakan transnasional yang lebih luas, dengan pengaruh besar dari Timur Tengah dan kembalinya nilai-nilai Islam yang sejati.
.
Aspek Kunci dari Manhaj Salaf
Salafisme menekankan Al-Qur'an dan Sunnah, yang diinterpretasikan sedekat mungkin dengan pemahaman generasi awal umat Muslim. Metodologi Salafi ketat dan literal terhadap Al Qur'an dan Hadis. Identitas dan Praktik yang Khas melalui  gaya janggut bagi pria,  dianggap sebagai penanda kesalehan dan kepatuhan pada identitas Salafi.
Aliran  Salafisme adalah Quietiste, Aktivis, dan Jihadi. Salafi quietiste  menghindari keterlibatan politik, Salafi aktivis mencari perubahan politik secara damai, dan Salafi jihadi yang mendukung jihad, sedangkan Salafisme Neo-Tradisional adalah bentuk Salafisme kontemporer yang mengintegrasikan ilmu keislaman tradisional dengan konteks modern, mempertahankan pendekatan filologis dan tekstual terhadap interpretasi. Salafisme menggabungkan kerinduan nostalgia kemurnian masyarakat Islam awal
Lembaga pendidikan Salafi bertujuan untuk menanamkan prinsip-prinsip Manhaj Salaf, melalui kurikulum yang menggabungkan pendidikan agama dan pendidikan nasional. Sekolah-sekolah ini merupakan bagian dari gerakan Salafi.
Proliferasi da'wah Salafi  di youtube dan Masjid dengan konten yang menekankan kesalehan dan kepatuhan   merupakan langkah strategis untuk mengajarkan metode salafi agar mudah diakses dan menarik, dengan penekanan pada  aksesibilitas teks-teks Islam tanpa  mediasi tradisional, menarik bagi banyak muslim yang mencari pemahaman langsung dan pribadi tentang iman mereka.
Kehidupan Sehari-hari Keluarga Salafi
Kehidupan sehari-hari keluarga Salafi sangat dipengaruhi oleh praktik agama islam, yang berakar pada peneladanan terhadap nenek moyang yang saleh (salaf slih). Keluarga Salafi berusaha untuk hidup sesuai prinsip dan praktik tiga generasi pertama umat Muslim, yang dikenal sebagai salaf slih yang mencakup penekanan yang kuat pada agama, kesopanan, dan perilaku moral. Konsep Loyalitas dan Penolakan (al-wala' wa-l-bara') yang membentuk hubungan sosial dan sikap. yang menentukan kepada siapa harus loyal dan kepada siapa  harus ditolak yang akan mempengaruhi interaksi  dengan Muslim lainnya maupun non-Muslim.
Keluarga Salafi membentuk komunitas yang erat, yang menemukan rasa saling memiliki. Keluarga Salafi menempatkan pentingnya pendidikan Islam bagi anak-anak mereka, termasuk keputusan tentang sekolah yang tepat, aktivitas yang diperbolehkan, dan jenis persahabatan yang dapat dibentuk oleh anak-anak.Komunitas Salafi dalam  menghadapi tantangan mempertahankan praktik agama mereka di tengah kompleksitas kehidupan modern,  dengan tetap  memperbaiki diri dan tetap patuh terhadap keyakinan. Keluarga Salafi yang tinggal di masyarakat mayoritas non muslim melakukan negosiasi identitas religius dengan melibatkan keseimbangan antara keyakinan religius dengan tuntutan dan norma masyarakat yang lebih besar.
Hubungan antara suami dan istri dalam keluarga Salafi dipengaruhi oleh  agama serta norma sosial dan budaya dengan beberapa poin kunci yaitu, Keluarga Salafi menganut struktur patriarkal di mana suami memegang otoritas atas istri yang berakar pada konsep qiwama (otoritas suami) dan persamaan pemeliharaan-kepatuhan, di mana suami memberikan dukungan finansial sebagai imbalan atas kepatuhan istri. Suami sebagai penyedia dan pelindung, serta istri bertanggung jawab atas manajemen rumah tangga dan pengasuhan anak, Pembagian ini dianggap sebagai pelengkap, bukan setara, dengan tujuan untuk mendorong kerjasama dan kasih sayang dalam keluarga. Suami secara utama bertanggung jawab untuk memberikan nafkah bagi keluarga, tetapi dalam praktiknya, tanggung jawab finansial dapat dibagi, terutama dalam situasi sulit seperti pandemi COVID-19, meskipun demikian, kewajiban suami untuk mendukung istri tetap ada, terlepas dari status pekerjaan istri. Perempuan dalam keluarga Salafi memiliki otonomi finansial, dan penghasilan mereka adalah milik mereka sendiri, yang tidak dapat diklaim oleh suami tanpa izin.
Beberapa keluarga Salafi mengamalkan poligami, dengan praktik yang  dikelola dengan sangat hati-hati dalam batasan kerangka sosial dan hukum yang lebih luas. Melalui  Al-Qur'an,  Surah al-Nisa, ayat 3, yang membahas syarat-syarat di mana seorang pria boleh menikahi beberapa wanita, oleh banyak ahli fiqh, poligami diperbolehkan di bawah syarat-syarat yang ketat, terutama kebutuhan untuk keadilan di antara para istri, memastikan bahwa kebutuhan ekonomi dan sosial semua istri dan anak-anak terpenuhi. Keluarga poligami yang harmonis, dapat dicapai dengan  kepemimpinan tegas suami dan saling penerimaan antara istri berkontribusi pada hubungan yang hangat, harmonis dan  stabil.
Perempuan Salafi menekankan pentingnya pengetahuan agama dan menggunakannya sebagai sumber kekuatan dan pemberdayaan dalam pernikahan mereka. Konflik dalam pernikahan Salafi, sama seperti dalam hubungan lain, dapat muncul berbagai masalah termasuk stres finansial dan ekspektasi peran. Resolusi konflik  sangat penting untuk menjaga harmoni pernikahan. Hubungan suami-istri dalam keluarga Salafi sangat mendalam berakar pada ajaran agama dan peran gender tradisional, dengan penekanan yang kuat pada otoritas suami dan kepatuhan istri, namun, terdapat pergeseran yang nyata menuju dinamika yang lebih seimbang dan kooperatif, dipengaruhi oleh perspektif feminis dan realitas praktis kehidupan modern. Proses pertukaran ide yang berkembang ini bertujuan untuk mendorong keluarga yang lebih kuat dan lebih tangguh sambil tetap menghormati prinsip-prinsip dasar Islam dalam mengarungi kehidupan Moderen saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H