Mohon tunggu...
Yana Nurhidayah
Yana Nurhidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya suka tidur dan makan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Psikologi Pendidikan bagi Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran

16 Februari 2024   10:41 Diperbarui: 16 Februari 2024   11:37 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Psikologi pendidikan merupakan ilmu pendisiplinan diri dari dalam karena psikologi sendiri banyak menerapkan teori-teori dari ilmu-ilmu lain seperti biologi, saraf, linguistik, dan lain-lain. Untuk mengerti akan perbedaan karakteristik peserta didik dari berbagai tahap perkembangan, seperti masa kanak-kanak, anak sekolah dasar, remaja, dan peserta didik dewasa. Psikologi pendidikan menerapkan teori Perkembangan manusia meliputi perkembangan kognitif, perkembangan psikososial, perkembangan fisik dan motorik, perkembangan bahasa dan komunikasi(Basir, 2020).
Salah satu faktor keberhasilan dalam pendidikan adalah guru. Untuk itu, maka
seorang guru perlu  memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang luas dan lengkap yang dapat dijadikan sebagai metode dan sarana
dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Iris V. Cully menyatakan:
Para pendidik yang peka menyadari bahwa kumpulan pengetahuan dan pengalaman
manusia bukanlah satu-satunya ramuan untuk mengasuh anak-anak. Dalam tugas mereka
harus pula tercakup suatu pemahaman akan faktor-faktor dalam hubungan antar pribadi.
Hasil-hasil penyelidikan psikologi menunjukkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan mencakup keutuhan pribadi dalam keseluruhan lingkungannya. Guru-guru sekolah yang baik, selalu sadar akan faktor-faktor demikian yang bekerja dalam tugas mereka.
 
Selain guru, dalam belajar setiap peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor
yang dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri dan faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar peserta didik yaitu dari orang tua, dari guru dan dari masyarakat.
Faktor intern dibagi menjadi tiga yakni faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor
kelelahan. Di dalam faktor psikologis sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang
mempengaruhi belajar antara lain: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan. Dan faktor-faktor inilah yang harus diperhatikan oleh
setiap pendidik agar dapat mengendalikan dan mengatur belajar agar dapat
berlangsung efektif, terarah dan optimal. (Januer, 2022)
Psikologi pendidikan dapat digunakan dalam megetahui segala permasalahan ataupun penyimpangan yang ada di psikis siswa. Psikologi anak yang sehat dan stabil merupakan fondasi utama bagi keberhasilan belajar. Saat anak merasa aman, nyaman, dan dihargai, mereka akan lebih mudah untuk fokus, menyerap informasi, dan terlibat aktif dalam proses belajar. Sebaliknya, anak yang mengalami tekanan, kecemasan, atau depresi akan kesulitan untuk berkonsentrasi dan belajar dengan efektif. Hal ini dapat menghambat perkembangan kognitif, sosial, dan emosional mereka.
Sumber informasi dari KOMPAS.com - Tindakan mengakhiri hidup merupakan salah satu masalah kesehatan mental. Dilansir dari laman Universitas Airlangga (Unair), kasus bunuh diri setiap tahunnya selalu meningkat dan mencapai angka 700.000 per tahun. Kasus ini juga terjadi di kalangan mahasiswa. Melihat hal tersebut, Nur Ainy yang merupakan Psikolog Universitas Airlangga mengatakan bahwa banyak faktor pemicu keinginan bunuh diri pada seseorang. "Faktor pemicunya seperti adanya tekanan dalam lingkup akademik dan keluarga, kemudian merasa kesepian karena tidak ada dukungan sosial," kata Nur. Baca juga: Beasiswa Early Recruitment Program bagi Mahasiswa UGM, Ada Bantuan UKT Menurutnya, dunia perkuliahan seharusnya menjadi tempat untuk menimba ilmu. Namun, banyak mahasiswa yang mengalami masalah mental karena tidak bisa beradaptasi dengan baik sehingga muncul tekanan akademik. Tekanan-tekanan akademik tersebut yang mengakibatkan depresi, kesulitan tidur, penurunan rasa percaya diri, gangguan kecemasan, malas belajar, stres, bahkan keinginan untuk mengakhiri hidup. Nur mengatakan ada beberapa tips yang bisa dilakukan mahasiswa untuk mengatasi tekanan akademik tersebut. "Mahasiswa bisa membuat jadwal untuk mengerjakan tugas dan beristirahat dan fokus untuk menyelesaikan satu tugas saja. Kemudian, menjaga keseimbangan antara kegiatan akademik dan non akademik," kata Nur. Baca juga: Lima Faktor Picu Mahasiswa Bunuh Diri Selain itu, peran dosen dan kampus juga sangat penting dalam menjaga kesehatan mental para mahasiswa. Ia berpendapat bahwa dosen dapat menggunakan metode pembelajaran yang relevan dan adanya feedback.  Pihak kampus dapat menyediakan tempat sebagai layanan konsultasi bagi mahasiswa yang mengalami gangguan dalam proses pembelajaran. Sehingga mahasiswa akan mendapatkan solusi dari profesional dan masalahnya bisa diatasi sedini mungkin.  Para dosen juga bisa memberikan motivasi dan membantu mahasiswa saat mengalami kesulitan mengerjakan tugas, jurnal atau skripsi. Dengan demikian, mahasiswa tidak merasa sendiri dan kesepian. "Pencegahan dan penanganan di kampus dapat dilakukan dengan penyediaan layanan kesehatan mental, pengembangan keterampilan mengatasi masalah, dan membangun suasana akademik yang humanis," kata Nur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun