Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Setengah Penuh Setengah Kosong Tempat Resepsi Pernikahan

10 Desember 2024   14:37 Diperbarui: 10 Desember 2024   19:33 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pernikahan dari Pixabay/Takmeomeo

Ruangan yang kecil dengan tujuan supaya tamu terlihat banyak membuat pesta jadi terasa kumuh karena berdesakan. Hilang keeleganannya dan tamu yang saling kenal jadi tidak bisa bertegur sapa secara wajar. Apesnya, kita bisa ketumpahan kuah bakso walau sama sekali tidak menyentuh bakso.

Namun, situasi setengah penuh setengah kosong ini berbeda kalau resepsi pernikahan digelar secara syar'i. Gelaran pernikahan syar'i tidak memungkinkan tempat sempit jadi ruang resepsi karena semua tamu harus duduk di kursi. Setelah mengambil makanan dan minuman, kita harus menyantapnya sambil duduk kembali, tidak berdiri.

Kondangan di Magelang

Di kota besar, kondangan atau resepsi bermakna sama, tapi di Kabupaten Magelang berbeda. Kalau kita diundang kondangan, itu berarti kita datang ke acara prapernikahan sebelum akad nikah dilakukan keesokan harinya. Kondangan bisa diadakan oleh calon mempelai wanita saja, pria saja, atau keduanya di rumah masing-masing.

Tidak ada acara khusus saat kondangan. Kita yang diundang tinggal datang, duduk di kursi dengan meja penuh hidangan, ditemui tuan rumah dan calon mempelai, kemudian makan prasmanan saat sudah dipersilakan untuk makan. Setelah makan boleh langsung pulang. 

Tamu memang diharap langsung pulang setelah makan supaya bisa bergantian dengan tamu lain yang hadir silih-berganti. Jadi paling lama kita di tempat kondangan 30-45 menit saja.

Saat pamit pulang tamu harus bersalaman dengan tuan rumah untuk memberikan salam tempel. Salam tempel artinya salaman sambil memberikan amplop berisi uang. Disebut salam tempel karena kita memberikan amplop uang itu secara tersembunyi dibalik tangan, tidak terang-terangan.

Jumlah uang yang diberikan tergantung di mana kita tinggal. Di Kecamatan Muntilan tempat saya tinggal cukup Rp50rb. Memberi lebih boleh, tapi tidak disarankan karena akan mengacaukan "harga pasar". Bagaimana kalau memberi kurang dari Rp50rb? Tidak disarankan juga, tapi nyatanya banyak orang yang memberi kurang dari itu, bahkan amplop kosong.

Sudah jadi risiko pengundang kalau mereka diberi amplop di bawah standar atau kosong. Maka kalau memberi Rp50rb kita wajib memberi nama dan tempat tinggal di amplop yang kita berikan untuk salam tempel.

Dulu banyak pengundang kondangan pasrah kalau diberi amplop kosong. Sekarang tiap mereka dapat salam tempel, amplop-amplop yang mereka dapat ditandai dengan cara tertentu. Mereka akan tahu siapa saja yang memberi uang di bawah standar atau amplop kosong.

Uniknya, kalau diundang kondangan itu berarti undangan hanya berlaku untuk satu orang. Kalau mertua saya diundang kondangan, misalnya, dan mengajak saya, maka amplop yang disiapkan harus dua. Kalau mertua mengajak saya dan anaknya (kakak ipar saya) maka amplop yang diberikan harus tiga. Tiga amplop itu dinamai dengan nama masing-masing dengan nominal isi sesuai standar.

Sebetulnya boleh saja amplopnya cuma satu. Namun, satu amplop untuk berdua atau bertiga menyiratkan kita sebagai orang tidak mampu. Jadi amplop saat salam tempel berkaitan dengan status sosial dan ekonomi seseorang di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun