Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Retreat Menteri di Akmil, Langkah Awal Prabowo Keluar dari Bayang-bayang Jokowi

26 Oktober 2024   16:03 Diperbarui: 28 Oktober 2024   11:42 2160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Prabowo Subianto memberikan pengarahan kepada para menteri, wakil menteri, hingga kepala lembaga di hari pertama retret di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (25/10/2024) pagi. (Dok. Tim Media Prabowo)

Retreat arti harfiahnya dalam bahasa Inggris menurut Cambridge Dictionary adalah menjauh dari suatu tempat atau seseorang untuk melarikan diri dari pertempuran atau bahaya. Arti lainnya tindakan menarik diri dari apa pun yang dianggap sulit, menurut kamus Merriam-Webster.

Padanan retreat dalam bahasa Indonesia belum ada, yang ada hanya terjemahannya yaitu mundur atau tempat pengasingan diri. Namun, dalam dunia Kristen, retreat bisa diartikan sebagai kegiatan memisahkan/menarik diri dari dunia ramai untuk mencari ketenangan batin.

Karena padanan resmi dalam bahasa Indonesia belum ada jadi media massa menyebutnya dengan pembekalan. Dalam konteks organisasi, retreat menjadi sebuah kegiatan di mana anggota organisasi berkumpul di luar lingkungan kerja atau aktivitas rutin untuk melakukan evaluasi, refleksi, perencanaan, serta mempererat hubungan antaranggota.

Sementara itu, retreat Kabinet Merah Putih pimpinan Presiden Prabowo sudah berlangsung selama dua hari (26/10) di Akademi Militer Magelang, Jateng. Kalau boleh menduga, retreat ini bisa jadi langkah awal Prabowo untuk menghapus jejak Jokowi yang sejak pencalonan sampai pelantikan selalu membayangi dirinya.

Presiden Prabowo Subianto melakukan inspeksi peserta Parade Senja di Akmil | Foto via Tribunnews
Presiden Prabowo Subianto melakukan inspeksi peserta Parade Senja di Akmil | Foto via Tribunnews

Seratus Hari Pertama

Presiden Prabowo akan paling disorot kinerjanya selama 100 hari pertama seperti presiden-presiden sebelum dirinya. Seratus hari pertama sejak presiden dilantik dianggap sebagai waktu yang kritis untuk menunjukkan arah dan prioritas pemerintahan baru. 

Di periode inilah masyarakat akan menilai apakah presiden baru dapat mewujudkan janji kampanyenya atau tidak. Di masa ini jugalah masyarakat akan menilai gaya kepemimpinan dan kemampuan memimpin sang presiden baru. Seratus hari pertama presiden bisa disebut sebagai masa membangun kepercayaan publik dan merangkul dukungan politik.

Maka 100 hari pertama bisa jadi indikator awal bagaimana pemerintahan baru akan berjalan dan apakah mampu memenuhi harapan masyarakat.

Presiden Prabowo Subianto mengawali 100 hari pertamanya dengan membentuk jati diri pemerintahan yang bebas dari bayang-bayang pemerintahan lama supaya janji kampanyenya nanti berjalan tanpa campur tangan orang di luar pemerintahannya.

Langkah Awal Melepas Bayangan

Sebanyak 41,4 persen dari 164.227.475 penduduk yang suaranya sah di Pilpres 2024 meyakini bahwa kemenangan Prabowo atas Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo terjadi karena campur tangan Jokowi yang waktu itu masih jadi presiden. Proses putra sulung Jokowi Gibran Rakabuming Raka menjadi wakil Prabowo dilalui oleh peristiwa kontroversial yang melibatkan Mahkamah Konstitusi, bansos besar-besaran, dan manipulasi angka survei.

Masyarakat yang tidak memilih Prabowo-Gibran juga telah meyakini telah terjadi kerusakan fondasi bernegara akibat terlalu banyaknya campur tangan Jokowi di pemilihan presiden, pemilihan ketua umum parpol, ketua umum kamar dagang, kepala BIN, sampai rekomendasi pimpinan KPK terbaru.

Maka untuk mengembalikan citra diri dan pemerintahannya menjauh dari jejak dan bayangan Jokowi, Prabowo perlu melakukan langkah yang belum pernah dilakukan presiden-presiden sebelumnya, yaitu pembekalan atau retreat menteri.

Kenapa menteri harus di-retreat dan dilakukan di Akmil? 

1. Prabowo berlatar belakang tentara berpangkat perwira tinggi mantan Danjen Kopassus dengan jabatan terakhir sebagai Pangkostrad. Ini berbeda dengan Jokowi yang sipil. 

Mengumpulkan dan menyatukan visi misi untuk para menteri di tempat militer akan menjauhkan citra Prabowo dari Jokowi yang sipil.

Bukan cuma tempatnya yang militer, angkutan udara yang ditumpangi dan pakaian yang dikenakan para menteri juga militer-meski tidak di semua kegiatan. Biar ga nanggung, ya, Pak, kalau masih bau-bau sipil nanti disangkutkan dengan Jokowi lagi.

2. Seratus hari pertama Jokowi didahului dengan blusukan. Blusukan jelas bukan gaya Prabowo apalagi usia beliau sudah sepuh. 

Maka yang dilakukan Prabowo adalah melakukan hal yang jadi bagian dari dirinya, yaitu pembekalan di Akmil. Prabowo mengawali karir di Akademi Militer pada 1974 sampai akhirnya menerima Jenderal Bintang 4 Kehormatan.

Perbedaan militer dan sipil harus ditunjukkan untuk membangun kesan bahwa Prabowo berbeda dengan Jokowi meski anak Jokowi menjadi wakil Prabowo.

3. Prabowo Subianto ketua umum partai politik, Jokowi bukan. Selain untuk menyatukan visi-misi kepada para menteri dan membuat mereka kompak, retreat akan memperkuat citra bahwa Prabowo pemimpin parpol yang punya kekuatan politik terhadap parpol lain.

Posisi ini jelas berbeda dengan Jokowi yang sewaktu menjabat presiden bukanlah seorang ketua umum parpol.

4. Menetralkan para menteri eks kabinet Jokowi untuk fokus pada kepemimpinan baru.

Kita tahu bahwa dalam Kabinet Merah Putih pimpinan Prabowo, ada sembilan menteri yang menduduki posisi yang sama seperti saat mereka di pemerintahan Jokowi. Mereka adalah Airlangga Hartarto, Tito Karnavian, Budi Gunadi Sadikin, Erick Thohir, Sri Mulyani Indrawati, Agus Gumiwang Kartasasmita, Bahlil Lahadalia, Dito Ariotedjo, dan Sakti Wahyu Trenggono.

Kalau ditotal ada 19 anggota kabinet yang merupakan orang lama peninggalan kabinet Jokowi di periode pertama dan kedua pemerintahannya.

Banyak pengamat politik meyakini akan terjadi reshuffle minimal dua kali untuk membersihkan kabinet dari orang-orang Jokowi dan digantikan sepenuhnya dengan orang-orang Prabowo.

Namun, sebelum itu terjadi, Prabowo perlu melakukan langkah strategis untuk melepaskan dirinya dari jejak dan bayangan Jokowi.

Kabinet Baru Harapan Baru?

Survei Litbang Kompas pada September 2024 menemukan bahwa publik meyakini terjadi kesinambungan dari pemerintahan Jokowi ke Prabowo. Jokowi dianggap berhasil membangun ekonomi dan kekuatan di dunia internasional sehingga mereka mengharapkan Prabowo lebih berhasil atau minimal mempertahankan prestasi Jokowi.

Kalau kita dengar dari pidato Prabowo usai pelantikan, harapan itu tampak bakal terwujud dengan mudah. Hanya saja, baru sepekan menjabat tiga menterinya sudah bikin publik gerah. Dari soal HAM, menteri HAM minta anggaran, sampai undangan haul pribadi pakai kop surat kementerian.

Memang layak kalau kita berharap kabinet baru akan memenuhi harapan masyarakat. Soal keberlanjutan dari pemerintahan Jokowi tentu Prabowo lah yang lebih paham pembangunan mana yang akan jadi prioritas pemerintahannya. 

Yang jelas kini beliau sedang melepaskan diri dari bayangan Jokowi karena meski keberlanjutan terjadi ini tetaplah pemerintahan Prabowo, bukan Jokowi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun