Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Sering Nyebut "Healing" tapi Gak Tau Maknanya?

15 September 2024   14:15 Diperbarui: 17 September 2024   06:16 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Healing dulu, ah, mumpung Senin libur."
"Udah lama gak healing bareng bestie."
"Mbak Yana, libur panjang (long weekend-red) mau healing ke mana, nih?"

Istilah healing yang sering diucapkan orang jaman now di jaman dulu disebut refreshing. Kata healing dan refreshing digunakan mungkin karena orang lebih gampang mengambil dari istilah asing daripada mencari padanan bahasa Indonesianya. Sebagai orang jadul yang menikmati masa remaja di akhir 1990-an saya lebih setuju dengan istilah refreshing daripada healing.

Healing Psikologi

Istilah healing biasa digunakan di dunia psikologi untuk merujuk pada pemulihan jiwa, psikis, dan mental seseorang setelah mengalami kejadian traumatis. Sementara itu di dunia kedokteran pemulihan/penyembuhan dikenal dengan istilah recovery dan fokus pada pemulihan fisik setelah operasi, sakit, luka kecelakaan, dan luka fisik lainnya.

Ada empat healing yang biasa ditangani para psikolog dan psikiater, yaitu psysical healing, psychological healing, spiritual healing, dan emotional healing. Pemicu stres dan depresi yang membuat kita butuh emotional healing umumnya terjadi karena:

1. Kehilangan orang yang dicintai
2. Bercerai dengan pasangan
3. Putus percintaan
4. Dipecat
5. Menderita penyakit kronis
6. Pelecehan dan perundungan

Very Well Mind menyebut emotional healing sebagai proses mengakui, mengizinkan, menerima, mengintegrasikan, dan memproses pengalaman hidup yang menyakitkan dan emosi yang kuat. 

Sebelum masuk ke emotional healing, kita harus membiarkan diri merasakan kesedihan, kemarahan, kehilangan dan sakit hati secara apa adanya. Membiarkan diri merasakan semua itu bisa membantu memproses emosi dan mempercepat penyembuhan emosional.

Selain membiarkan diri merasakan kepedihan, sering menggerakkan tubuh saat stres juga bisa membantu kita memproses emosi. Psikoterapis Peter A. Levine dalam bukunya Waking the Tiger: Healing Trauma mencatat bahwa di alam liar seekor impala yang melarikan diri dari pemangsanya akan secara naluriah "melepaskan" peristiwa traumatis. Setelah itu kekuatan penuh tubuhnya pun kembali.

Meskipun konteksnya tidak tepat, kalau mau dicocok-cocokkan mungkin healing yang dimaksud orang sebagai liburan, piknik, bersenang-senang, dan pelesiran berhubungan dengan emotional healing ini.

Emotional Healing dari Kejadian Traumatis

Psikoterapis Sharon Martin menekankan emotional healing (penyembuhan emosional) diperlukan saat kita merasa sangat hancur dan ingin kembali pada kehidupan yang bahagia, tapi tidak tahu caranya. Andai merasa bisa lepas dari pengalaman traumatis tanpa bantuan psikolog atau psikiater, kita harus menerima prosesnya dan menjadikan pengalaman itu sebagai bagian dari masa lalu.

Namun, lepas dari kejadian atau pengalaman traumatis tanpa bantuan orang lain itu sungguh sulit. Adik saya mengalaminya. Dia didiagnosis mengalami gangguan kecemasan setelah adik bungsu kami meninggal. Dialah orang yang membawa adik bungsu ke IGD dan harus menyaksikan adik kami meninggal di hadapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun