Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Penulis - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penyebutan Konoha dan Wakanda, Melecehkan atau Tanda Cinta?

1 Agustus 2024   14:45 Diperbarui: 1 Agustus 2024   15:50 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah dari AI Bingchat

Saya pernah baca cuitan di X yang bilang bagaimana warganet bisa menghargai bangsanya sendiri kalau menyebut negaranya saja malu dan menggantinya dengan kata "Konoha" dan "Wakanda"

Si empunya akun juga mempertanyakan sikap netizen yang melecehkan bangsanya sendiri karena memperbandingkannya dengan negeri antah-berantah di film fiksi Naruto dan Black Panther tersebut.

Cawan Fiksi

Penyebutan Konoha dan Wakanda tentu karena booming film di mana dua tempat itu berada. Kalau filmya gak terkenal, mana mungkin netizen menggunakan tempat yang tidak diketahui banyak orang.

Konohagakure adalah desa terpencil di Negera Api yang diceritakan di serial Boruto. Konohagakure dipimpin oleh Naruto sebagai hokage (pemimpin tertinggi) dan merupakan ayah dari Boruto. Naruto disebut punya tipikal mirip Presiden Joko Widodo yakni senang membangun insfrastruktur.

Kondisi geografis di Konoha, kata netizen, juga mirip dengan kondisi di Indonesia yang dipenuhi gunung berapi dan perbukitan. Pun sikon sosial-politiknya juga katanya mirip. Konoha juga punya banyak klan yang dimiripkan dengan Indonesia yang punya banyak suku.

Soal kondisi sosial-politik ini saya tidak paham karena tidak menonton serial atau membaca komik Naruto maupun Boruto. Pokoknya peristiwa tujuh kepresidenan yang ada di Konoha mirip dengan Indonesia.

Konon, situasi sosial dan geopolitik di Konoha dan Wakanda yang melibatkan politikus juga mirip dengan Indonesia. Di Konoha karakteristik pemimpinnya sama dengan tujuh presiden di Indonesia. Sementara itu geopolitik di Wakanda disinyalir mirip dengan Indonesia.

Ilustrasi: mediabanten.com
Ilustrasi: mediabanten.com

Wakanda mengalami ketidakstabilan politik dari Suku Jabari yang menyembah Dewa Gorila saat semua suku di Wakanda menyembah Dewa Panther (macan kumbang). Wakanda juga menghadapi ancaman dari dunia luar karena perebutan vibranium yang ada di Wakanda.

Pada mulanya, orang-orang yang meramaikan penyebutan Konoha dan Wakanda adalah warganet X (dulu Twitter) dan TikTok yang sering mengkritik pemerintah. Tiap kali ada peristiwa menggegerkan yang menindas rakyat dan melibatkan aparat serta aparatur, mereka pasti mengumpat, "Begitulah pejabat di Konoha!" atau "Maklum kita hidup di Wakanda."

Lama-lama penyebutan Konoha dan Wakanda diikuti oleh warganet dalam konteks kehidupan yang lebih beragam, termasuk di kehidupan sosial-kemasyarakatan.

Kenapa netizen mempersepsikan berbagai peristiwa negatif di Indonesia dengan Konoha dan Wakanda padahal situasi di Konohagakure-apalagi di Wakanda-cuma dicocoklogikan saja dengan yang ada di Indonesia?

Konoha dan Wakanda Raya

Pertama, tentu karena menghindari tuntutan hukum. Kita tahu kalau pasal-pasal dalam UU ITE lebih sering disasarkan untuk pencemaran nama baik di medsos daripada membela orang yang tidak sengaja mengklik judi online, misalnya.

Jadi menggunakan kata Konoha dan Wakanda membuat netizen merasa aman meluapkan rasa kezel bin mangkel terhadap pemerintah atau pada kejadian membagongkan di masyarakat. Andai mereka disomasi tinggal bilang, "Saya, kan, memprotes kejadian di Wakanda bukan di Indonesia."

Kedua, karena ikut-ikutan. Sebagian netizen latah dan ikut menggunakan istilah Konoha dan Wakanda tanpa tahu konteksnya. Bahkan anak sekolah naik motor dan jatuh di selokan dikomentari juga dengan, "Dasar Konoha."

Karena ikut-ikutan dan asal saja menggunakan istilah Konoha dan Wakanda, maka sebutan itu jadi terasa familiar. Makin familiar makin juga ia sering digunakan di bermacam konteks dari mulai pegawai pajak dan bea cukai yang malak, polisi salah tangkap, judi online anggota DPR, pembubaran ibadah umat Kristen, sampai emak-emak yang sen motornya kiri beloknya ke kanan.

Ketiga, karena terlalu cinta dan peduli pada Indonesia sehingga risih dan tidak tega menyebut namanya sambil mengumpat bercampur sebal.

Mereka paham negara ini dibangun oleh darah, keringat, dan air mata para pejuang yang selama ratusan tahun berusaha melepaskan diri dari penjajahan Eropa. Namun sungguh sayang, kelakuan mayoritas pejabat, aparatur sipil, dan penegak hukumnya jauh dari ideal karena sering mengakali peraturan yang mereka buat sendiri.

Perilaku yang demikian lambat laun mempengaruhi peradaban pola pikir rakyat Indonesia yang lama-lama terasa makin terbelakang daripada zaman Majapahit dan Sriwijaya.

Mereka yang resah dengan kondisi Indonesia dan masih mencintainya sebagai tanah tumpah darahnya lantas mengganti penyebutan negara ini dengan Konoha dan Wakanda.      

Apakah merepresentasikan Indonesia dengan Konoha dan Wakanda berarti melecehkan bangsa sendiri?     

Indonesia Raya

Kalau kita lihat tersurat, penganalogian Indonesia dengan Konoha dan Wakanda memang sarat dengan olok-olok, terutama kepada pejabat dan aparat yang nirakhlak.

Siapa, sih, yang tidak ingin Indonesia sejahtera dan makmur? Dua hal itu bukan impian mustahil karena bangsa ini sudah pernah merasakannya di masa lampau yang kita baca lewat prasasti, relief, dan catatan sejarah.

Namun, warganet tidak punya daya dan kuasa untuk mengubah Indonesia jadi makmur dan sejahtera. Jadi yang bisa mereka lakukan hanyalah mengkritik dan mengumpat sambil menyebut negeri-negeri dalam film fiksi. Karena menyebut Indonesia yang begitu berharga rasanya seperti mengkhianati para pendiri dan pejuang bangsa.

Maka kalau kita perhatikan saksama netizen yang menggunakan Konoha dan Wakanda untuk mengumpat dan menyerapahi peristiwa buruk di negeri ini, itu adalah siratan terbaik untuk meluapkan perasaan ironi dan miris atas ketidakadilan dan ketimpangan yang mereka lihat dan alami di Indonesia Raya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun