Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022. Istri peternak dan ibu dua anak.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Konten Dewasa X dan Kesiapan Kita di Era Keterbukaan

16 Juni 2024   12:16 Diperbarui: 17 Juni 2024   09:20 1726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi blokir dari Live Law

Media sosial X, mengutip kompas.com, mengizinkan konten pornografi tayang di platform mereka. Hal ini membuat Kominfo bertekad memblokir X untuk melindungi warga Indonesia dari ancaman pornografi. Laman Tech Crunch bahkan menyebut kalau hal-hal yang berbau asusila bahkan boleh dipasang sebagai profile picture dan foto banner di akun pengguna.

Sebetulnya konten dewasa di X sudah lama ada dan Twitter-sebelum ganti nama jadi X-tidak pernah melarang tayangnya berbagai konten dewasa. Mereka cuma membatasi penayangan konten dewasa hanya terbuka untuk akun yang penggunanya berusia 18 tahun keatas. Jadi konten itu tidak akan muncul di beranda akun pengguna yang umurnya masih 13-17 tahun.

Heboh baru terjadi saat X mengumumkan secara resmi dan terang-terangan yang membolehkan pengguna memajang berbagai konten dewasa itu. Pengguna X pun melancarkan protes dengan memajang tanda pagar #tolakblokirX atas keinginan Kominfo memblokir medsos milik Elon Musk itu.

Efektivitas Blokir

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) jelas bereaksi paling keras karena sosial media adalah ranah mereka. Seperti biasa, mereka berencana memblokir X karena bertentangan dengan KUHP, UU Antipornografi, dan UU ITE. Namun, pengalaman membuktikan bahwa blokir-blokiran ini ternyata tidak efektif.

Kominfo memblokir dengan mengadang IP address, nama situs, dan kata kunci di mesin pencari. Saya cuma emak-emak biasa bukan ahli teknologi informasi, tapi saya tahu pemblokiran yang dilakukan Kominfo selama ini dengan mudahnya dibuka cuma dengan VPN (virtual private network). VPN tersedia gratis di Play Store dan App Store karena bukan termasuk aplikasi ilegal.

Ilustrasi blokir dari Live Law
Ilustrasi blokir dari Live Law

Ironisnya, VPN ini juga dengan mudahnya diunduh oleh anak dan remaja yang belum saatnya melihat konten dewasa. Melihat lemahnya blokir-blokir ala Kominfo yang seperti itu, wajar kalau muncul pertanyaan, "Efektifkah pemblokiran konten dewasa untuk mencegahnya dilihat anak dan remaja?"

Melihat kebelakang pemblokiran yang dilakukan Kominfo, selama ini kata kunci yang diblokir cuma yang dicari di Google dan Bing saja. Di mesin pencari DuckDuckGo, misalnya, tidak. Kata kunci yang berhubungan dengan pornografi, judi online, dan film bajakan yang diblokir di Google dan Bing, terbuka blak-blakan di DuckDuckGo meski kita menggunakan provider internet yang sama.

Kominfo menyatakan sudah memblokir 2 juta situs judi online. Nyatanya, situs-situs yang sudah lama beroperasi masih bisa diakses. Beberapa di antaranya bahkan masih memasang iklan di situs film bajakan dan tidak ada tanda-tanda sudah diblokir. 

Kejadian serupa pernah terjadi di situs film bajakan. Kominfo sudah memblokir ribuan situs film bajakan pada 2019. Hari ini film bajakan mudah dicari di internet hanya dengan mengetikkan judul dan tahun film yang ingin kita tonton.

Internet Satelit

Kehadiran internet satelit membuat pekerjaan Kominfo akan tambah berat kalau orientasinya masih blokir-blokiran. Penyedia layanan internet satelit satu-satunya di Indonesia saat ini adalah Starlink yang sekandung dengan X.

Starlink mengelola dan mengoperasikan sendiri satelitnya sehingga konten-konten dewasa di X, Telegram, dan di mana pun yang diblokir Kominfo amat mungkin tidak terblokir kalau pengguna berlangganan Starlink.

Laman Space menyebut sampai Mei 2024, Starlink mengoperasikan 6.078 satelit di orbit bumi. Sebanyak 6.006 di antaranya sudah dioperasikan secara rutin. Satelit Starlink berada di ketinggian 550 km dari bumi. Jarak ini dekat. Makanya Starlink bisa menyediakan internet yang lebih cepat dibanding penyedia internet satelit lainnya.

Keunggulan internet satelit adalah jangkauannya yang sampai ke desa terpencil dan di tengah lautan lepas yang tidak bisa dijangkau internet dari data selular, serat optik, dan kabel. Tinggal arahkan modem ke langit yang tidak terhalang bangunan dan pohon, internet langsung dapat beroperasi tanpa butuh menara sinyal (BTS-base transceiver station).

Orang-orang yang tinggal didaerah 3T (terluar, terpencil, tertinggal) tidak lagi jadi 3T kalau langganan internet satelit. Maka blokir-blokiran ala Kominfo jadi sangat irrelevant dan tidak efektif lagi.

Melihat pengalaman bahwa blokir-blokiran ternyata tidak pernah efektif, maka edukasilah yang mesti makin gencar dilakukan, terutama ke sekolah-sekolah dan RT/RW.

Keterbukaan Orang Tua ke Anak

Hal-hal yang oleh generasi sebelumnya dianggap tabu, oleh Gen Z dan Gen Alpha jadi tidak tabu lagi karena mereka hidup di masa kini yang serba terbuka dengan kehadiran internet, termasuk pendidikan seksual.

Di buku Tema Kelas 2 Kurikulum 2013 sudah diajarkan ada bagian-bagian tubuh tertentu tidak boleh dilihat dan disentuh oleh orang selain orang tua sendiri. Orang tua bisa melanjutkan ngobrol dengan anak kenapa ada bagian tubuh yang tidak boleh disentuh. Pun tidak boleh malu menjelaskan soal konten dewasa dan bahayanya kalau dilihat anak.

Apalagi orang tua jaman sekarang hobi main medsos, kalau ada rasa tidak enak bicara pada anak tentang seksualitas, kita bisa cari tipsnya di medsos atau minta pengalaman sesama orang tua. Ini era keterbukaan. Keterbukaan kita pada anak bisa mencegah mereka mencari info sendiri di internet atau dari teman secara diam-diam.

Melarang anak main HP (handphone/ponsel) sudah tidak efektif juga karena anak dari lahir sudah kenal HP. Orang tua mereka merekam momen kelahiran, merangkak, berjalan, dan berulang tahun dengan HP. Our children practically raised by cell phone. 

Benteng pertama untuk melindung warga negara dari pornografi dan judi online sebetulnya ada di rumah. Rumah yang hangat dan terbuka bisa membentengi kita dari keinginan untuk membuka hal-hal aneh di internet.

Maka kalau negara mau mencegah pornografi, beri edukasi dari sekolah sampai ke rumah-rumah dengan melibatkan Pak dan Bu Kades, bhabinkamtibmas dan babinsa, juga tokoh-tokoh masyarakat.

***

Memblokir aneka situs yang menyajikan konten dewasa, judi, konten bajakan, dan penipuan cuma solusi jangka pendek. Satu situs hilang akan segera muncul seribu situs lain yang serupa tanpa bisa kita cegah.

Maka, cara masuk akal adalah dengan membekali bangsa dengan pendidikan dan pengetahuan supaya mereka bisa membentengi diri sendiri jika tidak sengaja terpapar efek negatif internet.

Penggalan lirik lagu kebangsaan kita Indonesia Raya telah memandu bagaimana menjadi bangsa yang siap hidup di era keterbukaan. 

Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia raya

Guru Sosiologi saya di SMU mengartikan lirik ini dengan bangun "jiwanya" (mental) dulu dengan pendidikan, pengetahuan, karakter Pancasila, dan kearifan lokal. Baru bangun "badannya" dengan sarana-prasarana, infrastuktur, dan fasilitas yang lengkap supaya warga hidup nyaman dalam jiwanya yang sehat untuk Indonesia raya.

Dua puluh tahun kemudian saya baru menyadari bahwa yang beliau katakan itu tepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun