Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Usia Maksimal Guru Penggerak Diimpitan Peserta Didik Melek Teknologi

22 Februari 2024   15:37 Diperbarui: 23 Februari 2024   07:29 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru penggerak. (Dok Tanoto Foundation via Kompas.com)

Ilustrasi belajar interaktif di kelas | Gambar dibuat pribadi menggunakan AI Designer
Ilustrasi belajar interaktif di kelas | Gambar dibuat pribadi menggunakan AI Designer

Kompetensi Guru Mengikuti Perubahan Generasi

Saat diluncurkannya Merdeka Belajar Episode 5: Program Guru Penggerak pada Oktober 2020, Indonesia sedang mengalami pandemi Covid-19 yang menyebabkan sekolah ditutup dan peserta didik harus menjalani PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).

Saat PJJ digelar banyak guru senior kesulitan mengajar via Zoom Meeting karena kendala login dan penguasaan fitur-fitur yang ada dalam Zoom. Belum lagi kendala hilang sinyal di laptop. Padahal murid mereka (bahkan yang SD) dengan mudahnya login dan menggunakan fitur yang dibutuhkannya. 

Murid yang laptopnya high spec bahkan bisa mengganti background dan men-share segala macam tanpa lebih dulu mencari tahu caranya di Google.

Sementara itu, kesulitan yang dialami guru senior tampak bisa diatasi dengan baik oleh guru yang masih muda. Mereka luwes berinteraksi dengan peserta didik walau cuma lewat Zoom. Banyak guru muda yang juga mahir membuat video pembelajaran sendiri yang mereka posting di kanal YouTube masing-masing.

Saat mengajar tatap muka di kelas guru senior juga masih menerapkan cara mengajar konvensional dengan meminta murid mendengarkan lalu mencatat. Di sisi lain bisa kita lihat banyak guru muda yang memperlakukan muridnya seperti teman yang friendly untuk membuat mereka nyaman di kelas. Pun tidak ragu menggunakan perangkat digital dan internet untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan interaktif.

Jadi amat mungkin kalau Kemdikbudristek menerapkan aturan usia maksimal bagi guru penggerak karena tidak ingin membebani guru senior untuk menguasai teknologi digital yang jadi eranya peserta didik mereka, yaitu Gen Z dan Gen Alpha.

Digitalisasi dan Bonus Demografi

Mengingat Gen Z dan Gen Alpha hidup di zaman internet dan teknologi digital, maka ada kebutuhan di dunia pendidikan untuk mengikuti karakter generasi ini. Guru yang punya kompetensi menguasai teknologi digital akan mudah menyampaikan pelajaran.

Lebih lagi, murid yang sekarang belajar di SD-SMA akan berusia 23-34 tahun pada tahun 2040 nanti. Badan Pusat Statistik mencatat mulai tahun 2020 sampai 2030 Indonesia akan mengalami periode bonus demografi yang mana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibanding penduduk yang berusia tua.

Periode bonus demografi maksimal berlangsung sampai tahun 2040. Itulah kenapa pemerintah menargetkan Indonesia Emas 2045 yang artinya saat merayakan kemerdekaan RI ke-100 (emas) tahun 2045, Indonesia sudah jadi negara maju hasil memanfaatkan bonus demografi.

Negara-negara yang sukses memanfaatkan bonus demografi (Jepang, Korsel, dan Tiongkok) memulai periode bonus demografi mereka dengan memajukan kualitas pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun