Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Meneropong Realita Misi Gerak Cepat Negara Maritim Ganjar-Mahfud

11 November 2023   13:43 Diperbarui: 12 November 2023   16:15 1855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini berarti tiap 100 penduduk usia produktif di Indonesia menanggung 16 penduduk lansia. Proyeksi bonus demografi ini dilakukan oleh BPS yang mana pada 2025 nanti jumlah usia produktif banyaknya 196,13 juta jiwa dari 284 juta total penduduk Indonesia.

Masa puncak bonus demografi ini paling krusial untuk membangun bangsa karena tidak semua negara mengalami bonus demografi. Negara yang dapat bonus demografi juga cuma mengalaminya sekali sepanjang sejarah negara itu berdiri. Jadi gerak cepat memang diperlukan untuk mengisi periode puncak bonus demografi yang berlangsung sampai 2045.

Doktor sosiologi Unpad Jannus TH Siahaan dalam kolomnya di kompas.com menyebut Brasil dan Afrika pernah mendapat bonus demografi, tapi gagal memanfaatkannya. Sumber daya negara mereka terkuras untuk BLT, bansos, dan subsidi pensiun disamping gagal menyediakan pendidikan berkualitas dan lapangan kerja dengan mendorong ekonomi kreatif.

Selain Ganjar-Mahfud, Anies-Muhaimin juga berpeluang membawa Indonesia jadi negara maju kalau bisa mengejar pertumbuhan ekonomi minimal 7 persen secara konsisten selama periode puncak bonus demografi. 

Sementara itu bila membaca visi-misi Prabowo-Gibran yang "tegak lurus bersama Jokowi", pasangan ini belum punya langkah detil yang akan mereka lakukan selain meneruskan apa yang dilakukan Presiden Jokowi. Selama 9 tahun kepemimpinan Presiden Jokowi pertumbuhan ekonomi berkisar di angka 5 persen saja dari target 7 persen pada 2014.

Bisa dibilang kalau tanpa ide baru, sulit bagi Prabowo-Gibran untuk memanfaatkan periode puncak bonus demografi dan membawa Indonesia jadi negara maju.

Dengan demikian, kalau masih bingung siapa yang akan kita pilih untuk jadi pemimpin lima tahun mendatang, bacalah visi-misi mereka. Tinggal Googling. Memilih presiden dan wakilnya bukan dari ciri fisik, usia, pengalaman, dan latar belakang semata, melainkan apakah visi-misi pasangan calon pemimpin negara tersebut realistis, bombastis, penuh mistis, atau malah bikin kita pesimis. 

Yang penting jangan golput, sebab memilih merupakan hak sebagai warga negara yang paling mudah kita terima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun