Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Cara Kampanye Capres-Cawapres yang Paling Disukai Pemilih Muda dan Pemula

28 Oktober 2023   12:30 Diperbarui: 30 Oktober 2023   06:44 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kampanye dari Freepik

Gibran Rakabuming Raka, cawapres dari Koalisi Indonesia Maju, masih berusia 36 tahun saat pemilihan presiden digelar pada 14 Februari 2024 mendatang. Dengan usianya itu Gibran termasuk dalam klasifikasi usia Generasi Y atau lebih sering disebut sebagai Milenial. 

Karena itulah koalisi parpol dan sukarelawan pendukungnya yakin Gibran membawa daya tarik bagi Milenial dan Gen Z sebab Gibran adalah anak muda yang inovatif, seperti yang diberitakan kompascom. 

Betul, apa yang selama ini dilakukan Gibran, dengan mengelola tiga bisnis kuliner sebelum jadi wali kota, memang merepresentasikan karakter Milenial pada umumnya yang kreatif, percaya diri, dan terbuka terhadap perubahan. Namun selain menyatakan Milenial sebagai generasi paling kreatif-bahkan dibanding Gen Z, lembaga riset McCrindle dan Pew Research Center juga menemukan Milenial sebagai generasi paling mandiri dan loyal (setia).

Capres-cawapres mana yang bisa mendekati Milenial dan Gen Z sebagai pemilih muda dan pemula?

Pemilih Muda dan Pemilih Pemula

Milenial adalah mereka yang ditahun 2023 ini berusia 27-42 tahun. Sedangkan Gen Z disematkan pada mereka yang lahir tahun 1997-2012. Dalam hal ini saya ikut membagi Gen Z menjadi dua, yaitu Gen Z Awal dan Gen Z Akhir (geriatric Gen Z). Karakteristik Gen Z Akhir yang tahun ini berusia 23-26 tahun lebih mirip dengan Milenial.

Meski begitu bukan berarti sebagian Gen Z Awal yang berusia 17-19 tahun kita singkirkan, sebab sebagai pemilih pemula suara mereka pun penting. Hanya saja tim pemenangan capres-cawapres betul-betul harus mengambil hati pemilih Milenial dan geriatric Gen Z-sebagai pemilih muda-kalau mau menggaet pemilih pemula.

Kompascom menginformasikan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang dirilis KPU untuk pemilu 2024 didominasi oleh Milenial sebanyak 68.822.389 orang.

Lembaga pertama yang mengklasifikasikan generasi berdasarkan tahun kelahiran adalah Pew Research Center, jadi saya mengambil rentang usia Milenial dari lembaga riset itu. Kebetulan KPU juga menetapkan klasifikasi generasi yang sama dengan Pew Research Center.

Sedikit perbandingan, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan beberapa kali menceritakan keberhasilan mereka memecahkan persoalan di Jateng dan Jakarta. Gibran juga bisa saja menceritakan inovasi yang sudah dilakukannya di Solo untuk memajukan industri kreatif dan produk lokal.

Walau posisi Gibran cuma cawapres, kelak wapres juga bisa bergerak selincah presiden sebagaimana dahulu Jusuf Kalla memimpin pemerintahan bersama Susilo Bambang Yudhoyono.

Etos Milenial dan Geriatric Gen Z

Geriatric Gen Z dan Milenial sama-sama menyukai kemandirian. Mereka lebih suka berusaha sendiri lebih dulu daripada langsung minta apalagi menggelendot diketiak orang tua. 

Sukarelawan dan tim pemenangan bisa memanfaatkan kemiskinan dan kemandirian Ganjar dan Mahfud MD. Tunjukkan bahwa tanpa privilege (hak istimewa) sebagai anak orang kaya atau anak pejabat Ganjar dan Mahfud bisa jadi politikus yang lurus. Sementara itu Anies-Muhaimin (AMIN) bisa mendorong calon pemilih untuk melihat bahwa Anies adalah orang terpelajar yang bisa masuk ke pemerintahan berkat kecerdasannya.

Kalau pasangan AMIN ingin mendongkrak suara NU-walau tampak NU kultural lebih condong ke Mahfud-bisa memperbanyak juru kampanye dan sukarelawan perempuan dari Fatayat dan Muslimat. Milenial dan Gen Z Akhir menyukai kesetaraan laki-laki dan perempuan sepanjang masih dalam batas wajar.

Sementara itu secara kasat mata tim pemenangan Prabowo-Gibran tidak perlu repot menjual Gibran karena ayahnya masih jadi presiden. 

Pembangunan besar-besaran, kedekatan ayahnya dengan rakyat, dan tidak adanya oposisi memunculkan approval rating yang tinggi buat sang ayah. Approval rating itu salah satu yang membuat Koalisi Indonesia Maju (KIM) ngebet menjadikan Gibran cawapres Prabowo.

Lembaga survei Indikator mencatat approval rating ayah Gibran saat ini ada di angka 78,5 persen, tertinggi selama 9 tahun terakhir. Approval rating adalah peringkat persetujuan (dari publik) yang berkaitan dengan pekerjaan presiden. Indikator Politik Indonesia bahkan menunjukkan approval rating sebesar 81 persen.

Meski Gibran punya banyak limpahan dari jabatan dan approval rating ayahnya, pemilih muda menyukai kemandirian dan loyalitas. Gibran bisa dianggap tidak loyal karena jadi cawapres koalisi sebelah tanpa mengundurkan diri dari parpol asalnya. Juga kentara sekali aji mumpung jadi cawapres saat ayahnya masih jadi presiden. Perilaku seperti itu susah untuk bisa dibilang mandiri.

Jadi tim pemenangan KIM fokus saja menjual Gibran yang kreatif dan inovatif tanpa memampangkan lagi Prabowo yang pamornya sudah jauh menurun. Selain generasi baby boomer yang karakternya cenderung kaku dan tidak bisa mengikuti zaman, Prabowo juga punya jejak kelam yang berkaitan dengan HAM.

Siapa Menarik Minat Anak Muda dan Pemilih Pemula

Hadirnya sosok Gibran jadi daya tarik terutama bagi Gen Z Awal, tapi kurang memuaskan bagi Milenial. Milenial termuda tahun ini sudah berusia 27 tahun dan sudah paham proses demokrasi yang mendekati ideal. Mereka juga sudah mengerti apa dampak keputusan Mahkamah Konstitusi dengan demokratisasi itu sendiri.

Sementara itu Gen Z cenderung memilih berdasarkan kesamaan usia atau informasi apa yang sering sampai kepadanya. Misal seorang Gen Z menyenangi Ganjar Pranowo karena friendly dan tidak jaim, tetapi karena circle yang dia ikuti lebih sering membicarakan betapa pandainya Anies Baswedan, maka seorang Gen Z akan teralihkan dan kemudian tertarik pada Anies Baswedan.

Cyber campaign yang memanfatkan medsos, grup WhatsApp dan Telegram, serta platform berbagi video masih jadi langkah jitu seperti pilpres 2004 dan 2019, untuk menarik suara pemlih muda dan pemilih pemula.

Bila Milenial masih menyukai kampanye tatap muka dengan diskusi dan adu ide, Gen Z tidak. Otak Gen Z sudah terprogram untuk menyukai teks pendek dan yang serba visual seperti video, meme, dan microblog. Meski begitu, Milenial dan Gen Z sama-sama menyukai kampanye berbentuk pesta seni.

Kalau melihat dari kacamata pemilih muda dan pemilih pemula, Ganjar dan Gibran bersaing ketat sebab keduanya aktif di X dan Instagram. Ganjar bahkan aktif di YouTube lewat kanalnya sendiri. Waktu Ganjar masih jadi gubernur Jateng, kanal Pemprov Jateng selalu aktif menginformasikan pembangunan dan blusukan yang dilakukan Ganjar.

Setali tiga uang, Mahfud juga aktif di X termasuk menjawab pertanyaan dan menimpali isu kekinian yang berhubungan dengan sospolhukam. Sementara itu, pasangan AMIN ketinggalan dalam berinteraksi di medsos walau sukarelawan dan simpatisan Anies sudah sejak lama mendengungkan prestasi dan karakter unggul Anies.

Dengan melihat karakter umum Milenial yang mandiri, kreatif, inovatif, loyal, dan terbuka terhadap perubahan, tim pemenangan capres-cawapres setidaknya bisa mengatur para sukarelawan dan pendengung untuk berkampanye secara smart and elegant. Bila suara Milenial berhasil direbut, banyak Gen Z akan mengikuti Milenial untuk memutuskan capres-cawapres mana yang mereka coblos.

Presiden dan wakilnya memang dipilih oleh rakyat, tapi proses memunculkan sosok capres-cawapres ada di tangan partai politik. 

Rakyat seringnya tidak punya pilihan selain memilih yang sudah disediakan koalisi parpol. Bagaimana mekanisme dan proses penjaringan capres-cawapres pun rakyat pernah tidak tahu. 

Meski begitu kita jangan sampai golput. Manfaatkan pemilu yang cuma lima tahun sekali ini untuk berfoto di depan TPS. Selain itu bila mengutip Romo Magnis Suseno, pemilu bukan untuk memilih yang terbaik, melainkan mencegah yang jahat berkuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun