Hari ini saya membaca artikel Sematan Gelar adalah Bentuk Kepercayaan yang ditulis Kompasianer nomine Best in Fiction 2021 Edward Horas Simanjuntak. Bang Edward menaruh harapan supaya para pemenang Kompasiana Awards 2023 betul-betul datang dari yang terbaik dan jangan sampai bikin malu nama Kompasiana.Â
Sebab menurutnya penghargaan itu diberikan oleh Kompasiana, jadi sepatutnya yang memenangi awards ikut menjaga nama baik si pemberi. Bisa jadi karena itulah hampir semua pemenang best-in best-in tidak mencantumkan penghargaan itu di profil Kompasiana mereka.
Saya setuju dengan yang ditulis Bang Edward, makanya saya terinspirasi untuk menulis juga tentang ajang penghargaan tahunan dari Kompasiana ini.Â
Pertama, ada diantara kita yang pasti penasaran, gimana, ya, rasanya kalau masuk nominasi best-in best-in. Pasti bangga, terharu, atau malah malu seperti yang dirasakan Bang Edward.
Kedua, setelah masuk nominasi perasaan kita jadi tambah campur-aduk. Duh, ternyata saya jadi nomine, apa tulisan-tulisan saya memang sebagus itu. Setelah itu sekuat mungkin kita akan mengempiskan balon kebahagiaan dalam hati untuk tidak terlalu berharap jadi pemenang.
Kalau sangat-berharap-tapi-tidak-kesampaian rasa nyeseknya bakal gak ketulungan. Jadi lebih baik harapannya secuil saja sekadar untuk membuat hati berbunga.
Maka dari itu, siapa tahu ada Kompasianer yang pengin masuk nominasi dan memenangi Kompasiana Awards tahun-tahun berikutnya, uraian berikut bisa jadi pertimbangan untuk dilakukan.
1. Konsisten menulis karena senang menulis dan rasa ingin berbagi.
Berambisi untuk jadi yang terbaik di kategori tertentu tentu boleh. Berambisi untuk dapat banyak K-Rewards juga boleh banget.Â
Hanya saja banyak dari kita yang tidak mampu mengontrol ambisi itu. Akibatnya tulisan yang kita buat jadi tidak punya soul, tidak menghibur, tidak mengedukasi, dan tidak ada pengalaman yang bisa disari oleh orang lain. Â
2. Rajin meninggalkan jejak komentar di artikel Kompasianer lain.Â