Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pernah memproyeksikan penduduk dunia akan bertambah jadi 9,7 miliar jiwa pada tahun 2050 dan menganjurkan makan serangga yang lebih mudah dibudidayakan karena tidak bisa lagi mengandalkan pola makan hewani dari sapi, kambing, atau hewan ternak lain.Â
Karena itu banyak negara sudah merancang belatung BSF sebagai makanan pengganti protein hewani untuk dikonsumsi manusia. Orang Indonesia sebenarnya sudah tidak aneh makan serangga. Di Gunung Kidul Yogya warga sudah terbiasa makan jangkrik dan belalang goreng. Pun sate ulat sagu di Papua, peyek laron di Boyolali, atau botok lebah di Kediri dan Banyuwangi.
Jadi orang Indonesia sebenarnya sudah terbiasa dengan serangga. Hanya saja pada lalat tentara hitam yang bernutrisi adalah larva alias belatungnya. Belatung ini yang jadi pakan ternak dan ternak itu kemudian dikonsumsi manusia.Â
Ikan yang diberi pakan maggot BSF produksi Greenprosa terbukti lebih cepat besar dan tahan penyakit. Daging ikan juga relatif lebih sehat bagi manusia daripada daging hewan darat karena selain protein yang tinggi juga rendah kalori dan mengandung lemak omega-3 yang tidak bisa diproduksi tubuh manusia.
Selain jadi pakan ikan, belatung hitam kering yang jadi pakan ayam juga membantu mempercepat pertumbuhan unggas itu sehingga cepat panen tanpa suntik hormon guna mencukupi kebutuhan protein manusia.
***
Budidaya larva dari lalat black soldier fly yang dilakukan Arky Gilang Wahab secara tidak langsung bisa mengubah gaya hidup dan pola pikir kita tentang bagaimana mencukupi kebutuhan protein dari pakan ternak yang sehat. Hewan konsumsi yang sehat dan cepat tumbuh dapat membangun ketahanan pangan untuk manusia dengan cara yang sehat pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H