Inilah yang membuat saya berpikir, para TikToker (yang miskin betulan) sesungguhnya masih bisa dibantu oleh keluarga atau tetangga terdekat mereka. Pasti ada 1-2 tetangga yang peduli walau cuma berbagi beras segelas daripada melakukan hal di TikTok yang terlihat seperti mengemis.
Sekarang saya sudah tidak aktif lagi di TikTok dan nama akun pun sudah saya ganti dengan emperbaca.com. TikTok tidak saya delete karena kalau sempat masih akan saya isi dengan kata-kata mutiara sebab kadang begitu banyak kata-kata yang ingin tersampaikan dalam otak ini.Â
Kemudian muncullah pertanyaan, apakah hidup ini sudah sedemikian berat dan membagongkan sampai orang sedunia sudah tidak mau mikir yang berat-berat lalu menggilai konten retjeh dan remeh yang diwakili oleh TikTok?!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H