Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Cara Orangtua Bersikap Bila Anak Jadi Pelaku Kejahatan Jalanan

9 Juni 2023   15:46 Diperbarui: 10 Juni 2023   08:00 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tawuran | sumber: SHUTTERSTOCK via kompas.com

4. Tahan diri untuk memarahi dan memaki anak. Biarlah orang lain memperlakukan dia seperti kriminal, tapi orang tuanya tetap harus menunjukkan kasih sayang betapa pun kelakuan anak membuat kita malu berat dan terhina.

5. Antar-jemput sendiri (tidak melalui ojek atau saudara) tiap anak berangkat dan pulang sekolah sebagai bentuk "hukuman" kepadanya bahwa segala tindakannya kini tidak bisa lagi dipercaya karena telah berbuat sesuatu yang melanggar hukum.

Selain itu supaya si anak tahu kita mengawasinya dengan ketat sampai dia tidak lagi terbukti ikut tawuran, begal, klitih, dan kejahatan jalanan lainnya.

Dengan mengantar-jemput anak langsung tanpa diwakili, kita sekaligus menjaganya jangan sampai circle kriminal mendekatinya lagi atau membalas dendam kepadanya.

Ini berlaku untuk anak yang kecanduan narkoba. Memutus rantai pergaulan lamanya bisa membantu anak keluar dari jerat narkoba sembari anak melakukan rehabilitasi.

6. Pindah rumah dan pindah sekolah bila perlu. Ini bisa dilakukan kalau anak sudah berkonflik dengan hukum dan diproses pidana di kepolisian, bahkan sampai persidangan.

Gunanya untuk ketenangan batin anak beserta keluarganya supaya tidak terjebak ke lingkungan lama yang berpengaruh buruk ke anak. Memang kesannya ribet harus pindah rumah atau pindah sekolah segala. Ribet sekali, tapi bermanfaat untuk seumur hidup itu jauh lebih baik.

7. Terima kenyataan andai kerabat dan tetangga jadi menjauh dan tidak mau lagi kenal dengan kita. Ini mau tidak mau kita terima sebagai konsekuensi atas perbuatan anak.

8. Banyak berdoa dan kembali pada agama. Agama bukanlah sebuah kultus imajiner, melainkan penenang hati dan petunjuk kehidupan. Banyak berdoa dan kembali pada agama bisa membuat pikiran kita tetap jernih dan hanya fokus pada hal-hal yang penting dalam hidup saja.

Salah satu hal yang penting dalam hidup adalah masa depan anak. Jangan sampai aksinya melakukan kejahatan jalanan membuat masa depannya suram. Selama anak belum masuk usia dewasa (18 tahun) kita masih bisa mengusahakan pendidikan dan pergaulan baru yang baik bagi dirinya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun