Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seribu Cara Menghentikan Laju Putus Sekolah

7 Mei 2023   13:41 Diperbarui: 7 Mei 2023   13:49 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angka putus sekolah dari BPS pada 2022 meningkat di semua jenjang pendidikan dibanding 2021.

Tercatat angka putus sekolah dijenjang SD meningkat dari 0,12% pada 2021 jadi 0,13% pada 2022. Di jenjang SMP terjadi kenaikan dari 0,90% di 2021 jadi 1,06% di 2022. Prosentase dijenjang SMA lebih besar, mencapai 1,38% pada 2022 dari 1,12% di 2021.

Selain menyekolahkan anak atau saudara kita ke sekolah negeri yang gratis, adakah upaya lain mengurangi angka putus sekolah tersebut?

Empati Berwujud Aksi

Keberadaan sekolah negeri yang bisa jadi solusi sekaligus rumah bagi anak putus sekolah telah dibuktikan oleh guru-guru di SDN Margabakti Kabupaten Kuningan, Jabar.

Jodi, anak yang nyaris buta huruf karena kakek-nenek yang mengasuhnya terlalu miskin untuk menyekolahkannya, tertolong oleh empati para guru di sekolah itu. 

Jangankan beli buku, seragam, atau sepatu, untuk makan saja mereka mengandalkan beras bantuan pemerintah. Tiap hari cuma makan nasi dengan ikan asin, garam, atau cabe. Nasi pun tidak setiap hari ada.

Seorang guru yang melihat Jodi berdiri di depan sekolah lantas mengajaknya belajar. Para guru kemudian jadi orang tua asuh buat Jodi yang membelikannya sepatu dan seragam.

Semua ibu guru di SDN Margabakti bahkan bergantian memandikan Jodi tiap pagi karena di rumah anak itu tidak ada air.

Para guru di Kabupaten Kuningan itu telah mewujudkan empati mereka jadi aksi nyata. Kalau mau kita juga bisa jadi orang tua asuh untuk anak miskin di sekitar kita supaya mereka tidak putus sekolah.

Hilang minat untuk bersekolah, pola asuh keluarga yang terlalu bebas atau terlalu mengekang, dan pengaruh medsos kini mendominasi alasan putus sekolah daripada sekadar tidak punya uang seperti Jodi.

Mengutip kompascom, remaja yang saban weekend beraksi di Citayam Fashion Week tidak melanjutkan sekolah karena ingin fokus membuat konten. Cuma segelintir yang putus sekolah karena tidak ada biaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun