Angka putus sekolah dari BPS pada 2022 meningkat di semua jenjang pendidikan dibanding 2021.
Tercatat angka putus sekolah dijenjang SD meningkat dari 0,12% pada 2021 jadi 0,13% pada 2022. Di jenjang SMP terjadi kenaikan dari 0,90% di 2021 jadi 1,06% di 2022. Prosentase dijenjang SMA lebih besar, mencapai 1,38% pada 2022 dari 1,12% di 2021.
Selain menyekolahkan anak atau saudara kita ke sekolah negeri yang gratis, adakah upaya lain mengurangi angka putus sekolah tersebut?
Empati Berwujud Aksi
Keberadaan sekolah negeri yang bisa jadi solusi sekaligus rumah bagi anak putus sekolah telah dibuktikan oleh guru-guru di SDN Margabakti Kabupaten Kuningan, Jabar.
Jodi, anak yang nyaris buta huruf karena kakek-nenek yang mengasuhnya terlalu miskin untuk menyekolahkannya, tertolong oleh empati para guru di sekolah itu.Â
Jangankan beli buku, seragam, atau sepatu, untuk makan saja mereka mengandalkan beras bantuan pemerintah. Tiap hari cuma makan nasi dengan ikan asin, garam, atau cabe. Nasi pun tidak setiap hari ada.
Seorang guru yang melihat Jodi berdiri di depan sekolah lantas mengajaknya belajar. Para guru kemudian jadi orang tua asuh buat Jodi yang membelikannya sepatu dan seragam.
Semua ibu guru di SDN Margabakti bahkan bergantian memandikan Jodi tiap pagi karena di rumah anak itu tidak ada air.
Para guru di Kabupaten Kuningan itu telah mewujudkan empati mereka jadi aksi nyata. Kalau mau kita juga bisa jadi orang tua asuh untuk anak miskin di sekitar kita supaya mereka tidak putus sekolah.
Hilang minat untuk bersekolah, pola asuh keluarga yang terlalu bebas atau terlalu mengekang, dan pengaruh medsos kini mendominasi alasan putus sekolah daripada sekadar tidak punya uang seperti Jodi.
Mengutip kompascom, remaja yang saban weekend beraksi di Citayam Fashion Week tidak melanjutkan sekolah karena ingin fokus membuat konten. Cuma segelintir yang putus sekolah karena tidak ada biaya.