Sejak anak kami masuk SD lima tahun lalu saya mendapati libur lebaran di Kabupaten Magelang selalu lebih singkat dari sekolah-sekolah di Jakarta, tempat saya lahir dan besar sampai menikah, bahkan lebih singkat dari Bodetabek.
Tiap kali saya katakan pada adik, orang tua, dan teman-teman bahwa kami tidak bisa lama berlebaran karena anak-anak sudah harus masuk sekolah, mereka bilang, "Memang apa yang dikejar, kok, belajar terus sampai liburnya pendek banget?!"
Pada Idul Fitri 1442 H atau Lebaran 2021, sekolah baru diliburkan sehari sebelum lebaran dan masuk kembali dua hari setelah lebaran kedua. Ini sangat bisa dimaklumi. Pendeknya durasi libur dibuat supaya orang tua tidak mengajak anaknya mudik dan bepergian karena masih ada pandemi Covid-19.
Lebaran di tahun 2022 sekolah libur mulai 29 April 2022, sama dengan cuti bersama ASN, karyawan, dan buruh. Kemudian masuk sekolah lagi tanggal 9 Mei 2022. Ini libur lebaran paling proper, lamanya 9 hari, walau durasinya lebih singkat dibanding daerah lain di pulau Jawa, seperti yang saya simpulkan dari artikel di kompascom.
Tahun ini libur lebaran hampir tidak bisa dipercaya karena berlangsung pada 19-25 April 2023 yang berarti hanya 7 hari saja termasuk Sabtu dan Minggu. Libur tujuh hari ini sama persis dengan libur para ASN, karyawan swasta, dan buruh.Â
Setelah saya konfirmasi ke guru, mereka bilang jadwal libur mengikuti ketetapan dari dinas pendidikan. Kemdikbudristek memang membebaskan pemerintah daerah mengatur jadwal libur yang mengacu pada surat edaran Kemdikbudristek dan kalendar akademik provinsi.Â
Surat edaran sifatnya tidak mengikat karena hanya berupa imbauan, makanya hak prerogatif menetapkan libur ada ditangan pemkab dan pemkot. Tapi apa iya libur lebaran anak sekolah harus disamakan dengan cuti bersama ASN, karyawan swasta, dan buruh?!
Manfaat Libur Sekolah Bagi Anak
Mempertanyakan durasi libur yang singkat tidak berarti menyerah pada kemalasan karena ingin bersantai-santai, tapi karena anak butuh libur yang proporsional setelah dibebani banyak materi pelajaran di sekolah.
Menurut Child Psych ada lima manfaat libur sekolah bagi anak, utamanya karena mereka butuh keseimbangan antara sekolah, keluarga, berlibur, dan bermain. Berikut manfaat libur sekolah.
1. Menghindarkan anak dari kelelahan di sekolah.Â
Anak-anak sudah terjadwal berlebiha dengan beban belajar yang makin meningkat.Makin lelah, makin anak tidak paham pelajaran yang diberikan pada mereka. Cuma masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
2. Merangsang kreativitas anak.
Walau sekolah mengajarkan dan merangsang kreativitas anak, tapi kreativitas itu baku karena dibuat berdasarkan program pendidikan, anak butuh rangsangan kreativitas dari luar sekolah untuk menstimulasi otak dan membuatnya lebih kreatif.
3. Memberi waktu pada anak untuk mempelajari hal-hal yang tidak diajarkan di sekolah.
 Anak-anak terus belajar dan butuh lebih dari sekedar pendidikan akademik. Orang tua bisa mengenalkan atau mengikutkan anak pada keterampilan yang tidak didapat di sekolah, misal bermusik, berakting, menari tradisional, berkebun, bahasa asing, dan keterampian lainnya yang ingin dipelajari anak.
4. Quality time bersama keluarga.
Libur sekolah bisa digunakan orang tua untuk mendekatkan diri pada anak dengan cara menghabiskan waktu bersama. Bisa dengan nonton film bareng di rumah, baca buku bersama, mengikuti anak melakukan hobinya, atau liburan ke tempat wisata.
Masak iya, sudah orang tuanya sibuk kerja, anaknya pun sekolah terus. Apa mau jadi keluarga online?
5. Memberi kesempatan pada anak untuk bermain, mencari teman baru, dan mengeksplorasi dunia di luar sekolah secara positif.
Salah satu manfaat anak mengeksplorasi dunia selain sekolah adalah untuk pembentukan karakternya. Sekolah sudah mengajarkan hal-hal baik pada anak.Â
Maka saatnya anak bersosialisasi, melatih kepercayaan diri, dan menyalurkan energinya di luar sekolah untuk hal-hal yang positif. Luar sekolah ini tidak harus di tempat yang jauh.Â
Di tempat ngaji, tempat les, di sekitar komplek perumahan, atau bersama extended family (om, tante, sepupu, kakek, dan nenek) juga bisa.
Kalau merasa durasi libur sekolah pendek, kenapa tidak izin saja ke sekolah supaya anak bisa libur sendiri?
Banyak orang tua yang begitu, sering minta izin absen karena akan mengajak anak ke pernikahan saudara, melayat kerabat jauh, bahkan untuk staycation. Namun kebanyakan minta izin ke sekolah punya efek negatif buat anak.
1. Mengajarkan anak tidak disiplin. Disiplin tidak sama dengan galak dan judes, ya, mengajari anak supaya tertib pada peraturan dan jadwal sekolah juga termasuk disiplin dan menanamkan rasa tanggung jawab.
Apa mau anak kita jadi seperti Mario Dandy yang dikeluarkan dari SMA Taruna Nusantara karena sering tidak masuk?
2. Ketinggalan materi pembelajaran. Di Kurikulum Merdeka, pembelajaran lebih bervariasi dan kreatif, kadang belajar di luar kelas juga. Sehari saja tidak masuk, anak bisa ketinggalan keseruan belajar bersama teman-teman dan melatih kreativitas baru.
3. Semangat belajar menurun dan kurang motivasi mengejar prestasi. Sering izin tidak masuk sekolah bisa mengakibatkan semangat belajar anak menurun.
Sebabnya bisa jadi karena anak terlalu santai, terlalu malas, merasa ada orang tua yang selalu mengabulkan keinginannya, atau bahkan terlalu malu karena sering izin sehingga semangat belajarnya menurun.
Anak yang tidak semangat belajar akan kurang motivasinya untuk mengejar prestasi. Prestasi bukan cuma nilai bagus, tapi keterampilan fisik dan kognitif.
Sering minta izin untuk hal-hal yang tidak urgent secara tidak langsung juga mengajarkan anak jadi pemalas. Makanya ada tiga jenis absen di sekolah, yaitu sakit, izin, dan alpa. Absen sakit artinya siswa tidak masuk karena sakit. Absen izin diberikan bila siswa tidak sakit, tapi terpaksa tidak masuk sekolah karena ada hal urgent atau force majeur, dan absen alpa untuk siswa yang tidak masuk sekolah tanpa pemberitahuan.
Maka itu durasi libur sekolah resmi, termasuk libur kenaikan kelas, yang dikeluarkan dinas pendidikan kabupaten dan kota mestinya dibuat proporsional dengan lamanya waktu belajar mereka di sekolah, tidak mengikuti cuti bersama ASN, karyawan swasta, dan buruh.
Kalau durasi liburnya tidak proporsional dengan durasi belajar hanya karena mengejar materi yang padat, lantas bagaimana siswa mau belajar secara bahagia lahir batin seperti tujuan dari merdeka belajar?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H