Perilaku negatif yang sering dilihat dan dirasakan dalam jangka waktu lama dan terus-menerus akan dianggap wajar karena filter keburukan dalam benak mereka sudah tidak menyala lagi. Seperti pepatah alah bisa karena terbiasa. Hal yang awalnya sulit dilakukan akan jadi mudah karena terbiasa melakukannya.
Maka pola asuh orang tua sebaiknya bukan cuma memberi kasih sayang tiada batas, melainkan juga mengawasi dan membimbing.Â
Bila si anak berstatus yatim-piatu atau orang tuanya tidak tinggal serumah karena harus bekerja di luar kota, maka keluarga terdekatnya (paklik, bulik, bude, pakde, dan sedulur lainnya) harus punya tanggung jawab mengawasi, mendidik, dan membimbing, tidak menyerahkan si anak begitu saja kepada sekolah.
Setelah keluarga menanamkan fondasi yang kuat pada anak dan dia paham tindakan mana yang baik dan buruk, barulah kemudian sekolah ikut memikul tugas mendidik anak secara akademik dan penguatan karakter.
Jadi tidak bisa semuanya diserahkan ke sekolah ya, Pak'e dan Mak'e. Sebab sekolah itu terbatas. Sekolah tidak bisa menyayangi peserta didik secara utuh dan penuh karena itu bukan tugas sekolah, melainkan keluarga. Guru-guru di sekolah juga harus menjalankan tanggung jawab terhadap anak-anak mereka sendiri di rumah.
Menyerahkan pendidikan anak hanya pada sekolah dan membiarkannya tumbuh tanpa arahan juga berpotensi membuat anak berperilaku baik dan penurut di rumah, tapi begajulan di luar rumah. Lebih buruknya lagi, mereka bisa terseret jadi anak yang berkonflik dengan hukum.
Anak yang Berkonflik dengan Hukum
Beberapa saat setelah video pembacokan mobil Kholik oleh pemotor bercelurit tersebar, muncul pembelaan dari keluarga pelaku yang mengatakan bahwa sepupunya tidak akan melakukan klitih karena niat keluar rumah saat itu untuk cari makan bersama temannya.
Si pelaku dikatakan alim dan rajin mengaji sehingga dia yakin celurit itu dibawa untuk jaga diri, bukan untuk klitih.Â
Anak para tetangga kami juga rajin mengaji di masjid dan selalu tarawih berjamaah tiap Ramadan, tapi mereka enteng saja ngomong kasar dan berkelahi. Padahal agama tidak mengajarkan yang seperti itu, kan?
Lagipula, entah itu yang membela betul keluarga si pelaku atau cuma ngaku-ngaku biar viral. Pastinya pembelaan itu menyangkut satu fakta, yaitu perilaku anak di rumah memang bisa berbeda 180 derajat ketika dia ada di luar rumah.