"Uang itu harus dikembalikan, Pak, itu namanya mencuri." Suara Ibu terdengar seperti teriakan yang ditahan.
"Dikembalikan kemana. Kalau lapor polisi nanti aku dikira pencurinya."
"Astagfirullah aladzim!"
"Itu rejeki kita, Bu. Kalau bukan rejeki mana mungkin aku yang menemukannya. Dompet itu bisa ditemukan oleh orang lain, tapi aku yang menemukannya padahal dompet itu di trotoar."
"Astaghfirullah! Harus dikembalikan, Pak! Serahkan ke polisi!"
Apa, sih, yang dibicarakan Bapak dan Ibu. pa yang harus dikembalikan. Kalau trotoar aku mengerti karena Bapak selalu mangkal di trotoar menunggu order dari aplikasi ojeknya. Lalu kenapa Ibu sampai istighfar berkali-kali.
Malam itu Bapak pergi lagi. Katanya mau kerja lagi. Kali ini tidak pamit ke Ibu. Wajah Ibu terus masam dan mulutnya seperti tertekuk-tekuk sampai aku tertidur karena kekenyangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H