Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Penulis generalis. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Depok dan Betawi dalam Perjalanan Waktu dan Sejarah

23 Desember 2022   11:59 Diperbarui: 23 Desember 2022   20:30 2792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ondel-ondel salah satu produk budaya asli Betawi. Sumber: Antara/Aditya Pradana Putra

Pecinta Si Doel Anak Sekolahan berduka setelah tokoh Mak Nyak yang diperankan Aminah Cenderakasih berpulang menyusul para pemeran yang lebih dulu meninggalkan dunia.

Walau Aminah Cenderakasih lahir di Magelang dan tidak berdarah Betawi, tapi logat dan bahasa tubuhnya Betawi tulen karena peranMak Nyak begitu lekat dengannya.

Citayam dan SCBD

Aminah Cenderakasih tidak wafat di Depok, melainkan di Tangerang Selatan, kota yang berimpitan dengan Depok dan Jakarta. Akan tetapi, orang Betawi yang budayanya dicerminkan dalam Si Doel Anak Sekolahan kini sudah tidak lagi menghuni Jakarta. Betawi kini identik dengan Depok bukan lagi Jakarta.

Depok baru pisah dan mekar jadi kota sendiri yang terpisah dari Kabupaten Bogor pada tahun 1999. Sebelumnya sudah banyak orang-orang Betawi dari Jakarta yang lebih dulu bedol desa ke Cinere, Cimanggis, Bojongsari, Beji, dan terbanyak ke Citayam.

Jadi, kalau kita pernah menyaksikan Citayam Fashion Week yang digelar di Sudirman Central Business District (SCBD) di Jaksel, sejatinya anak-anak Citayam itu sedang menengok kampung kakek-nenek dan buyutnya yang dulu tinggal di Jalan Tulodong dan Jalan Senopati.

Mereka mugkin saja memilih SCBD secara random karena kemudahan akses KRL dan kawasannya yang elit dan metropolitan banget, tapi darah merekalah yang menuntun sampai ke SCBD.

Ini memang tidak bisa dibuktikan secara statistik, karena saya tidak mencari data dari manapun, melainkan menyaksikan, melihat, dan mendengar sendiri orang-orang Betawi di seantero Jaksel saat membeli dan membangun rumah di wilayah-wilayah yang kini menjadi kota Depok, terbanyak di Citayam (sekarang masih tetap jadi wilayah Bogor walau de facto disebut bagian dari Depok).

Pindah Ramai-ramai ke Depok

Depok adalah kota di Jawa Barat yang berbatasan dengan Jakarta Selatan. Dahulu, sebelum Depok dimekarkan dari Kabupaten Bogor, orang-orang Depok yang tinggal di kecamatan Cinere dan Limo masih menyebut diri mereka sebagai orang Jakarta.

Hal itu karena pengurusan administrasi penduduk, seperti SIM, KTP, dan paspor masih mengikuti Jakarta. Letak geografis dua kecamatan itu juga lebih dekat dengan Jakarta daripada Cibinong yang merupakan ibu kota Kabupaten Bogor.

Setelah Depok resmi menjadi kota sendiri yang terpisah dari Kabupaten Bogor pada 20 April 1999 dan pengurusan dokumen pisah dari Jakarta, barulah semua orang yang tinggal di wilayah Depok tidak lagi menyebut diri sebagai orang Jakarta. 

Mengapa orang Betawi ramai-ramai memilih Depok, bukan Tangerang atau Bekasi?

Believe it or not, selain karena Depok lebih dekat dengan Jakarta daripada Tangerang dan Bekasi, suasana Depok terasa lebih homey dibanding Bekasi dan Tangerang (sebelum Tangerang Selatan dimekarkan dari Tangerang).

Rumah Betawi dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan | idea.grid.id
Rumah Betawi dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan | idea.grid.id

Kedua kota itu sampai pertengahan 1990-an lebih banyak rawa daripada peradaban yang membuat orang-orang Betawi tidak nyaman.

Hengkangnya orang Betawi dikarenakan pembangunan metropolitan besar-besaran Jakarta di era Gubernur Sutiyoso (1997-2007) yang membuat pemukiman dialihfungsikan jadi gedung kantor, apartemen, kondominium, restoran, kafe, dan klinik kecantikan.

Orang-orang Betawi yang dapat warisan berlimpah dari orang tuanya masih bisa membeli rumah di pinggiran Jakarta seperti Cinere serta Ciputat dan Pamulang (sekarang termasuk kota Tangerang Selatan, Banten).

Sedangkan yang dapat warisan lebih sedikit pindah ke wilayah yang harga tanahnya masih murah di Depok dan di wilayah yang sekarang berbatasan dengan Kabupaten Bogor seperti Cibinong, Cipayung, dan Citayam.

Ada sebagian kecil orang Betawi yang hijrah ke Bekasi dan Tangerang (sebelum ada Tangerang Selatan), tapi tidak ada apa-apanya dibanding yang hijrah ke Depok.

Mayoritas orang Betawi sebelum digusur dari Jakarta tinggal bertetangga dengan saudara dan kerabat mereka. Karena sudah terikat dan ingin selalu bersama, saat keluar dari Jakarta untuk mulai hidup baru, mereka pun tetap ingin bersama.

Bule Depok dan Belanda Depok

Sebelum identik dengan Betawi, Depok lebih dulu terkenal dengan bulenya yang memunculkan istilah "bule Depok".

Pada 1691 saudagar Belanda Cornelis Chastelein tidak lagi sejalan dengan VOC dan menolak kebijakan politik eksploitasi yang diterapkan Gubernur Jenderal Mr. Willem of Outhoor, seperti dikutip dari Historia.

Chastein yakin bahwa sebuah koloni akan stabil dan makmur apabila penduduknya tidak ditindas. Itu sebab dia membangun sendiri koloninya di selatan Batavia yang dinamakan negeri Depok.

Selain diambil dari kata padepokan, ada versi lain mengenai asal mula nama Depok. 

Pada laman Radar Depok disebutkan bahwa Depok berasal dari bahasa Belanda, yaitu De Eerste Protestantse Organisatie van Kristenen atau organisasi Kristen yang Pertama.

Versi lain menyebut bahwa Depok merupakan akronim urban dari Daerah Pemukiman Orang Kota.

Sampai tahun 1980-an keturunan Belanda berwajah bule dan keturunan budak Chastelein yang telah dimerdekakan masih banyak ditemukan di Depok sebelum hilang digantikan oleh orang Betawi.

Betawi di Jakarta Kini

Sebelum tahun 2010, beberapa wilayah di Jakarta yang masih punya kampung Betawi kerap menggelar tanjidor yang mengiringi arak-arakan ondel-ondel, juga pertunjukan gambang kromong.

Sekarang hampir tidak ditemukan kecuali di pusat budaya Betawi di Condet (Kramat Jati, Jaktim) dan Setu Babakan (Jagakarsa, Jaksel). 

Jika ditemukan ondel-ondel di Jakarta, itu cuma buat ngamen, bukan arak-arakan untuk kebudayaan.

Untung saja pelawak Mandra di Cibubur (Jaktim) punya organisasi Pangsi yang bertujuan melestarikan seni budaya Betawi, salah satunya lenong. Jadi, generasi Citayam Fashion Week yang berbuyut orang Betawi tidak bakalan kehilangan jati diri mereka.

Orang Betawi masih ada yang bermukim di Jakarta, tetapi sudah peranakan dengan suku lain, seperti Jawa-Betawi, Betawi-Sunda, atau orang suku lain yang dianggap Betawi hanya karena bicaranya kebetawi-betawian.

***

Dari Belanda Depok dan bule Depok, orang-orang Betawi mengambil alih kota belimbing itu dan menjadikan Depok kini identik dengan Betawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun