Hal ini dipengaruhi oleh produksi hormon dopamin dan melantonin yang berlebih selain dari hormon estrogen yang ada pada anak perempuan dan testosteron pada anak laki-laki yang dipengaruhi oleh layar biru dari gawai.
Memberi Pengertian Pada Anak yang Belum Boleh Menonton Film di Atas Rating Usianya
1. Beritahu bahwa rating usia dibuat bukan untuk melarang anak-anak nonton, tapi untuk menjaga supaya mental anak tetap baik dan tidak jadi dewasa sebelum waktunya.
Anak yang cepat tua alias dewasa sebelum waktunya akan malu untuk melakukan aktivitas yang lazimnya dilakukan anak-anak seusianya. Akibatnya dia jadi kehilangan masa kecil.
Orang yang masa kecilnya tidak bahagia akan punya masalah mental saat dewasa, beberapa di antaranya seperti di bawah ini.
- Cenderung berpikir pendek yang membuatnya gegabah dalam mengambil keputusan.
- Melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukannya saat kecil dengan mengatasnamakan anak-anaknya.
- Tidak mengenali potensi diri yang sebenarnya karena selalu merasa ada yang ada yang kurang, entah dirinya atau orang lain yang kurang memuaskan baginya.
- Cenderung egois dan melihat suatu hal hanya dari sudut pandangnya sendiri.
2. Biarkan anak menonton trailer film berating 13 atau 17 tahun ke atas lalu jelaskan mengapa dia belum boleh menonton film itu.
Dengan membolehkannya menonton cuplikan film, minimal dia tahu tentang film tersebut andai teman-teman membicarakannya dan menghindarkannya jadi bahan ejekan.Â
Berikan penjelasan kalau dalam film itu ada banyak adegan pelukan dan ciuman yang cuma boleh dilakukan orang dewasa. Juga banyak adegan berantem.Â
Anak yang sering nonton adegan berkelahi akan meyakini kalau berkelahi itu wajar alih-alih untuk membela diri.
Lewat penjelasan yang kita berikan, anak jadi tidak merasa dilarang-dilarang melulu. Kita saja tidak mau, kan, dilarang-larang, anak-anak juga begitu.
3. Alihkan dengan kegiatan lain. Supaya anak tidak kepikiran terus tentang film yang sedang populer-tapi-dia-belum-boleh-menontonnya, alihkan perhatian anak ke hal lain.
Bisa membeli buku lalu membacanya bersama-sama di rumah. Bisa juga dengan melakukan aktivitas fisik seperti outbond sekeluarga, mengunjungi taman bermain, atau berkebun di rumah.