Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Pekerja sektor informal. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menjadi Orangtua yang Tidak Memusuhi Sekolah Anak

19 September 2022   15:17 Diperbarui: 20 September 2022   06:10 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Well, sejak zaman kuda gigit besi semua orang tahu sekolah swasta memang mahal. Pun persepsi tentang sekolah negeri murah itu amat sangat keliru.

Sekolah negeri berakreditasi A dan berlabel unggulan sekarang banyak yang bersaing dengan swasta supaya lulusannya billingual dan punya skill yang sesuai dengan zaman saat mereka dewasa.

Membuat sekolah seperti itu tidak cukup dengan mengandalkan dana BOS karena pemerintah harus membiayai seluruh sekolah di Indonesia, bukan cuma satu-dua sekolah. 

Pada tahun ajaran 2020/2021 data BPS, seperti yang dimuat pada Data Indonesia, mencatat ada 217.283 sekolah dari jenjang SD sampai SMA/SMK. Jumlah itu tidak termasuk madrasah yang walaupun ada dibawah naungan Kemenag, tetap dapat alokasi dana BOS.

Itu sebab komite di sekolah negeri minta sumbangan kepada orangtua untuk membiayai ekstrakurikuler dan fasilitas yang tidak mampu dicukupi dari BOS. 

Makin banyak prestasi, fasilitas, dan ekstrakurikuler di sekolah negeri, makin tidak bisa murah sekolah tersebut, apalagi gratis.

Lagipula, daripada harus memusuhi sekolah dengan ngedumel kesana-kemari, lebih baik datang bicara kepada kepala sekolah, baik negeri atau swasta. Bilang kepadanya kalau kita keberatan dengan besaran SPP atau sumbangan komite. Minta diskon SPP atau minta keringanan dengan cara mencicil.

Kita ini orang Indonesia, apa saja bisa dibicarakan baik-baik dan ketemu jalan keluarganya, kok.

Kantin Sekolah

Mayoritas orangtua menyalahkan kantin kalau anak mereka kena radang tenggorokan, batuk, atau sakit perut. 

Padahal jajanan di kantin rutin diperiksa oleh kepala sekolah, yang didelegasikan ke guru dan staf tata usaha, supaya tidak ada jajanan yang mengandung pewarna, penyedap, pengawet, dan pemanis buatan. Karena itulah jajanan kantin terasa membosankan karena yang dijual tidak menarik dan menggugah selera.

Maka kalau anak batuk dan sakit perut karena jajan sembarangan, paling mungkin karena si anak jajan di luar sekolah di mana tukang cilok, cilor, mi gulung, telor gulung, tahu bulat, dan aneka minuman saset berpengawet dan berpemanis buatan di jual di depan gerbang saat anak istirahat atau bubaran sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun