Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022. Istri peternak dan ibu dua anak.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Silent Sea" dan Masa Depan Air Bersih di Bumi

3 Januari 2022   14:02 Diperbarui: 6 Januari 2022   22:09 1771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film "The Silent Sea" | Sumber: Netflix Korea via Kompas.com

Serial keluaran Netflix "The Silent Sea" dapat banyak ulasan negatif karena membosankan dan bertele-tele. Pun alurnya lambaaaatt.

Namun, serial Korea sepanjang 8 episode ini saya kasih jempol karena imajinasinya masuk akal, mengingat kondisi bumi yang saat ini memang sedang krisis air tawar.

Menurut Kompas.com, ketersediaan air bersih (tawar) di bumi hanya 3%, itupun tidak merata. Banyak negara menggunakan air laut yang sudah dimurnikan (desalinasi) untuk minum dan kebutuhan hidup lainnya.

Indonesia juga sedang mengalami krisis air bersih dan tingkat ketersediaannya terendah di Asia Tenggara. Ketersediaan air bersih hanya mampu menjangkau 21,8% dari total 270,2 juta penduduk Indonesia.

Di serial The Silent Sea, air sudah jadi barang langka di masa depan. Sungai-sungai di seluruh dunia mengering dan hampir tidak ada pepohonan karena minimnya air.

Tiap warga Korsel diberi jatah air bersih sesuai golongan kartu yang mereka miliki. Makin blangsak kiprah seseorang di masyarakat, makin rendah pula kategori air yang dia dapat alias kualitas airnya jelek.

Overexpectation

Bila merujuk pada Netflix, serial ini sempat jadi trending selama seminggu sejak rilis pada 24 Desember 2021 lalu.

Trendingnya The Silent Sea mungkin karena pengaruh Space Sweepers. Sama-sama bergenre angkasa luar buatan Korsel, orang mungkin mengira The Silent Sea akan sama megah, penuh adegan aksi perang bintang, dan kombinasi plot cepat-sedang-lambat yang pas.

Pun orang masih terngiang dengan Squid Game dan berharap The Silent Sea sama tegangnya. Tegangnya, sih, sama, tapi alur ceritanya beda.

Selain itu, apa saja yang berbau Korea pasti ditonton penggemarnya. Menurut survei LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), jumlah penonton drama Korea di Indonesia naik selama pandemi.

Jumlah penonton drakor juga pasti meningkat di seluruh dunia, dibuktikan dengan menggilanya serial Squid Game.

Andai penonton tidak overexpectation, The Silent Sea mungkin jadi favorit juga. Unsur drama dan sainsnya kuat, masuk akal, dan tidak terduga.

Set Lokasi

Setting lokasinya memang di bulan, tapi jangan harap settingnya berupa kehidupan seperti di film Space Sweepers.

Tim penjelajah dan peneliti saat sampai di Pangkalan Riset Balhae di bulan. Foto: augustman.com
Tim penjelajah dan peneliti saat sampai di Pangkalan Riset Balhae di bulan. Foto: augustman.com
Tampilan di bulan dibuat sesuai gambaran astronomi. Kosong melompong dan hitam-putih saja. Pangkalan Riset Balhae berada di bagian yang menghadap bumi sehingga tim yang ditugaskan ke sana bisa memandangi bumi dari kejauhan.

Set lokasi bisa jadi sebab penonton kecewa dan memberi ulasan jelek. Alih-alih melihat kehidupan ala angkasa luar, mereka malah nonton laboratorium.

Buat apa tim peneliti ke bulan? Buat menyelamatkan bumi karena air makin hari makin langka.

Plot

Plot yang lambat, menurut saya, justru membebaskan imajinasi penonton dalam menduga apa yang sebenarnya terjadi di Pangkalan Riset Balhae di bulan. Apakah serangan alien, virus, zombie, atau radiasi?

Kita dibuat terperangah waktu tahu penyebab tewasnya seluruh ilmuwan dan kru pangkalan periode pertama ternyata adalah hal yang diidam-idamkan seluruh umat manusia di bumi.

Hanya saja saya akui, 3 episode pertama sebenarnya bisa dipadatkan jadi 2 episode saja. Sejak tim berangkat dari bumi hingga sampai ke Pangkalan Balhae rasanya lamaaaa.

Satu lagi, 24 jam yang dimaksud dalam cerita adalah waktu di bulan, bukan bumi. Satu hari (24 jam) di bulan sama dengan 29,5 hari di bumi. 

Berhubung plotnya lambat, kita tidak bakal mengira bahwa mereka hanya 24 jam berada di bulan. Kita mengira mereka sudah sebulan di sana.

Akting

Akting semua pemain tidak diragukan lagi, bagus semua. Bae Doona yang berperan sebagai Doctor Song Jian paling memukau karena bisa menampilkan sosok ilmuwan cerdas yang berduka karena kehilangan kakak tercinta.
Gong Yoo juga apik. Berperan sebagai Kapten Han, dia bisa menempatkan diri di situasi apapun, bahkan ketika mempertaruhkan hidup anaknya. Sedangkan bagi aktor Lee Joon, yang berperan sebagai ahli teknologi informasi bernama Ryu Taesuk, ini adalah drakor kedua yang dibintanginya sejak selesai menunaikan wajib militer pada 2019. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun